Cerita di Balik Pembukaan Asian Games, dari Ide Gunung hingga 80 Mesin Jahit

oleh Yus Mei Sawitri diperbarui 19 Agu 2018, 15:45 WIB
Pemandangan menakjubkan saat pesta kembang api dalam pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8). (Bola.com/Iqbal Ichsan)

Bola.com, Jakarta - Sekitar satu jam setelah pembukaan Asian Games 2018 berakhir, beberapa sosok penting di balik pertunjukan spektakuler tersebut berbagi cerita-cerita menarik. Ada Wisnutama, Adie MS, dan Ronald Steven. 

Sebenarnya masih ada lagi sosok-sosok lain yang berperan tak kalah penting, seperti Denny Malik, Eko Supriyanto, dan Dynand Fariz. Sayangnya, tak semua bisa turut hadir membagi kisah dan kerja keras dalam mewujudkan upacara pembukaan di Stadion Utama Gelora Bung Karno, yang megah dan spektakuler.  

Advertisement

Setidaknya tiga sosok yang hadir bisa menjawab berbagai pertanyaan bernada penasaran yang terlontar setelah pembukaan. Wajah-wajah mereka mencerminkan perpaduan perasaan, antara bahagia, puas, dan lega. Kerja keras selama berbulan-bulan akhirnya terbayar. 

Direktur Kreatif pembukaan Asian Games, Wishnutama, mengaku sempat ragu apakah seluruh acara pembukaan tersebut memang menarik. 

"Saya sempat bertanya-tanya, apakah ini bagus atau enggak. Soalnya, saya sendiri kan sudah melihatnya berpuluh-puluh kali. Setiap bagian pembukaan bisa diulang 20 sampai 30 kali. Mata saya sudah mblenek melihatnya. Jadi saya malah sering bertanya-tanya itu bagus atau enggak," kata Wishnutama, pada sesi konferensi pers setelah pembukaan Asian Games, di Main Press Center, Sabtu (18/8/2018). 

Kesulitan lainnya saat membuat rangkaian acara pembukaan Asian Games 2018 tetap rahasia sampai hari-H. Menurut Wishnutama, menutupi informasi soal pertunjukan sebesar itu bukan tugas mudah. "Misal mau mengurus izin untuk ini atau itu, tapi tidak bisa bilang untuk apa. Jadinya sulit," urai Wishnutama. 

 

2 dari 3 halaman

Ide Replika Gunung dan Cerita 80 Mesin Jahit

Mantan atlet bulutangkis, Susy Susanti, menyalakan api Asian Games saat acara pembukaan di SUGBK, Jakarta, Sabtu, (18/8/2018). Indonesia mengikutsertakan total 938 atlet, 365 ofisial dalam Asian Games 2018. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Mempersiapkan panggung besar, lengkap dengan replika gunung berapi, juga membutuhkan usaha besar. Namun, siapa sangka ide membuat gunung di tengah-tengah lapangan Gelora Bung Karno muncul karena keterbatasan. 

"GBK ini kan stadion lama, yang juga dipakai untuk Asian Games 1962. Atapnya hanya mampu menampung beban yang tak terlalu berat, seperti lampu. Sedangkan stadion modern masa kini bisa menampung beban hingga 100 ton. Selain itu stadion modern hampir semuanya punya lorong, GBK tidak," ungkap Wishnutama.

"Jadi gunung itu bisa jadi backstage, di belakangnya kami bisa menyembunyikan barang-barang yang dipakai untuk pembukaan. Para penampil juga bisa keluar dari balik gunung," sambung pria kelahiran Jayapura tersebut.  

Penari membawakan Tari Piring saat pembukaan Asian Games 2018 di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu (18/8). (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Wishnutama juga bercerita tentang kostum-kostum yang dipakai oleh pengisi acara. Demi efisiensi biaya, semua kostum dibuat sendiri oleh tim. Mereka mendirikan "pabrik kostum". "Jadi semua baju dibuat sendiri, ada 80 mesin jahit dan juga penjahitnya," kata Wishnutama. 

 

 

 

 

3 dari 3 halaman

Kerja Keras Tim

Tarian Saman saat pembukaan Asian Games di SUGBK, Jakarta, Sabtu, (18/8/2018). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Sementara itu, Addie MS selaku penata musik untuk acara pembukaan Asian Games 2018 menyatakan kesuksesan pembukaan Asian Games berkat hasil kerja keras tim. 

Addie mengaku proses menyiapkan pesta pembukaan itu menjadi pengalaman tak terlupakan, sekaligus jadi pembelajaran. Pimpinan Twilite Orchestra itu senang bisa bekerja sama dengan para maestro tari, busana dan lain-lain. 

"Kalau di Twilite Orchestra, saya yang menentukan seenak sendiri. Mau sukses atau gagal, ya saya nikmati sendiri. Kalau show sebesar ini yang menentukan adalah kerja sama tim," jelas Addie. 

Wishnu Tama, selaku Creative Director of Ceremonies Departement tak lupa menyampaikan terima kasih untuk semua yang bertugas lewat cuitan di Twitternya. (twitter/wishnutama)

Tugas Addie menjadi lebih ringan berkat bantuan musikus Ronald Steven. "Waktu diajak project ini, respons pertama saya 'ya udah, Mas Addie saja'. Tapi saya akhirnya bergabung," kata Ronald.  

Ronald mengaku sejak awal ingin ada sentuhan musik modern, yang berpadu dengan musik tradisional, pada upacara pembukaan. Menurutnya, pertemuan pertama untuk membahas pembukaan dilakukan pada Januari. 

Sebagai bentuk totalitas, Ronald meminta semua alat musik tradisional didatangkan dari daerah asalnya, supaya musiknya sempurna. Alhasil, ada tiga truk alat musik tradisional dari berbagai daerah. Keputusannya terbukti benar. Seluruh hiburan berlangsung spektakuler sehingga memukau jutaan mata dari berbagai penjuru dunia. 

Setelah pembukaan berlangsung sukses, sosok-sosok hebat di balik layar itu belum bisa bersantai-santai. Mereka harus kembali bekerja keras untuk memastikan upacara penutupan Asian Games 2018 berlangsung tak kalah spektakuler.