Petik Prestasi di Asian Games 2018, Angkat Besi Berharap Tempat Latihan Permanen

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 04 Sep 2018, 22:45 WIB
Lifter Indonesia, Eko Yuli Irawan, saat berlaga pada Asian Games di JIExpo, Jakarta, Selasa, (21/8/2018). Eko Yuli berhasil menyumbang medali emas angkat besi putra kelas 62kg. (Bola.com/Peksi Cahyo)

Jakarta - Target PB Persatuan Angkat Berat, Binaraga, dan Angkat Besi Seluruh Indonesia (PABBSI) di Asian Games 2018 tidak meleset. Indonesia meraih satu medali emas, satu perak, dan satu perunggu dari ajang itu.

Untuk medali emas Asian Games 2018 dari angkat besi disumbangkan Eko Yuli Irawan. Ia tampil sebagai juara kelas 62 kg dengan total angkatan 311 kg. Ia mengungguli Vinh Trinh (299 kg) dan Ergashev (298 kg).

Advertisement

Seperti bulu tangkis, angkat besi jadi cabor yang rutin menyumbang medali Olimpiade untuk Indonesia. Tradisi itu dimulai sejak Olimpiade 2000. Dan Eko Yuli sendiri sudah menyumbang dua perunggu dan satu perak di ajang Olimpiade.

Karena hal itu, kesuksesan di Asian Games 2018 pun diharapkan Dirdja Wihardja bisa membuat pemerintah lebih memperhatikan PABSI untuk ke depannya. Hal itu diungkapkan Dirja saat ditemui Liputan6.com jelang Konser Terima Kasih Indonesia untuk Para Juara di Studio 5 Indosiar, Selasa (4/9/2018).

"Evaluasinya gembira karena sudah pecah telur. Kami sudah memenuhi target pemerintah. PABBSI kan selama ini punya predikat selalu menyumbangkan medali di multievent. Alhamdulillah di sini dapat emas. Dengan emas ini tugas ke depan jauh lebih berat. Tentu perlu dukungan pemerintah," kata Dirdja.

2 dari 2 halaman

Tempat Latihan

Eko Yuli Irawan

Saat pelatnas menuju Asian Games 2018, PABBSI memang sempat pindah tempat latihan. Awalnya, lokasi latihan mereka adalah di Gelora Bung Karno. Lalu, mereka pindah ke Pusat Pengembangan Pemuda Olahraga Nasional (PP PON) di Cibubur.

Dari Cibubur, mereka pun sempat pindah ke GOR Sambilulungan, Soreang, Kabupaten Bandung. Pada akhirnya, mereka menghabiskan sisa waktu pelatnas di Mako Lamar Jakarta. Langsung atau tidak, hal itu sedikit mengganggu psikologi atlet.

"Dukungan untuk segalanya. Jangan sampai angkat besi nanti latihannya pindah-pindah lagi. Kalau perlu kita punya padepokan sendiri seperti bulutangkis. Jadi kita harus punya Cipayung-nya angkat besi. Dengan begitu, tugas kita untuk mempertahankan medali, mencari para The Next Eko, akan tercapai," jelas Dirdja.

 

Sumber: Liputan6.com