Andrea Dovizioso Akui Tiru Gaya Balap Marc Marquez di MotoGP

oleh Liputan6.com diperbarui 13 Okt 2018, 01:43 WIB
Pembalap Ducati, Andrea Dovizioso, menyebut akselerasi menjadi kunci kemenangan yang diraihnya di MotoGP Ceska yang berlangsung di Sirkuit Brno, Minggu (5/8/2018). (AFP/Michal Cizek)

Jakarta - Tidak ada kata terlambat untuk belajar mengenal hal baru. Itulah yang dilakukan Andrea Dovizioso sebagai seorang pembalap profesional di kelas utama .

Sebagai pembalap, usia Dovizioso mungkin sudah tidak muda lagi. Namun rasa penasarannya untuk menghentikan kutukan tanpa gelar juara dunia di MotoGP masih menggelayuti pikirannya.

Advertisement

Pembalap yang terlahir di Forlimpopoli, Italia, 32 tahun silam, selalu berusaha mematahkan rapor merah tersebut. Hanya saja, takdir belum mengantarkan Dovizioso sebagai seorang juara di kelas utama.

Meski begitu, pembalap yang dikenal dengan julukan Little Dragon ini tak pernah mengenal kata lelah. Dia selalu berusaha untuk memperbaiki penampilannya.

Salah satunya mengenai gaya balap. Selama dua tahun ke belakang, Dovizioso menjadi salah satu penantang gelar juara dunia. Pembalap Ducati Corse itu berhasil membuat pesaingnya yakni Marc Marquez gemetar setiap kali motor Desmosedici GP18 berada di depan lawannya tersebut.

Tapi yang sudah dibahas sebelumnya. Meski mampu memberikan perlawanan sengit, namun gelar juara dunia MotoGP tak kunjung mampir di lemari koleksi trofinya. Untuk memutus catatan minor itu, Dovizioso pun mengakui jika dirinya mencoba untuk menirukan gaya balap Marquez agar memiliki kesempatan melawan pembalap Repsol Honda.

"Tetapi masih ada perbedaan besar dalam gaya dan karakteristik motor," kata Dovizioso dikutip dari Speedweek, Jumat (12/10/2018).

 

2 dari 2 halaman

Dipecundangi Marquez

Pernyataan itu muncul setelah Dovizioso dipecundangi Marquez di Grand Prix Thailand. Saat itu, pemilik nomor 4 kecolongan di tikungan terakhir saat berduel dengan Marquez.

Statistik menunjukkan jika ini merupakan duel keempatnya dengan Baby Alien. Yakni di Austria (2017), Jepang (2017), Qatar (2018), dan Thailand (2018). "Kami mencoba untuk belajar dan belajar satu sama lain. Saya mencoba untuk menjadi lebih baik, di mana itu lebih baik dan sebaliknya," ujarnya lagi.(David Permana)