Jakarta - Label pembalap MotoGP dengan gaya yang terkesan ugal-ugalan kini disematkan kepada Marc Marquez. Cap tersebut tak hanya diberikan segelintir orang, tapi juga beberapa pembalap MotoGP.
Marquez memang berstatus sebagai pembalap terbaik MotoGP saat ini. Konsistennya dalam beberapa tahun terakhir adalah bukti nyata. Bahkan, ia sanggup mengumpulkan empat gelar juara dunia hanya dalam lima musim di MotoGP.
Masalahnya, di balik kehebatannya tersebut, Marquez dianggap memiliki sisi negatif. Hal yang dimaksud adalah mengenai gaya balapnya yang agresif. Sejak memulai debutnya pada MotoGP 2013, Marquez langsung dikenal sebagai pembalap yang bernyali besar.
Berulang kali ia tak segan-segan melakukan manuver yang agresif saat balapan MotoGP. Semakin ke sini, ia pun jadi pembalap yang cukup sering mendapatkan keluhan dari pembalap lain terkait gaya balapnya. Pembalap terkini yang mengkritik adalah Jorge Lorenzo.
Kevin Schwantz, juara dunia kelas 500cc 1993, pun melihat The Baby Alien dengan pandangan yang sama. Ia mengambil contoh pada apa yang dilakukan Marquez di MotoGP Argentina 2018 di mana ada beberapa pembalap yang jadi korban agresivitasnya.
"Persaingan adalah hal yang alami dan itu adalah soal balapan, tapi Marc berbahaya. Contohnya, di Argentina dengan Aleix, kontak yang dilakukannya tidak masuk akal. Ia tak punya hal masuk seperti itu," ujar Schwantz yang memperkuat Suzuki sepanjang kariernya, dikutip Tuttomotoriweb.
Berikan Contoh
Pada MotoGP Argentina 2018, ada tiga pembalap yang jadi korban agresif Marquez. Mereka adalah Aleix Espargaro, Andrea Dovizioso, dan Valentino Rossi. Bahkan, Rossi sampai terjatuh dan gagal podium akibat senggolan yang diberikan Marquez.
Schwantz pun mencontohkan soal gaya balap Wayne Rainey. Schwantz menyatakan bahwa Rainey sempat jujur soal gaya balapnya saat masih aktif sebagai pembalap.
"Rainey selalu mengatakan bahwa ia tak pernah melakukan kontak dengan seseorang tanpa niat. Pada 1987 di Brands Hatch, kami telah melakukan kontak berkali-kali, tapi tidak pernah dengan sudut yang berbeda dengan tujuan membuat pesaing keluar," Schwantz menegaskan.
Sumber: Liputan6.com