Pertandingan Berhenti jika Ada Nyanyian Rasial Jadi Solusi untuk Sepak Bola Indonesia

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 02 Okt 2018, 06:01 WIB
Suporter Indonesia saat melawan Uni Emirat Arab (UEA) pada laga Asian Games di Stadion Wibawa Mukti, Jawa Barat, Jumat (24/8/2018). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Bola.com, Jakarta - Sebuah usulan muncul dari suporter PSCS Cilacap yang merasa prihatin dengan banyaknya nyanyian berlirik rasial dan kebencian yang dilantunkan suporter klub di Indonesia. PSSI dan APPI pun setuju wacana pertandingan dihentikan jika ada suporter yang menyanyikan lagu bernada rasial dan kebencian ketika tim kesayangannya bertanding.

Satu hal yang menjadi penyebab masih adanya bentrok antarsuporter klub sepak bola di Indonesia adalah kebiasaan menyanyikan lagu dengan lirik rasial dan ujaran kebencian. Hal itu pula yang menjadi keprihatinan banyak pihak, termasuk sejumlah suporter yang hadir dalam diskusi bersama stakeholder sepak bola Indonesia di Wisma Kemenpora, Jakarta, Senin (1/10/2018).

Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, dalam kesempatan tersebut mengaku sudah ada tawaran yang datang dari APPI mengenai sikap pemain jika suara nyanyian rasis dan kebencian itu terdengar di stadion. Joko Driyono pun menyebut jika disepakati maka itu bisa menjadi solusi untuk mengurangi nyanyian tersebut.

Advertisement

"Masalah rasialisme sudah menjadi fokus dan kampanye FIFA dan kami untuk bisa dihentikan. Ada tawaran dari APPI yang mewakili pemain bahwa ketika ada nyanyian rasial terdengar, para pemain berhenti untuk bertanding. Jika semua sepakat, itu akan menjadi langkah yang bagus," ujar Joko Driyono.

Sementara itu, pengamat sosial, Imam Prasodjo, menegaskan tanggung jawab untuk membantu hilangnya nyanyian rasial juga harus datang dari pihak klub yang mendapatkan dukungan dari suporter tersebut. Namun, di satu sisi Imam juga berharap ada cara agar ketika hal tersebut terjadi, suporter yang melantunkan nyanyian rasial tidak menjadi korban kekerasan dari suporter lain.

"Bukan hanya pemain, tapi seharusnya pelatih dari kedua tim sepakat untuk menginstruksikan timnya berhenti bermain. Kalau bisa klub juga harus siap dengan pengamanan agar jangan sampai kemudian yang menyanyikan lagu rasial itu menjadi bulan-bulanan suporter lain," ujarnya.

Ketika dikonfirmasi soal wacana tersebut, General Manager APPI, Ponaryo Astaman, mengaku setuju dengan wacana tersebut. Namun, baginya yang lebih penting adalah regulasi atau hukuman yang mengatur dan mengikat ketika nyanyian rasial itu terdengar. Ponaryo berharap ada hukuman dengan efek jera sehingga suporter pun bisa memiliki kesadaran.

"Kalau setiap kali ada nyanyian rasial lalu pemain berhenti bertanding, tapi tidak ada regulasi atau hukuman akan percuma. Karena pada akhirnya di pertandingan selanjutnya bisa saja nyanyian itu ada lagi dan akhirnya pemain berhenti bertanding. Besok bertanding lagi, lalu ada nyanyian lagi, dan kemudian pemain berhenti bertanding lagi," ungkap Ponaryo.

"Tidak cukup sampai di situ, harus ada regulasi yang mengatur bahwa kalau ada nyanyian rasial lagi, yang melanggar dihukum. Terserah apakah suporternya yang dihukum, atau klubnya yang dihukum sekalian."

"Sehingga pihak-pihak yang menyanyikan rasial itu berpikir kalau mereka akan dihukum jika melakukannya. Dengan begitu akan ada kontrol dan kesadaran bahwa itu tidak bisa dilakukan. Kalau hanya imbauan dan tidak ada sanksi akan percuma. Harus ada pihak ketiga, alat pengawas, atau alat pengontrol, yaitu regulasi yang ada hukuman yang jelas untuk pihak yang melanggar," lanjut GM APPI itu.

Berita Terkait