Jakarta - Perjalanan Indonesia di Piala Asia U-19 2018 akhirnya terhenti. Timnas Indonesia U-19 gagal melewati babak perempat final setelah kalah 0-2 dari Timnas Jepang U-19 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Senayan, Jakarta, Minggu malam, 29 Oktober 2018.
Kekalahan ini sekaligus memupus asa tim berjuluk Garuda Nusantara itu tampil pada Piala Dunia U-20 yang akan berlangsung di Polandia, tahun depan. Sebaliknya, timnas Jepang yang merupakan juara bertahan Piala Asia U-19 kembali melenggang ke pentas dunia.
"Dengan berakhirnya pertandingan tadi, 2 x 45 menit, saya semakin yakin sepak bola Indonesia tidak tertinggal dengan negara-negara lain. Dari laga pertama hingga tadi, mereka (para pemain Timnas Indonesia U-19) menunjukkan kualitas bahwa mereka layak bersaing di level Asia," ujar Pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri usai pertandingan.
Sebanyak 65 ribut tiket ludes terjual sebelum duel Timnas Indonesia U-19 Vs Jepang. Sebagian besar tentu saja pendukung Garuda Nusantara. Angka ini melewati rekor penonton Piala Asia U-19 sebelumnya saat Indonesia kalah dari Qatar, Minggu (20/10). Menurut AFC selaku pihak penyelenggara, saat itu, jumlah penonton 38,217 orang.
Namun dukungan publik tidak mampu mengubah nasib timnas saat bertemu Jepang. Tampil tanpa Egy Maulana Vikri, Timnas Indonesia U-19 tidak berkutik di depan Samurai Biru muda. Permainan menyerang yang menjadi andalan Garuda Nusantara di babak penyisihan grup juga berubah drastis.
Sebab menghadapi timnas Jepang U-19, pelatih Indra Sjafri malah menurunkan 5 bek untuk meredam agresivitas para penyerang lawan.
Dengan komposisi ini, Jepang terlihat lebih mendominasi jalannya laga. Sebaliknya, Garuda Nusantara lebih banyak bertahan dan berusaha mencuri gol lewat serangan balik.
Gol pertama timnas Jepang U-19 lahir dari tendangan jarak jauh Shunki Higashi menit ke-40. Sementara gol kedua dicetak oleh Taisei Miyashiro pada menit ke-70.
Tertinggal 2 gol, Indra Sjafri lalu memasukkan Todd Ferre yang mencuri perhatian saat Indonesia bertemu dari Qatar, Minggu (20/10). Dalam laga itu Todd mencuri perhatian lewat 3 gol yang berhasil dicetak di babak kedua, meski akhirnya kalah 5-6 atas Qatar.
Masuknya Todd tidak membawa banyak perubahan berarti. Hingga peluit panjang berbunyi, pasukan Indra Sjafri tetap tertinggal 0-2 dari timnas Jepang U-19.
"Sepak bola tentu ada kalah ada menang. Tapi saya yakin bahwa level sepak bola Indonesia dengan Jepang atau negara lain, saya pikir cukup kompetitif. Dalam laga seperti tadi, error yang dilakukan sedikit saja bisa menghasilkan gol," kata Indra Sjari.
Kegagalan ke semifinal Piala Asia U-19, menambah panjang target timnas yang meleset. Sejauh ini, baru Piala AFF U-16 yang berhasil memenuhi ekspektasi setelah Timnas Indonesia U-16 berhasil keluar sebagai juara Piala AFF U-16, 11 Agustus lalu.
Meski demikian, prestasi Timnas Indonesia di bawah level senior telah menunjukkan peningkatan. Pada level U-16, timnas Indonesia berhasil melaju ke babak perempat final Piala Asia U16 2018 dan menyamai pencapaian yang ditorehkan pada 1990 lalu
Sementara di level U-23, para pemain timnas Indonesia di bawah asuhan Luis Milla mampu menyamai pencapaian di Asian Games 2014. Sedangkan Timnas Indonesia U-19 juga meraih hasil yang pernah dicapai pada Piala Asia U-19, 40 tahun lalu.
Semua ini telah membangkitkan harapan publik Tanah Air akan prestasi timnas Indonesia ke depannya. Selanjutnya, menjadi tugas PSSI untuk merawat talenta-talenta muda dan menyediakan program yang tepat untuk membentuk timnas senior yang tangguh.
Piala AFF 2018
Timnas Indonesia sebenarnya masih memiliki satu agenda lagi, yakni Piala AFF 2018. Publik sepak bola Tanah Air kini menantikan kiprah Tim Merah Putih pada turnamen se Asean itu. Setelah 5 kali gagal di final, bukan hal yang berlebihan bila masyarakat Indonesia ingin melihat timnas senior berhasil mengangkat trofi juara tahun ini.
Piala AFF 2018 akan berlangsung mulai 8 November - 15 Desember 2018. Indonesia berada di grup B neraka bersama, Thailand, Filipina, Timor Leste, dan Singapura.
Butuh kerja keras bagi timnas Indonesia untuk mewujudkan mimpi juara pada event ini. Sebab lawan yang bakal dihadapi sejak level penyisihan grup terbilang berat. Thailand merupakan juara bertahan. Sementara Filipina yang sempat mengejutkan dengan lolos ke semifinal Piala AFF 2010 lalu, baru saja merekrut pelatih sekelas Sveb Goran Eriksson.
Sebaliknya, Timnas Indonesia justru gagal mempertahankan Luis Milla sebagai pelatih kepala. Negosiasi perpanjangan kontrak dengan pelatih asal Spanyol itu gagal. Dan sebagai gantinya, PSSI menunjuk asisten yang 2 tahun menemani Milla, Bima Sakti.
Pergantian ini dilakukan hanya sebulan sebelum Piala AFF 2018 berlangsung. "Permainan timnas Indonesia mengalami kemajuan di bawah Luis Milla. Dan yang paling paham gaya permainan yang dibawa Milla itu siapa lagi kalau bukan Bima Sakti. Saya pikir dia cukup layak menduduki posisi itu," kata Direktur Teknik Timnas, Danurwindo, Sabtu (27/10).
Dalam kondisi yang kurang ideal ini, Danur tetap optimistis Indonesia mampu membuat kejutan di Piala AFF 2018. "Pada 2016 lalu, Indonesia baru saja lepas dari sanksi FIFA, tapi Indonesia bisa lolos ke final. Ini membuktikan bahwa kualitas pemain sebenarnya tidak kalah. Tinggal bagaimana mengikuti skema permainan dengan sebaik-baiknya saja."
Timnas Indonesia U-16 dan U-19 belum waktunya melangkah ke pentas dunia. Namun penampilan mereka di level Asia telah membangkitkan harapan para pecinta sepak bola Tanah Air. Kini waktunya Timnas Senior melengkapinya lewat prestasi di Piala AFF 2018.
Saksikan juga video menarik di bawah ini: