Bola.com, Surabaya - Juara bertahan putra Proliga, Surabaya Bhayangkara Samator, bertekad untuk mempertahankan gelar. Mereka ingin kembali merengkuh mahkota juara putra pada Proliga 2019.
Baca Juga
Pada Proliga 2018, Surabaya Samator sukses menjadi yang terbaik setelah mengalahkan Palembang Bank Sumsel Babel di partai puncak. Klub asal Surabaya itu unggul 3-1 (25-22, 25-16, 23-25, 30-28) di pertandingan itu.
"Dalam perebutan juara, kami pasti banyak pesaing. Setiap tahun, harapan kami meraih juara. Memang persaingan Proliga lebih ketat, kompetisinya juga lebih panjang," kata Ibarsyah Djanur Tjahjono, pelatih kepala Samator, kepada Bola.com.
Sampai saat ini Samator masih menyandang status sebagai peraih gelar juara terbanyak di Proliga dengan torehan enam gelar. Masing-masing diapatkan pada edisi 2004, saat masih bernama Surabaya Flame. Berikutnya, pada edisi 2007, 2009, 2014, 2016, dan 2018.
Dari torehan itu, Samator mendapat kutukan belum pernah sekalipun membukukan catatan juara secara beruntun. Setiap kali berhasil menjadi kampiun, mereka selalu gagal mempertahankannya pada musim berikutnya.
"Kalau di Livoli, kami sudah sering juara beruntun, bahkan pernah hattrick. Seperti Livoli edisi 2017 dan 2018 yang bisa beruntun. Makanya, kami berharap hasil Proliga sama seperti Livoli. Kalau Proliga 2019 bisa juara, kami bisa membuat sejarah sendiri," imbuh Ibarsyah.
Tantangan yang harus dihadapi Rendy Tamamilang dkk. tidak mudah untuk meraih target itu. Selain kompetisi Proliga yang membutuhkan waktu lebih lama, mereka juga dihadapkan pada klub lain yang punya ambisi serupa.
"Bentuk kejuaraan saja berbeda antara Livoli dan Proliga. Kalau Livoli hanya butuh 8-10 hari saja sudah selesai. Tapi, Proliga membutuhkan berbulan-bulan dan ada jeda. Kehadiran pemain asing juga membuat atmosfer Proliga berbeda," imbuhnya.
Surabaya Samator saat ini bisa dibilang merupakan poros utama dalam kompetisi bola voli di Indonesia. Mereka baru saja mencatatkan hattrick dalam tiga turnamen, yaitu Livoli 2017, Proliga 2018, dan terakhir Livoli 2018.