Bola.com, Sidoarjo - Piala AFF U-19 2018 sempat dihebohkan dengan kehadiran Menpora Malaysia, Syed Saddiq, pada partai puncak, Sabtu (14/7/2018). Syed yang masih berusia 25 dinilai sangat muda untuk menjadi seorang menteri.
Tak hanya Malaysia, Timnas Thailand U-19 juga punya satu sosok yang cukup mengundang perhatian. Sosok yang dimaksud adalah Maruay Marhasaranukun, yang selalu hadir dalam jumpa pers setelah pertandingan bersama asisten pelatih atau pelatih kepala.
Baca Juga
Pria berusia 24 tahun itu merupakan manajer di Timnas Thailand U-19. Pada usia yang begitu muda, bagaimana perjalannya menjadi manajer timnas?
“Di Thailand, kami memerlukan orang yang bisa mengayomi para pemain muda. Saya memang belum punya banyak pengalaman, apalagi di level klub. Tapi, sebelumnya saya menjadi asisten manajer di Timnas Thailand dan manajer Timnas Thailand U-21,” kata Maruay, dalam perbincangan dengan Bola.com, Sabtu (14/7/2018).
Pengalamannya sebagai manajer tim sepak bola diawali pada Maret 2018. Sebagai asisten manajer Timnas Thailand, dia terlibat di Piala Raja Thailand, sebuah turnamen tahunan yang melibatkan beberapa negara.
Berikutnya, Maruay juga menjadi manajer Timnas Thailand U-21 saat berpartisipasi pada Piala Hassanal Bolkiah 2018 di Brunei pada April-Mei.
“Selain itu, saya baru menyelesaikan gelar magister dalam manajemen olahraga di Universitas York, Inggris. Gelar sarjana saya juga saya dapatkan di bidang yang sama di Universitas Chulalongkorn, Thailand,” imbuh Maruay Marhasaranukun.
Bekerja di Balik Layar
Maruay juga memiliki lisensi kepelatihan sepak bola. Dia mengaku sudah mengantongi lisensi B AFC dan bisa melatih beberapa klub lokal di Negeri Gajah Putih.
“Saya pikir semua kualifikasi saya itulah yang membuat saya bisa menjadi manajer di usia muda. Selama ini, asosiasi sepak bola Thailand selalu terbuka untuk siapa pun yang bisa membantu timnas, asalkan memiliki kualifikasi,” ujarnya.
Kiprah Maruay di pinggir lapangan hijau muncul karena karena kecintaannya terhadap sepak bola. Dia pernah bercita-cita menjadi pemain sepak bola saat masih kecil. Sayang, keinginannya itu gagal terlaksana.
“Saat remaja, saya sadar tidak bisa seperti pemain top lain di Thailand. Saya kemudian berusaha untuk belajar mengenai sepak bola secara akedemis. Menjadi orang di balik layar menurut saya juga cukup menyenangkan dan bisa selalu dekat dengan pemain,” tegas dia.
Ini sebenarnya bukan kali pertama Thailand mencuri perhatian publik dengan sosok manajer yang unik. Pada SEA Games 2017, Timnas Thailand U-22 memiliki seorang manajer perempuan bernama, Watanya Wongopasi.
Bedanya, pada ajang tersebut Thailand berhasil menggondol medali emas dalam cabor sepak bola. Sedangkan di Piala AFF U-19 2018, Thailand terpaksa puas dengan hasil sebagai peringkat keempat di akhir turnamen.