Bola.com, Palembang - Christopher Rungkat/Aldila Sutjiadi mempersembahkan medali emas ke-10 untuk Indonesia dari cabang tenis Asian Games 2018.
Pada partai final, mereka mengalahkan pasangan Thailand, Sonchat Ratiwatana/Luksika Kumkhum 6-4, 7-5, 10-7 di lapangan tenis JSC, Palembang, Sabtu (25/8/2018).
Christopher Rungkat memang menjadi andalan Indonesia pada cabang tenis. Namun, perolehan emas ini di luar dugaan. Kendati begitu, medali emas Asian Games merupakan impian Christo yang terwujud.
Baca Juga
Petenis yang sempat menembus Top 100 dunia dalam peringkat ATP itu adalah langganan medali di level SEA Games. Empat medali di SEA Games 2011, di antaranya tiga medali emas, satu medali perak di SEA Games 2015, dan satu medali perak di SEA Games 2017 adalah prestasi yang sudah diraih petenis berusia 28 tahun itu hingga saat ini.
Pernah tampil di turnamen grandslam, yaitu Australia Terbuka dan Wimbledon, membuat Christopher Rungkat memang layak menjadi andalan Indonesia di Asian Games 2018. Apalagi petenis yang akan turun di nomor ganda putra dan ganda campuran itu belum pernah sekalipun meraih medali di level Asian Games.
Karakternya yang senang berkompetisi di dalam kehidupan membuatnya memiliki motivasi kuat untuk bisa meraih medali di depan para pendukung tenis Indonesia yang akan memadati lapangan tenis di Jakabaring Sports Complex, Palembang.
Mimpi Christopher Rungkat di dunia tenis pun masih cukup banyak. Setelah sukses di Asian Games 2018, petenis berwajah imut ini juga masih mengincar untuk bisa bermain di dua turnamen grandslam yang belum pernah diikutinya, yaitu Amerika Serikat Terbuka dan Prancis Terbuka.
Dari Turnamen di Cinere
Christoper Rungkat menjalani karier di arena tenis sejak berusia sembilan tahun. Ia pun berbagi kenangannya menekuni olahraga top itu.
"Saya bermain tenis itu sudah dari kecil, ketika berusia sembilan tahun sudah ikut kompetisi lokal. Setelah itu juga sempat ikut seleksi dan bermain di Kualifikasi World Youth Cup di Australia dan masuk tiga besar untuk dikirim ke World Youth Cup di Ceska," katanya.
Setelah itu Christi semakin serius. Ketika masih berusia 14 tahun, ia bertanding di World Youth Cup. Dalam turnamen itu dia melihat pemain-pemain dari Amerika Serikat dan Eropa adalah kontinget terbaik di dunia.
"Dari momen itu saya mulai serius, akhirnya pada usia 18 tahun ketika sudah lulus SMA saya terjun ke tenis profesional. Sempat masuk rangking 200 dunia dan bermain di turnamen grandslam di Australia," ungkapnya.
Petenis kelahiran Jakarta 28 tahun yang lalu itu juga masih mengingat turnamen pertama yang diikutinya.
"Sebuah turnamen lokal interklub di Cinere. Saya ikut kelompok umur di bawah 10 tahun dan kalah di pertandingan final. Mulai dari saat itu saya ketagihan untuk ikut pertandingan di beberapa kota di Indonesia, biasanya ketika saya libur sekolah," ucapnya.
Setelah itu, Christo mengikuti turnamen kelompok umur di bawah 12 tahun di Bandung. Dia merasa senang bisa mendapatkan piala, bertemu banyak teman dan menang. "Sejak kecil memang saya sudah senang berkompetisi, tidak hanya di lapangan tenis," tegasnya.b