Bola.com, Jakarta - Perhelatan Asian Para Games 2018 mampu menarik animo ratusan jurnalis dari dalam dan luar negeri. Meski begitu, tak hanya jurnalis yang turut membuat konten berita, tapi juga para penyandang disabilitas.
Baca Juga
Banyu Nugraha dan Bernadette Benita Sekarina adalah dua dari sejumlah penyandang disabilitas netra yang turut membuat konten berita Asian Para Games. Banyu dan Sekar merupakan penyandang disabilitas netra yang berasal dari Kartunet.
Kartunet merupakan sebuah komunitas yang fokus pada pengembangan minat bakat para penyandang disabilitas. Selain itu, Kartunet juga mengampanyekan wacana masyarakat inklusif melalui media dalam jaringan.
Selama perhelatan Asian Para Games 2018, Banyu dan Sekar bekerja di bawah Fieldworker yang dipimpin langsung oleh Tina Talisa. Nantinya, Banyu dan Sekar menerima hasil rekaman serta diubah menjadi sebuah berita.
"Sebenarnya kami berasal dari Kartunet diajak untuk mengisi konten-konten mengenai Asian Para Games. Kami ada enam orang dari Kartunet untuk membuat berita-berita Asian Para Games, namun untuk hari ini hanya bertiga. Jadi kami bergantian," ujar Banyu.
"Tugas kami membuat transkrip wawancara yang berasal dari audio yang dikirimkan dan akan kamu bikin teks berita. Nantinya naskah yang sudah kami buat akan dikirimkan ke Fieldworker," lanjut pria asal Sukabumi tersebut.
Untuk pembuatan sebuah berita, Banyu dan Sekar membutuhkan waktu selama dua hingga tiga jam. Hal tersebut tergantung dengan kualitas audio, penyebutan nama seseorang, dan cabang olahraga.
Dalam sehari, Banyu dan Sekar bisa membuat dua hingga tiga artikel. Artikel-artikel tersebut akan ditayangkan di situs resmi Asian Para Games 2018 ataupun menjadi rilis untuk jurnalis.
"Satu rekaman bisa dibuat menjadi teks membutuhkan waktu selama dua hingga tiga jam. Tergantung tingkat kejelasan audio yang didengarkan, karena harus diulang berkali-kali," jelas Sekar.
Grab selaku official mobile platform partner juga mendukung Asian Para Games 2018
Belajar Menulis Sejak Remaja
Banyu dan Sekar merupakan tunanetra total. Banyu sudah mengalami kebutaan sejak lahir, sedangkan Sekar ketika berumur tujuh tahun. Keterbatasan tersebut tak menghalangi keduanya untuk belajar menulis.
Baik Banyu dan Sekar telah mulai belajar menulis ketika masih belajar di Sekolah Luar Biasa (SLB). Untuk menulis di laptop, keduanya pun tak mengalami kendala.
Menggunakan aplikasi JAWS (screen reader) serta terbiasa menempatkan jari pada huruf yang benar, Banyu ataupun Sekar mengetik sebuah tulisan di laptop sudah seperti orang pada umumnya.
"Tidak ada penggunaan keypad khusus di laptop, tetap seperti biasa. Tetapi, ada patokan di beberapa huruf tertentu, di mana agar jari kita bisa berada di huruf yang benar," jelas Banyu yang mulai belajar menulis di laptop sejak delapan tahun lalu.
Baca Juga
Head to Head Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: Pemain Abroad Merah Putih Menang Banyak, Tetapi Rekor Pertandingan Tekor
Bursa Transfer Paruh Musim BRI Liga 1 2024 / 2025 Bakal Panas: Siapa Lagi yang Merapat Selain Eks Bek Lazio?
Jay Idzes Berikan Jersey Venezia untuk 2 Pemain Timnas Indonesia: Bagus Mana Witan atau Marselino?