Bola.com, Jakarta 8 Oktober 2017 menjadi hari yang bersejarah bagi masyarakat Mesir. Seantero negeri padang pasir itu bersuka cita setelah Dua gol Mohamed Salah menjebol gawang Kongo.
Dua gol Salah itu menjadi momen yang bersejarah. Pasalnya dua gol itu membuat Mesir menang 2-1 atas Kongo dan mereka dinyatakan lolos ke Piala Dunia 2018, di mana mereka sudah 28 tahun tidak merasakan berkompetisi di turnamen paling elit di dunia tersebut.
Semenjak saat itu ekspektasi atas Mohamed Salah semakin besar. Pemain kelahiran 15 Juni 1992 itu diyakini menjadi juru selamat Mesir dan ia diharapkan mengeluarkan magisnya kembali di Rusia.
Ekspektasi itu semakin menggila setelah Salah tampil luar biasa bersama Liverpool. Mencetak 44 gol di musim perdananya bagi The Reds membuat masyarakat Mesir berharap sang pemain bisa membawa Timnas Mesir menjadi kuda hitam di Piala Dunia 2018.
Blessing In Disguise
Namun kurang satu bulan Piala Dunia 2018 digelar, masyarakat Mesir dihadapkan dengan kenyataan pahit. Salah yang mereka elu-elukan harus menderita cedera bahu di final Liga Champions.
Cedera itu berdampak besar bagi Liverpool. Malah itu mereka harus menelan kekalahan 3-1 dari Real Madrid di Kiev, sehingga impian mereka untuk menjadi juara Eropa kembali sirna.
Cedera itu juga membuat seantero Mesir was-was. Pasalnya sang pemain dikabarkan berpotensi tidak bisa bermain di Piala Dunia, kendati pelatih Mesir, Hector Cuper tetap membawanya ke Rusia.
Di pertandingan pertama melawan Uruguay, Salah sempat dinyatakan bisa bermain oleh Cuper. Namun sang pelatih memutuskan untuk tidak memainkan sang pemain karena tidak mau ambil resiko karena Salah belum sembuh benar.
Meski tanpa Salah, Mesir pada laga itu tampil begitu solid. Mereka tidak bertumpu pada satu orang pemainpun, sehingga permainan kolektif mereka mampu meredam Uruguay yang diperkuat dua striker tertajam di Eropa, Luis Suarez dan Edinson Cavani, kendati mereka harus kalah di menit-menit akhir karena sundulan Jose Gimenez.
Ketergantungan Yang Buruk
Gagal bermain di pertandingan pertama, Cuper langsung memainkan Salah semenjak menit awal melawan Rusia. Pada laga ini semua serangan Mesir bertumpu kepada Salah, di mana ia dijadikan ujung tombak Mesir pada laga ini.
Rusia yang paham betul permainan Salah, langsung meredam permainan sang winger. Permainan kolektif mereka membuat Mesir hanya mampu melepaskan satu tembakan on target, yang mana tendangan itu terjadi berkat penalti Salah di menit 73. Selain itu, serangan Mesir tidak membahayakan gawang Rusia sama sekali, sehingga tuan rumah menang 3-1 atas Mesir dan memastikan diri lolos ke fase gugur sekaligus mereka mengirim Mesir angkat kaki dari Negeri Beruang Merah.
Mesir yang sudah tersingkir kembali memainkan Salah sejak menit awal kembali. Salah sempat membuat publik Mesir bersuka cita setelah ia mencetak gol di menit 22. Namun setelah gol itu, cerita yang sama kembali terulang bagi Mesir.
Permainan mereka yang bertumpu pada Salah kesulitan menghadapi permainan kolektif Arab Saudi. Tim asal Timur Tengah itu memiliki sejumlah variasi serangan sehingga membuat Mesir tertekan, sehingga mereka berhasil membalikkan keadaan menjadi 2-1 saat wasit meniup peluit akhir.
Dua kekalahan ini membuktikan bahwa ketergantungan Mesir pada Salah malah membuat mereka bermain dengan buruk, kendati mereka sempat menunjukan kerja sama yang baik saat pertandingan melawan Uruguay.