Jakarta - Tak hanya atlet, ajang Asian Para Games 2018 juga dimanfaatkan penyandang disabilitas non atlet untuk menunjukkan kebolehannya. Hal itu ditunjukkan para penari down syndrome yang tergabung dalam Sanggar Tari Gigi Art of Dance.
Bagi para penyandang disabilitas, Asian Para Games 2018 adalah momen yang sangat berharga. Itu karena mereka bisa membuktikan kepada masyarakat kuat bahwa mereka tak bisa diremehkan begitu saja hanya karena keterbatasan.
Karenanya, Asian Para Games 2018 dijadikan kesempatan bagi penyandang disabilitas untuk memamerkan keahlian mereka yang juga dimiliki orang normal biasanya. Salah satunya adalah para penari down syndrome yang beraksi di Zona Inspirasi Gelora Bung Karno (GBK), Selasa (9/10/2018).
Mereka memang sengaja diundang Inapgoc, panitia penyelenggara Asian Para Games 2018, untuk ikut meramaikan. Hal itu diungkapkan Karina Syahna selaku instruktur dari Sanggar Tari Gigi Art of Dance saat ditemui Liputan6.com di depan panggung Zona Inspirasi.
"Jadi untuk tampil di panggung ini memang diundang. Sebelumnya, kami juga membantu meramaikan di Parade Momo. Dari situ akhirnya kami diundang lagi ke sini. Nanti tanggal 11 juga akan tampil lagi," ujar Karina.
Total ada 14 penari yang terlibat dalam pertunjukkan kali ini. Antusias mereka yang besar sangat terlihat. Bahkan, sampai tugas mereka sudah selesai pun mereka masih bersemangat untuk menari di depan panggung saat band pengiring sedang menghibur penonton.
"Ya sampai sekarang saja mereka masih berdiri, padahal sudah selesai dari tadi. Mereka memang senang ke sini dan saya mau menunjukkan kepada orang-orang kalau mereka tidak ada masalah, sama seperti orang lain," Karina menegaskan.
Tak Ada Batas Usia
Secara keseluruhan, Sanggar Tari Gigi Art of Dance dihuni 18 penari. Tak ada klasifikasi usia untuk masuk dalam sanggar tersebut. Ada yang usianya masih 13 tahun hingga ada yang sudah berusia 36 tahun.
Jadi seorang instruktur dari penari down syndrome, menurut Kartika, memiliki banyak tantangan. Keahlian pertama yang harus dimiliki setiap instruktur adalah kesabaran.
"Kalau untuk menjelaskan semuanya, yang utama adalah sabar dan mau mencoba mengenal, menerima mereka sesuai dengan kemampuan mereka. Kalau mengajar murid-murid lain yang tidak punya kebutuhan khusus, diajarin kan langsung ngerti. Kalau mereka tidak, harus menyediakan plan A, B, dan C. Setiap anak pun berbeda. Itu mengapa kita harus mengenal mereka," ungkap wanita berusia 24 tahun itu.