Bola.com, Jakarta - Skuat PSMS Medan menempuh perjalanan panjang untuk melakoni laga pekan ke-22 Liga 1 2018 kontra Perseru Serui yang akan digelar pada Minggu (16/9/2018) di Stadion Marora. Klub berjuluk Ayam Kinantan itu harus membelah Indonesia untuk menyambangi Serui di Kabupaten Kepulauan Yapen.
Baca Juga
Bola.com mencoba melakukan simulasi perjalanan tandang PSMS dari Medan menuju Serui. Data di bawah ini merupakan angka akurat karena mengacu pada aplikasi penghitung jarak antarkota dengan media perjalanan udara.
Perjalanan PSMS Medan dimulai dari Bandara Kuala Namu pada Kamis (13/9/2018) malam WIB. Pasukan Peter Butler kemudian harus menuju Jakarta menempuh perjalanan udara sejauh 1419 km dengan durasi dua jam 25 menit.
Tiba di Bandara Soekarno Hatta, perjalanan PSMS kemudian dilanjutkan penerbangan menuju Makassar pada Jumat (14/9/2018) dini hari WIB. Perjalanan dari Jakarta menuju Makassar menempuh jarak 1397 km dengan durasi 2 jam 25 menit.
Setelah sampai di Bandara Sultan Hasanuddin, Legimin Raharjo dkk kemudian harus berganti pesawat menuju Biak, Papua. Kali ini, perjalanan yang menempuh jarak 1895 km dengan durasi 2 jam 45 menit.
Sesampainya di Bandara Frans Kaisiepo, para pemain, pelatih, dan ofisial PSMS Medan kembali harus berganti pesawat menuju Bandara Sudjarwo Tjondronegoro di Serui. Kali ini, pasukan Peter Butler harus menempuh perjalanan sejauh 95 km.
Jika ditotal, maka durasi perjalanan yang ditempuh skuat PSMS dari Medan menuju Serui yakni 4809 Km. Selain di udara, para pemain pun harus menghabiskan waktu berjam-jam ketika melakukan transit.
Skuat PSMS Medan sudah tiba di Serui pada Jumat (14/9/2018) siang. Para pemain tentu saja dilanda kelelahan setelah membelah Indonesia dengan menempuh perjalanan dari Medan ke Serui.
"Ini sebagai antisipasi saja agar pemain tetap memiliki waktu istirahat yang cukup sebelum matchday,” kata Media Officer PSMS Medan, Bobi Septian seperti dikutip situs resmi Liga 1 2018.
PSMS Medan membawa 16 pemain dalam lawatan ke markas Perseru Serui kali ini. Kemenangan menjadi harga mati agar perjalanan ribuan kilometer tak berakhir sia-sia.