Sosok Syuci Indriani, Tunagrahita yang Melejit di Asian Para Games 2018

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 09 Okt 2018, 17:20 WIB
Syuci Indriani perenang Indonesia berhasil meraih medali emas di nomor 100 meter gaya dada klasifikasi SB14 pada Asian Para Games 2018, Gelora Bung Karno Jakarta, Senin (8/10/2018). (Bola.com/Peksi Cahyo)

Jakarta - Syuci Indriani sudah merebut dua medali di Asian Para Games 2018. Penyandang disabilitas ini benar-benar melejit sejak hari pertama.

Pada Minggu (7/10/2018), Syuci merebut medali perunggu Asian Para Games dari nomor 200 meter gaya bebas putri S14. Dia mencatatkan waktu 2 menit 20,80 detik di Stadion Akuatik, Komplek Gelora Bung Karno, Jakarta.

Advertisement

Tentunya, ini menjadi sebuah kejutan untuk Syuci. Sebab, ia tak pernah menyangka bisa mendapat medali di nomor yang bukan menjadi unggulannya.

Tak hanya itu, dia juga berhasil memecahkan catatan waktunya sendiri. Sebelum tampil di Asian Para Games, catatan waktu terbaiknya adalah 2 menit 22 detik. Catatan itu pecah saat di babak kualifikasi, Minggu pagi, 2 menit 24 detik.

Raihan prestasi Syuci berlanjut di nomor 100 meter gaya dada SB 14. Dia meraih medali emas Asian Para Games 2018 dengan catatan waktu tercepat, 1 menit 23,95 detik.

 

2 dari 2 halaman

Tunagrahita

Atlet Indonesia Syuci Indriani melakukan persiapan sebelum babak final nomor 100 meter renang gaya dada klasifikasi SB14 Asian Para Games 2018 di Stadion Akuatik GBK, Jakarta, Senin (8/10). Syuci Indriani berhasil meraih emas. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Bila dilihat secara kasat mata, kondisi fisik Syuci sangatlah sempurna, sama seperti manusia biasanya. Namun, wanita berusia 17 tahun tersebut merupakan seorang tunagrahita.

"Kalau menurut fisik Syuci itu sempurna. tapi kalau untuk intelektualnya, IQ-nya di bawah rata-rata. Angkanya di bawah 75, ia masuk di klasifikasi S14," kata pelatih renang Bhima Kautsar.

Dengan keterbatasan yang dimiliki Syuci, Kautsar sebagai seorang pelatih harus sabar memberikannya arahan.

"Penanganan sebetulnya seperti atlet normal, karena Syuci secara fisik sama utuh tidak ada yang kurang. Cuma kami lebih sering mengingatkan dan menegur ketika ia salah. Tidak bisa dilepas begitu aja, harus diulang-ulang terus sampai yang bersangkutan mengerti, pola itu terus diulang lagi," ucapnya.

"Terkadang Syuci mengaku mengerti, tapi pada kenyataan ternyata tidak. Susahnya melatih tunagrahita seperti itu. Atlet yang dilatih sering lupa, daya ingatnya kurang. Jadi, dapat instruksi apa, renang seperti apa kadang salah. Butuh kesabaran," ujar Kautsar.

Grab selaku official mobile platform partner juga mendukung Asian Para Games 2018