Hasil Diskusi Menpora dengan Stakeholder Sepak Bola Indonesia

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 01 Okt 2018, 19:15 WIB
Menpora Imam Nahrawi bersama stakeholder sepak bola Indonesia, PSSI, Polri. perwakilan klub, suporter, dan media, duduk bersama untuk menciptakan sepak bola tanpa insiden di Wisma Kemenpora, Jakarta, Senin (1/10/2018). (Bola.com/Benediktus Gerendo)

Bola.com, Jakarta - Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) duduk bersama sejumlah stakeholder sepak bola Indonesia, seperti PSSI, para manajer klub Liga 1, Kepala Badan Intelkam Mabes Polri, APPI, media, dan pemimpin kelompok suporter, Senin (1/10/2018) siang. Dalam pertemuan tersebut semua stakeholder berdiskusi untuk mencari solusi agar sepak bola Indonesia tidak lagi menimbulkan korban jiwa.

Dalam pertemuan tersebut, Menpora Imam Nahrawi menegaskan bahwa pertemuan dan duduk bersama yang dilakukan dengan seluruh stakeholder sepak bola Indonesia tersebut adalah perwujudan dari instruksi Presiden Joko Widodo. Harapannya, dari diskusi bersama stakeholder sepak bola Indonesia mendapatkan hasil yang memberikan dampak besar bagi persatuan sepak bola Indonesia.

"Forum ini kita maksimalkan agar semua niat baik untuk memajukan sepak bola Tanah Air yang lebih baik bisa terwujud," ujar Menpora Imam Nahrawi dalam sambutannya.

Advertisement

Dalam kesempatan tersebut, hadir Wakil Ketua Umum PSSI Joko Driyono, pengamat sosial Imam Prasojo, General Manager Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) Ponaryo Astaman, Ketua Komisi X DPR RI Djoko Udjianto, Ketua Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) Richard Sambera, Pemimpin Redaksi Bola.com Darojatun, dan Kepala Bagian Intelkam Mabes Polri, sebagai narasumber diskusi.

Selain itu, hadir pula para perwakilan manajemen klub, seperti Sumardji (Bhayangkara FC), Haruna Soemitro (Madura United), Ferry Paulus (Persija Jakarta), Teddy Tjahjono (Persib Bandung), dan Bento Madubun (Persipura Jayapura). Tak hanya manajemen klub, pimpinan kelompok suporter klub-klub sepak bola Indonesia pun hadir untuk berdiskusi bersama.

Dalam kesempatan tersebut, Waketum PSSI, Joko Driyono, mengapresiasi inisiatif untuk menggelar diskusi tersebut. Joko Driyono pun memaparkan tiga hal yang akan dilakukan oleh PSSI untuk berusaha

"Pertama, soal apa yang sudah dan akan dilakukan oleh PSSI. Kami sudah mengambil keputusan untuk menghentikan kompetisi untuk sementara. Dua hal dipertimbangkan untuk itu, yaitu duka atas hilangnya nyawa manusia dan momentum untuk merenung, hening, dan konsolidasi," ujar Joko Driyono.

"Kedua, kami ingin mencari di mana sebenarnya posisi suporter dalam lingkup sepak bola di dunia ini. PSSI ingin ada kompetisi dengan rivalitas ini bisa dikelola sebagai sebuah harta karun. Kami ingin menempatkan suporter menjadi bagian dari komunitas sepak bola itu sendiri. PSSI ingin menempatkan suporter menjadi elemen penting dalam sepak bola, di mana kita harus menghargai kreativitas yang dilakukan suporter selama ini."

"Ketiga, PSSI, Liga, dan klub memiliki tanggung jawab yang terbatas. Negara lain memerangi hooliganisme tapi tidak bisa dilakukan jika tidak ada kerja sama dengan beberapa institusi lain. Kolaborasi menjadi instrumen terakhir yang diperlukan untuk memperbaiki suporter," lanjutnya.

Sementara itu, Ponaryo Astaman yang hadir sebagai perwakilan pesepak bola Indonesia menegaskan bahwa respons banyak pihak terkait meninggalnya suporter Persija, Haringga Sirla, memperlihatkan bahwa semua pihak berpikir. Ponaryo pun menyimpulkan ada kepedulian dari masyarakat dan rasa cinta dari banyak pihak terhadap sepak bola Indonesia.

"Tugas kita semua untuk selanjutnya memelihara rasa cinta dan mengarahkan ke sisi positif demi sepak bola Inodnesia ke depannya. Saya berharap ada komitmen dari semua pihak untuk benar-benar membenahi sepak bola Indonesia," ujar Ponaryo Astaman.

"Kami pun memberikan dukungan kepada Komisi Disiplin PSSI untuk memberikan hukuman maksimal kepada pemain yang melakukan keributan di dalam pertandingan. Alasannya, karena para pemain di lapangan seharusnya menjadi teladan bagi semua pihak, termasuk suporter," lanjut General Manager APPI itu.

