Bola.com, Sawahlunto - Perhelatan Tour de Singkarak telah memasuki edisi ke-10. Ajang balap sepeda yang masuk kategori level 2.2 ini mampu memberikan dampak positif untuk Sumatra Barat.
Tour de Singkarak pertama kali dihelat pada 2009. Lomba tersebut pertama kali digagas Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Indonesia. Selain Kementerian Pariwisata, Tour de Singkarak juga didukung pemerintah provinsi Sumatra Barat dan kabupaten/kota yang daerahnya dilalui oleh peserta.
Kehadiran Tour de Singkarak sebagai sport tourism membawa pengaruh positif untuk provinsi dan kabupaten/kota di Sumatra Barat. Pengaruh yang paling nyata terasa adalah meningkatnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Sumbar.
Balapan yang masuk dalam kalender UCI Asia Tour itu diikuti para pembalap top dunia. Perhelatan Tour de Singkarak 2018 melibatkan 107 pembalap yang berasal dari 14 negara, beberapa di antaranya adalah Jerman, Australia, Jepang, Korea Selatan, Kolombia, Ukraina, Malaysia, Filipina, dan tuan rumah Indonesia.
"Walaupun kami belum mengukur secara spesifik, secara khusus dampak Tour de Singkarak terhadap pariwisata, tetapi kalau melihat dari perkembangan jumlah wisatawan, jumlah infrastruktur pariwisata, perkembangan kondisi jalan itu semuanya positif," ujar Kepala Dinas Pariwisata Sumbar Oni Yulfian,
"Untuk penerbangan saja kita lihat sebelumnya yang ke Padang itu bisa dihitung 10 atau 12 kali sehari, sekarang sudah 57 kali penerbangan," lanjutnya.
"Dulu hanya ada dari Jakarta, Medan, dan Batam. Sekarang sudah ada langsung dari Yogyakarta, Palembang, Bengkulu, Lampung, serta Batam. Dalam sehari itu ada sekitar 57 penerbangan yang menuju ke Sumatra Barat, itu menandakan jumlah wisatawannya banyak," papar Oni.
Kehadiran ajang Tour de Singkarak juga mendongkrak perkembangan hotel di sejumlah kabupaten/kota di Sumatra Barat. Bahkan, di Kota Padang dan Bukittinggi terdapat sekitar 4.000 kamar hotel.
Efek Tour de Singkarak untuk Sawahlunto
Sawahlunto merupakan satu di antara kabupaten/kota yang rutin menjadi tuan rumah perhelatan Tour de Singkarak. Kota yang memiliki luas 273,45 km² itu telah menjadi destinasi Tour de Singkarak sejak edisi pertama.
Pada Tour de Singkarak 2018, kota Sawahlunto menjadi lokasi start untuk etape II. Mengawali lomba dari Taman Segitiga, para pembalap mengitari beberapa kawasan di Sawahlunto mulai dari Pasar Sawahlunto hingga ke Museum Tambang Batu Bara Ombilin.
Tak hanya menjadi lokasi start dan finis, ajang Tour de Singkarak juga mampu membawa efek positif untuk kota Sawahlunto. Kunjungan wisatawan mengalami peningkatan serta infrastruktur jalan yang terus diperbaiki.
"Pada awal-awal Tour de Singkarak cukup ramai pengunjung yang datang, namun belakangan mulai menurun. Mungkin itu akibat cuaca buruk dan jalan menuju ke sini juga banyak yang longsor," ujar Sudarsono, penjaga sekaligus pemandu museum Lubang Mbah Suro.
"Tim Tour de Singkarak pernah berkunjung ke Lubang Mbah Suro untuk menyaksikan keindahan bekas tambang batu bara peninggalan Belanda. Wisatawan itu datang dari Jakarta, Pekanbaru, Belanda, Belgia, China, sama ada juga dari Malaysia," lanjutnya.
"Cukup berpengaruh lah acara Tour de Singkarak untuk memajukan wisata di Sawahlunto, jalan-jalan juga diperbaiki untuk perlombaaan. Museum ini pernah cukup ramai saat Tour de Singkarak 2013, 2014, sama 2015," papar pria kelahiran Sawahlunto tersebut.
Meski begitu, perbaikan jalan tak sepenuhnya dilakukan dengan baik. Perbaikan jalan hanya dalam bentuk tambal-sulam yang tak bisa bertahan lama. Selain itu, promosi di setiap kota khususnya Sawahlunto dinilai masih belum maksimal.
"Adanya Tour de Singkarak cukup membantu, khususnya untuk perbaikan jalan. Tetapi, tidak semua jalan yang diperbaiki, hanya jalan yang dilintasi para pembalap aja yang dibenahi," ujar warga Sawahlunto, Afdhal.