Rebut Emas Asian Para Games, Karisma Evi Tiarani Ingin Bahagiakan Orang Tua

oleh Ahmad Fawwaz Usman diperbarui 11 Okt 2018, 18:35 WIB
Pelari Indonesia, Karisma Evi Tiarani melakukan selebrasi usai meraih medali emas Asian Para Games cabang atletik nomor lari 100 meter T42 / T63 di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10). Evi mencatatkan waktu 14,98 detik. (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Jakarta - Karisma Evi Tiarani merupakan salah satu atlet yang berprestasi di Asian Para Games 2018. Dia meraih medali emas dari cabor atletik nomor 100 m T42/63 putri.

Momen Evi merebut emas Asian Para Games 2018 terjadi saat memainkan babak final di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10/2018). Ia sukses mengalahkan dua sprinter Jepang, Kaede Maekawa (16,89) dan Tomomi Tozawa (16,98) dengan catatan waktu 14,98 detik.

Advertisement

Sumbangan Evi pun membuat para atletik jadi salah satu cabor yang paling banyak menyumbang medali di Asian Para Games 2018. Hingga Kamis (11/10/2018) siang, sudah ada enam medali emas, 10 perak, dan tujuh perunggu dari para atletik.

Evi pun mempersembahkan kesuksesannya meraih medali emas Asian Para Games 2018 untuk keluarganya. Bahkan, ia juga siap menyisihkan sebagian bonus yang didapat untuk memenuhi nazar, yakni memberangkatkan umrah sekeluarga.

"Bonus rencananya buat umrah sekeluarga dan tabungan sekolah. (Insya Allah) tahun depan. Umrah jadi nazar sebelum Asian Para Games. Ini sesuai ekspektasi, makanya saya merasa cukup puas. Saya ingin membahagiakan orang tua saya," ujar Evi.

* Grab selaku official mobile platform partner juga mendukung Asian Para Games 2018

2 dari 2 halaman

Cinta Pertama

Pelari Indonesia, Tiarani Karisma, melakukan selebrasi usai meraih medali emas Asian Para Games cabang atletik nomor lari 100 meter T42 / T63 di SUGBK, Jakarta, Rabu (10/10/2018). (Bola.com/Vitalis Yogi Trisna)

Dedikasi Evi untuk keluarganya memang sangat besar. Meski masih berusia 17 tahun, faktanya wanita kelahiran 19 Januari 2001 itu telah jadi tulang punggung keluarganya. Itu karena ayahnya, Riyanto sudah tak mampu mencari nafkah karena faktor usia.

"Sebelum saya jadi atlet, bapak kerja di tambang pasir. Tapi karena faktor usia, ia pun berhenti. Ada saya dan kakak yang tetap berusaha bantu keluarga. Kakak saya kerja di pabrik tekstil," keluh Evi.

Ternyata, atletik juga bukan olahraga yang diinginkan wanita asal Boyolali tersebut. Awalnya, ia justru ingin menjajal bulu tangkis. Momen yang pertama kali membuatnya bersentuhan dengan atletik adalah ajang Pepaperda 2014.

"Dari situ mulai tertarik, mau pindah pun jadi gak bisa karena terlalu cinta. Atletik itu cinta pertama saya. Dan saya ingin jadi yang terakhir juga," tutur Evi.

 

Sumber: Liputan6.com