Bola.com, Jakarta Menuju perhelatan e-sports di Asian Games 2018 pada 26 Agustus hingga 1 September 2018 mendatang, anggota komunitas olah raga elektronik Indonesia yang menjadi bagian dari penyelenggara event memberi catatan khusus soal nomor Starcraft II (SC2). Nomor tersebut memang sangat rawan pengaturan skor dan kecurangan dengan menggunakan teknologi.
Pada 2015 silam, otoritas di Korea Selatan mengamankan 12 orang gamer dan programmer dengan tuduhan melakukan pengaturan skor dengan cara meretas akun lawan sehingga mengalami perlambatan dalam respons. Selain itu, pasal yang dituduhkan juga terkait peretasan pada server game play sehingga membuat potensi dan sumber daya milik atlet tertentu menjadi lebih superior dibanding yang lain.
Itulah sisi menarik dari SC2 dibanding lima nomor e-sports lain pada Asian Games 2018. Tapi, pada sisi lain Asosiasi E-Sports Indonesia (IeSPA) memiliki keyakinan bahwa mekanisme yang ditetapkan penyelenggara yang sudah memiliki jam terbang tinggi di dunia gaming akan menjamin Asian Games 2018 akan terbebas dari kecurangan yang dipicu hacker dari dalam dan luar negeri.
Baca Juga
Wakil ketua IeSPA, William Tjahyadi, kepada upstadion.id menyebut kehadiran orang-orang yang berkompetensi sebagai penyelenggara akan membuat keganjilan dalam ekosistem kompetisi akan segera tercium sedari awal.
"Tidak hanya untuk Starcraft II saja, semua nomor e-sports memiliki komunitas yang mengamati dari dekat segala proses yang terjadi dalam game play. Mereka punya pengalaman dalam menjadi kompetisi di level nasional yang belakangan frekuensinya meningkat pesat. Ini jelas jadi modal bagus kita untuk mengamankan Asian Games 2018," katanya.
Jaquelton Senang Dipandang Sebelah Mata
Sementara itu dari sisi strategi sendiri atlet andalan kita di nomor SC2 ini, Nyoman Arie Pranasakti, mendapatkan pujian dari wasit nasional, Eliandy Andojoputro. Atlet berjulukan Jaquelton itu disebutnya cukup lincah berganti karakter meski lebih suka mengandalkan Zerg sebagai kunci memenangkan duel.
"Dalam final seleksi nasional, Nyoman menghadapi Dedi Suryadi yang juga karakter favorit Zerg. Publik menilai Yeri (julukan Dedi) lebih favorit karena sebelumnya konsisten menggunakan Zerg, tapi karena Jaquelton cermat dan sabar akhirnya dia yang berhasil menang lewat sebuah persaingan yang alot dan menarik," kata Eliandy.
Tidak mengherankan juga kalau Nyoman memang lebih suka dipandang sebelah mata, termasuk oleh beberapa aktivis komunitas dari Korea Selatan dan Cina Taipei yang mulai melakukan perang urat syaraf di media sosial. Anggapan bahwa atlet e-sports Indonesia itu punya opsi-opsi taktik yang mudah dibaca dan kering kreativitas sehingga ujungnya bakal dengan mudah dilibas tidak membebani Nyoman.
Well, sebenarnya Jaquelton juga suka menggunakan karakter Terran dan Protoss dalam komposisi tertentu selain Zerg.
Terran memiliki pertahanan kuat dan kemampuan manuver yang beragam, sedangkan Zerg adalah serangga angkasa luar yang punya daya rusak masif saat melakukan serangan dalam skala besar. Faksi Protoss adalah ras prajurit elite yang pergerakannya lamban tapi sangat kuat.
Atlet e-sports yang memiliki perbandingan komposisi Terran, Zerg, dan Protoss yang pas untuk strategi bertandingnya akan memiliki kans besar untuk menang. Namun, pemanfaatan ketiga faksi tadi dalam memaksimalkan sumber daya dan mendirikan aset baru yang dimiliki seorang atlet di wilayah kekuasaannya juga akan menentukan keseimbangan tim yang dibangun seorang atlet.
Pemantauan aset dan kekuatan musuh lewat pengiriman mata-mata juga punya peran penting dalam menentukan strategi atlet SC2. Penentuan kemenangan seorang atlet e-sport dalam SC2 pada akhirnya ditentukan dalam dominasi penguasaan wilayah dan aset dalam peta permainan dalam durasi waktu tertentu.
Selain menghadapi Korsel dan Cina Taipei, Nyoman akan berhadapan dengan atlet-atlet e-sports dari Vietnam, Thailand, Sri Lanka, Kazakhstan dan Iran. Peta kekuatan masih samar, tapi tidak bisa dimungkiri bahwa Korea Selatan punya tradisi kuat di ranah SC2. Semoga e-sports Asian Games 2018 di nomor ini terbebas dari kecurangan yang menggunakan teknologi dan tindakan tidak sportif lainnya.