Bola.com, Palembang - Aldila Sutjiadi bersama pasangannya Christopher Rungkat meraih medali emas cabang olahraga tenis Asian Games 2018 di nomor ganda campuran. Bagi Aldila, catatan itu adalah pencapaian terbaiknya di dunia tenis.
Baca Juga
Aldila dan Christopher tak diunggulkan pada nomor ganda campuran. Keduanya hanya berada di urutan ke-11 dari sejumlah pasangan unggulan lainnya dari negara-negara di Asia.
Meski begitu, Aldila/Christopher mampu tampil gemilang. Keduanya mengalahkan pasangan asal Pakistan, Sarah Mahboob Khan/Muzammil Murtaza, dengan skor 6-3 dan 6-2 pada laga putaran kedua.
Lolos ke putaran ketiga, Aldila/Christopher menghadapi unggulan kedelapan asal Thailand, Nicha Lertpitaksinchai/Sanchai Ratiwatana. Meski sempat mendapat perlawanan sengit, Aldila/Christopher memetik kemenangan 7-5 dan 6-1.
Pada fase perempat final, Aldila/Christopher bersua lawan berat lainnya, yakni Ankita Raina/Rohan Bopanna asal India. Aldila/Christopher harus bekerja keras sebelum akhirnya meraih kemenangan super tie break 6-4 dan 1-6, dan 10-6.
Lolos ke semifinal, Aldila bersama Christopher bersua ganda campuran asal Jepang, Erina Hayashi/Kaito Uesugi. Melalui pertarungan dua set, Aldila/Christopher memetik kemenangan 7-6 dan 6-4.
Pada partai puncak yang dihelat di Arena Jakabaring Sport City, Palembang, Sabtu (25/8/2018), Aldila/Christopher menghadapi unggulan kelima asal Thailand, Luksika Kumkhum/Sonchat Ratiwatana.
Pada set pertama, Aldila/Christopher berhasil meraih kemenangan 6-4. Akan tetapi, keduanya kehilangan set kedua dan menyerah 7-5.
Skor sama kuat 1-1 membuat pertandingan dilanjutkan ke set tambahan. Pada fase super tie break ini, Aldila/Christopher tampil impresif dan berhasil mengunci kemenangan dengan skor 10-7.
Hasil ini sekaligus membuat Aldila Sutjiadi/Christopher Rungkat menyumbangkan medali emas ke-10 Indonesia di Asian Games 2018. Selain itu, torehan ini adalah medali perdana Indonesia dari cabang olahraga tenis di Asian Games, setelah terakhir kali diraih pada 2002.
Bagi Aldila Sutjiadi, ini merupakan pencapaian tertinggi dalam kariernya di dunia tenis. Sebelumnya, dia pernah merengkuh dua medali perunggu di SEA Games 2015, yakni pada nomor ganda putri dan beregu putri.
Srikandi Masa Depan Indonesia di Dunia Tenis
Aldila mulai tampil di kejuaraan tenis junior pada 2008 ketika masih berumur 13 tahun. Dia mengukir prestasi yang cukup membanggakan di level junior, mulai dari memenangkan nomor tunggal dan ganda di Kejuaraan Junior Internasional 2010 hingga mencapai semifinal Australian Open Junior Championships pada 2012.
Gadis kelahiran Jakarta, 23 tahun silam itu mengawali kariernya di tingkat profesional pada 2010. Aldila yang saat itu baru berusia 15 tahun bermain pada turnamen ITF di Jakarta.
Ketika belum genap berusia 18 tahun, Aldila Sutjiadi memborong medali emas tenis di Pekan Olahraga Nasional (PON) 2012 Riau. Aldila berhasil menjadi juara di nomor beregu, tunggal, dan ganda putri.
Dia menjadi bagian dari tim Indonesia di Piala Fed Asia/Oceania pada 2013. Aldila turut berkontribusi membawa Indonesia promosi ke Group 1 Piala Fed Asia/Oceania pada 2013.
Dengan usia yang baru menginjak 23 tahun, Aldila Sutjiadi diyakini bakal menjadi masa depan tenis Indonesia. Dia diharapkan bisa menjadi penerus Yayuk Basuki yang merupakan satu di antara legenda tenis Indonesia.
Berprestasi di Dunia Pendidikan
Aldila Sutjiadi tak hanya gemilang di dunia tenis, namun juga di bidang pendidikan. Saat kelas 3 SMA, Aldila sudah mendapatkan banyak tawaran dari berbagai universitas di dalam dan luar negeri.
Dia akhirnya menjatuhkan pilihannya ke University of Kentucky, Amerika Serikat. Aldila mendapatkan beasiswa penuh dari University of Kentucky lewat jalur tenis.
Memilih jurusan matematika ekonomi, Aldila merupakan satu di antara mahasiswa berprestasi di University of Kentucky. Selama empat tahun menjalani kuliah di Amerika Serikat, Aldila berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Komulatif (IPK) 3,92.
Pencapaian gemilangnya di dunia tenis dan pendidikan membuat gadis yang akrab disapa Dila itu dinobatkan sebagai satu di antara remaja berprestasi di AS dalam Elite 90. Penghargaan itu digagas The National Collegiate Athletic Associate (NCAA), Amerika Serikat.
Baca Juga
Deretan Pemain Naturalisasi Timnas Indonesia yang Sebaiknya Main di Piala AFF 2024: Ngeri-ngeri Sedap Kalau Gabung
Thom Haye Kenang Atmosfer Luar Biasa SUGBK saat Melawan Arab Saudi: Sampai Tidak Terdengar Teriakan Jay Idzes dan Rizky Ridho
Alasan Pelatih Oxford United Tak Kunjung Mainkan Marselino Ferdinan: Masih Butuh Waktu, Liga Inggris Itu Mengerikan