Hasrat Timnas Voli Duduk Indonesia Tembus Semifinal Asian Para Games 2018

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 27 Sep 2018, 21:19 WIB
Presiden Joko Widodo meninjau sesi latihan atlet Asian Para Games di Arena GBK, Jakarta, Kamis (27/9). Ada tiga cabang olahraga yang latihannya di tinjau Jokowi, yakni olahraga menembak, bola voli duduk dan Lawn ball. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Jakarta - Atlet voli duduk putra, Purwadi memendam hasrat besar untuk Indonesia di ajang Asian Para Games 2018 yang berlangsung pada 6 hingga 13 Oktober mendatang.

Purwadi memastikan, tim voli duduk putra Indonesia sudah siap berjuang di Asian Para Games 2018. Setelah menjalani pemusatan latihan di Kota Solo, Jawa Tengah, kini mereka fokus berlatih di lantai 8 GBK Arena, Jakarta.

Advertisement

Program latihan difokuskan pada simulasi pertandingan untuk meningkatkan mental bertanding pada atlet sebelum menghadapi laga perdana Asian Para Games, 7 Oktober nanti.

Dengan program yang sudah ada, Purwadi optimistis timnya mampu membawa voli duduk Indonesia berbicara banyak di pentas Asian Para Games.

"Target? Pasti juara menjadi target utama dari dalam diri pribadi. Namun, untuk sementara kita bidik semifinal sebagai titik aman pertama," kata Purwadi saat ditemui di The Hook Restaurant and Cafe, Jakarta, Kamis (27/9/2018).

Berbicara soal lawan di kawasan Asia, Purwadi menyebut ada tiga negara yang patut diwaspadai tim voli duduk Indonesia.

"Lawan terberat tentu masih Iran sebagai juara dunia, lalu ada China dan Korea Selatan," ujar atlet Asian Para Games asal Sragen, Jawa Tengah tersebut. 

2 dari 2 halaman

Tak Perlu Malu

Atlet voli duduk Indonesia, Purwadi. (Liputan6.com/Cakrayuri).

Purwadi mengisahkan dirinya kehilangan sebagian kaki kanannya setelah mengalami kecelakaan motor saat masih duduk di kelas 3 Sekolah Teknik Menengah. Saat kakinya harus diamputasi, dia merasa frustrasi.

"Malu sudah pasti. Perubahan fisik mempengaruhi mental. Dan itu harus dikuatkan dulu. Namun saya merenung kalau seperti ini terus saya tidak pernah keluar dan bisa saja bunuh diri," katanya.

Nasib baik menghampiri Purwadi. Ditengah keterpurukannya menghadapi perubahan fisik, dia mendapat binaan dari Departemen Sosial yang memberinya banyak pelajaran tentang keterampilan.

"Dari sana, saya dapat banyak teman dan sharing. Teman-teman saya banyak yang suka olahraga, akhirnya saya terjun juga."

Dari pertemuan itu Departemen Sosial, Purwadi menyadari, para difabel tidak perlu minder dengan keadaan fisiknya. Purwadi berharap orang sepertinya tak perlu malu dengan perbedaan.

"Saran saya, terutama bagi orang tua yang mempunyai anak berkebutuhan khusus, saya harap mengizinkan anaknya untuk terjun ke dunia olahraga atau yang lain. Jangan pernah malu, harus berani dan semangat untuk mengubah nasib," ujarnya mengakhiri percakapan.