Bola.com, Jakarta - Bambang Suryo kembali melempar bom ke PSSI. Setelah buka-bukaan soal pengaturan skor di pentas kompetisi Tanah Air, manajer Persekam Metro FC yang mengaku pernah jadi kepanjangan tangan bandar judi internasional, menyebut Timnas Indonesia tak lepas dari jerat match fixing.
Ada sejumlah pertandingan timnas yang disebut Bambang yang akrab disapa dengan panggilan BS yang terkontaminasi.
"Bandar masuk ke timnas. Saya tidak mau sebut kapan. Yang pasti, saya berani bilang ada," ujar pria berkepala plontos ini saat disambangi di kediamannya di Malang Senin (4/12/2018).
Menurut BS, ada sejumlah perbedaan antara match fixing yang melibatkan timnas dan klub. Salah satunya, sambung pria yang mengaku sudah bertobat dari perbuatan masa silamnya ini, adalah besaran dana operasional yang harus dikeluarkan.
"Kalau untuk timnas bisa sampai miliaran. Jauh lebih besar jumlahnya kalau dibandingkan dengan main di klub. Kalau klub kan kisarannya hanya ratusan juta rupiah," tuturnya.
Pernyataan BS ini sesungguhnya bukan hal baru. Beberapa kali Timnas Indonesia digoyang skandal suap.
Dalam catatan Bola.net, jelang Asian Games 1962 silam, sempat terlontar isu penyuapan pada Timnas Indonesia yang menelan kekalahan pada laga uji coba kontra Yugoslavia Selection.
Pelatih Timnas Indonesia waktu itu, Antun Pogacnik, bahkan sampai berurai air mata kala sejumlah pemainnya diperiksa polisi.
Aroma suap kembali tercium pada 1981 kala Manajer Timnas Indonesia, Sjarnoebi Said sempat meminta anak asuhnya bersumpah tak menerima suap, dua hari sebelum laga mereka kontra Timnas Fiji. Pada pertandingan kualifikasi Piala Dunia 1982 ini Indonesia yang sempat unggul 3-1 akhirya harus puas berbagi angka 3-3.
Pada 1987, giliran sejumlah pemain Timnas Indonesia yang bermain di pra-Olimpiade 1987 tersandung kasus suap. Akibatnya, Bambang Nurdiansyah dan sejumlah pemain lain harus dihukum selama tiga tahun.
Kabar masuk anginnya Timnas Indonesia kembali berembus kencang pada gelaran Piala AFF 2010. Skuat besutan Alfred Riedl ini ditengarai 'masuk angin' pada laga puncak gelaran tersebut, kontra Malaysia.
Tengara ini kian meluas kala seseorang yang mengaku bernama Eli Cohen menulis surat elektronik kepada Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
Dalam surelnya, Eli -yang mengaku pegawai pajak- menuding sejumlah pengurus PSSI mengatur laga Timnas Indonesia vs Malaysia di final Piala AFF, Desember lalu.
"Disampaikan bahwa kekalahan tim sepak bola Indonesia dari tuan rumah Malaysia saat itu adalah sudah ditentukan sebelum pertandingan dimulai. Hal ini terjadi karena adanya permainan atau skandal suap yang dilakukan oleh Bandar Judi di Malaysia dengan petinggi penting di PSSI yaitu XX dan XXX. Dari kekalahan tim Indonesia ini baik Bandar judi maupun 2 orang oknum PSSI ini meraup untung puluhan miliar rupiah."
"Informasi dari kawan saya, saat di kamar ganti dua orang oknum PSSI ini masuk ke ruang ganti pemain (menurut aturan resmi seharusnya hal ini dilarang) untuk memberikan instruksi kepada oknum pemain. Insiden "laser" dinilai sebagai salah satu desain dan pemicunya untuk mematahkan semangat bertanding," demikian potongan surel tertanggal 30 Januari 2011 tersebut.
Waktu itu, tuduhan Eli ditampik oleh PSSI. Humas PSSI waktu itu, Tubagus Adhi, menyebut bahwa tudingan ini tak lebih dari sekadar omong kosong.
"Nggak bener itu! Yang jelas ini merupakan sesuatu yang tidak bagus di akhir masa tugas Pengurus PSSI periode 2007-2011," ujarnya pada saat itu.
"Saya rasa mustahil bakal terjadi suap atau semacam itu. Apalagi ini sebuah momen yang berat bagi PSSI. Ada banyak hal yang menghambat langkah PSSI baik dari luar maupun dalam," lanjutnya.
Tudingan Bambang Suryo soal adanya pengaturan skor di Timnas Indonesia berpotensi memicu kehebohan. Pasalnya, Tim Merah-Putih baru saja tersingkir di Piala AFF 2018 dengan materi pemain yang terhitung mumpuni.
Hanya saja pernyataan BS wajib diselidiki lebih dalam, karena ia lontarkan saat dirinya tersandung kasus ajakan pengaturan skor di Liga 3, yang melibatkan Persekam Metro FC dan PS Ngada.
Sumber: Bola.net