2 dari 2 halaman

Beri Akses Suporter Tim Tamu untuk Datang

Manajer Madura United, Haruna Soemitro, sebagai perwakilan klub-klub Liga 1 yang hadir dalam diskusi tersebut menegaskan harus ada komitmen bersama jika stakeholder sepak bola Indonesia benar-benar ingin membuat momentum zero accident di dunia sepak bola pada hari-hari ke depan, termasuk memastikan semua suporter tim tamu bisa datang dengan aman saat timnya bertandang ke markas tim lain.

Haruna pun mengungkapkan tak ada sepak bola tanpa hadirnya suporter. Sebagai perwakilan klub Liga 1 yang kompetisinya tengah dihentikan, Haruna berharap ada regulasi yang benar-benar mengatur bahwa suporter tim tamu mendapatkan kuota sebesar lima persen dari klub tuan rumah, apa pun pertandingannya.

"Jargon respek yang diletakkan di stadion sepertinya hanya untuk respek antarpemain yang bertanding atau respek pemain terhadap wasit. Padahal ada yang lebih penting, yaitu respek klub terhadap suporter dan yang paling penting respek klub terhadap sepak bola," ujar Haruna.

"Klub tanpa suporter tidak akan ada sepak bola. Jadi kami menginginkan solusi yang konkret. Ketika respek itu sudah ada, lalu bagaimana law enforcement, Kami ingin ada akses bagi suporter tim tamu, yaitu sebesar lima persen diberikan oleh klub tuan rumah. Kami ingin melihat implementasinya dalam pertandingan-pertandingan besar seperti Persija dan Persib atau Persebaya dan Arema. Bagaimana akses itu diberikan, termasuk berapa harga yang harus dibayarkan untuk bisa mewujudkan akses tersebut," tegas manajer Madura United itu.

Senada dengan Haruna Soemitro, Pemimpin Redaksi Bola.com, Darojatun, menjelaskan bahwa kehadiran suporter tim tamu akan membuat protap pengamanan menjadi lebih jelas agar tidak lagi jatuh korban karena ada suporter yang nekat datang memberikan dukungan ketika tim kesayangannya bertanding di kandang rivalnya.

Berdasarkan pengalamannya meliput pertandingan kualifikasi Piala Dunia zona Eropa antara Skotlandia dan Slovenia, Darojatun menyebut ada beberapa klasifikasi pengamanan yang dilakukan oleh petugas berwenang terhadap sebuah pertandingan sepak bola, di mana itu menjadi tidak jelas ketika pertandingan antara Persib dan Persija digelar, di mana suporter tim tamu dilarang datang.

"Ketika yang ada hanya larangan untuk suporter tim tamu agar tidak datang, akhirnya ada keinginan dari segelintir orang untuk tetap datang ke sana demi mendukung timnya walau tanpa atribut. Jika mencermati media sosial dan memasukkan tagar tertentu, akan ada suporter tim seperti The Jakmania yang datang ke markas Persib walau hanya menggunakan baju netral sehingga itu tidak teridentifikasi dengan jelas oleh keamanan," papar Darojatun.

Pemimpin Redaksi Bola.com itu juga mengingatkan bagaimana pelaksanaan laga final Piala Presiden 2015 antara Persib Bandung dan Sriwijaya FC yang digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Senayan, bisa berjalan dengan lancar dengan pengamanan yang baik. Menurutnya, itu merupakan satu contoh baik dari koordinasi pengamanan.

"Saya ingat Pak Joko Driyono dalam diskusi terpisah pernah mengatakan biaya pengamanan menjadi lebih tinggi ketika risiko pengamanan lebih besar. Saya ingat bagaimana final Piala Presiden 2015 antara Persib dan Sriwijaya FC di GBK. Kapolri saat itu menggelontorkan anggaran pengamanan sebesar satu miliar rupiah untuk pertandingan itu," ujar Darojatun.

"Pengamanan pun tidak hanya dimulai dari tiga jam sebelum pertandingan, kenapa saya sebut tiga jam, karena peristiwa Haringga kemarin terjadi sekitar tiga jam sebelum pertandingan. Saat final Piala Presiden itu sudah dilakukan sejak pagi dan terbukti GBK bisa tetap steril," lanjutnya.

Waketum PSSI, Joko Driyono, pun menegaskan tak ada larangan untuk suporter tim tamu datang. Namun, Joko Driyono juga menekankan bagaimana setiap klub dan kelompok suporter harus memiliki sistem yang pasti agar bisa dikoordinasikan dengan pengamanan.

"PSSI dan Komisi Disiplin tidak ada larangan mengenai suporter tim tamu datang. Regulasi yang ada justru suporter tim tamu mendapat kuota lima persen dari klub tuan rumah. Namun, berdasarkan feedback dari kedua tim yang bertanding, dalam hal ini Persib dan Persija, perjalanan suporter menuju stadion itu pun tidak mudah karena dalam perjalanannya berpotensi terjadi gesekan," ujar Joko Driyono.

"PSSI hanya bisa mengimbau agar ketika suporter tim tamu mau datang, klub harus bisa mengoordinasikan bersama kelompok suporter agar melakukan registrasi sehingga kerumunan orang itu menjadi terdata dan semua pihak bisa mempersiapkan antisipasinya," lanjutnya.