Bola.com, Jakarta - Jelang berakhirnya Gojek Liga 1 bersama Bukalapak, Technical Study Group (TSG) melalui PT Liga Indonesia Baru (LIB) merilis daftar kandidat pemain, pemain muda, serta pelatih terbaik di Liga 1 2018. Penilaian berdasarkan hasil evaluasi dan rapor yang dilakukan tim TSG selama satu musim kompetisi.
Dari hasil evaluasi dan rapor, muncul tiga kandidat dalam setiap kategori. Untuk kategori pelatih, muncul nama pelatih Persija Jakarta, Stefano Cugurra Teco, Robert Alberts (PSM Makassar), serta Mario Gomez (Persib Bandung).
Bukan suatu kebetulan jika tiga nomine di kategori kandidat pelatih terbaik itu dirajai pelatih asing, tak menyisakan satu tempat pun untuk pelatih lokal.
Salah seorang anggota TSG, Sudirman, menyebutkan ada banyak pertimbangan untuk menentukan kandidat itu.
"Sama halnya penentuan kandidat pemain terbaik, di kategori kandidat pelatih dan pemain muda terbaik, banyak pertimbangan yang harus kami perhatikan. Semuanya tak mudah dan prosesnya panjang," jelas Sudirman.
Di sisi lain, tiga pelatih itu memiliki kesamaan, yakni pernah membawa tim yang dilatihnya sebagai juara. Teco, misalnya mengantar Persija jadi juara Piala Presiden 2018. Kemudian Robert Alberts bersama Arema menjuarai Liga Super Indonesia 2009-2010, sedangkan Mario Gomez, berjaya bersama Johor Darul Ta'zim di Liga Super Malaysia.
Ketiganya punya gaya masing-masing dalam melatih. Teco dan Gomez mungkin agak kental dengan aroma latin karena keduanya dari Amerika Latin, sementara Robert Alberts lebih bergaya Eropa.
Namun, ketiganya sama-sama bisa mengombinasikan gaya permainan mereka dengan karakter pemain-pemainnya mengingat mereka sudah lama berada di kancah sepak bola Asia Tenggara.
Lantas apakah ketiga pelatih itu memang layak jadi kandidat pelatih terbaik Liga 1 2018? Bola.com mencoba mengangkat kiprah tiga pelatih itu selama musim ini.
Robert Alberts
Pelatih asal Belanda ini bisa dibilang sudah menyatu dengan PSM Makassar dan sepak bola Indonesia. Robert Alberts pernah menukangi tim Juku Eja pada 2010-2011, sebelum datang lagi pada 2016.
Gelar pelatih terbaik juga sudah pernah diraih mantan nakhoda tim Sarawak FA ini. Di musim pertama come back-nya bersama PSM, pada 2016, ia menyabet gelar pelatih terbaik di ajang turnamen jangka panjang, TSC 2016.
Meski gagal membawa PSM jadi juara Liga 1 2017, ia tetap mendapat apresiasi dari manajemen tim Juku Eja. Robert Alberts diganjar perpanjangan kontrak hingga 2021. Hal itu berarti, Robert mencetak sejarah sebagai pelatih pertama di Juku Eja yang mendapat kontrak selama empat tahun.
Bicara kiprah musim ini, Robert Alberts berhasil membawa tim asuhannya dalam perburuan gelar juara. Kans mengakhiri musim ini jadi juara masih terbuka karena masih ada satu laga tersisa, kendati PSM harus menggantungkan asa itu dari hasil pertandingan lain, terutama dengan rival utama, Persija Jakarta.
PSM tak banyak merombak skuat musim ini. Hal itu jadi satu di antara kekuatan PSM musim ini sehingga Robert Alberts bisa meracik komposisi timnya tanpa kesulitan. Ia cukup percaya pada pemain lokal pilihannya.
Robert Alberts juga dikenal sebagai pemain yang cukup jitu dalam memilih pemain asing. Sosok Wiljan Pluim, misalnya, jadi andalan di lini tengah dalam dua musim terakhir.
Dari tangan dinginnya, PSM mengalami pasang surut sepanjang musim ini. PSM pernah tak pernah menang dalam lima laga beruntun saat awal putaran kedua. Namun, setelah itu PSM menang dalam enam pertandingan beruntun.
Hingga pekan ke-33 Liga 1 2018, statistik Robert Alberts bersama PSM adalah 16 kali menang, 10 pertandingan berakhir imbang, dan menelan tujuh kekalahan dengan memasukkan 52 gol dan kebobolan 41 gol.
Mario Gomez
Di antara tiga kandidat pelatih terbaik Liga 1 2018, Mario Gomez merupakan satu-satunya yang baru kali ini membesut klub di Indonesia dan berkiprah di sepak bola Indonesia.
Namun, ia terlihat tak terlalu kesulitan karena sebelumnya cukup lama berkarier di Malaysia bersama Johor Darul Ta'zim. Rekam jejaknya di klub Liga Super Malaysia itu cukup mentereng.
Modal buat Persib mendatangkannya di awal Liga 1 2018. Persib sempat tertatih di awal musim ini, sebagai bagian dari proses adaptasi Gomez dengan tim barunya.
Setelah itu, Gomez membawa Persib ke papan atas, bahkan selama beberapa pekan berada di puncak klasemen dan menutup putaran pertama sebagai juara.
Hanya, sanksi akibat persoalan nonteknis plus cedera yang menerpa pemainnya secara silih berganti memengaruhi permainan Persib. Imbasnya, Persib mengalami penurunan posisi di klasemen sementara, puncaknya tim Maung Bandung dinyatakan keluar dari perburuan gelar juara musim ini.
Pelatih 61 tahun itu cukup senang dengan gaya permainan yang memiliki dominasi penguasaan bola dan bermain dengan satu dua sentuhan. Selain itu, di kalangan pemain ia dianggap bisa memotivasi dan mengedepankan kedisiplinan.
Hingga pekan ke-33, statistik Gomez bersama Persib adalah 14 kali menang, sembilan laga berakhir imbang, dan 10 kali kalah. Persib memasukkan 46 gol, namun kebobolan 38 gol.
Stefano Cugurra Teco
Pelatih asal Brasil ini mengawali musim 2018 dengan baik. Ia mengantar Persija Jakarta menjuarai Piala Presiden 2018. Kini, Persija di ambang juara Liga 1 2018.
Hingga Liga 1 2018 tinggal menyisakan satu pekan lagi, statistik Persija cukup apik. Dari 33 pertandingan, tim Macan Kemayoran memenangi 17 pertandingan, seri dan kalah masing-masing dalam delapan pertandingan.
Teco berhasil membentuk pemainnya dengan mental tangguh, bermain di mana saja tak masalah selama bisa mendapat poin. Hal itu karena sepanjang musim ini Persija lebih sering memainkan laga kandang di luar Kota Jakarta.
Latar belakang sebagai pelatih fisik juga terlihat memberikan dampak positif di tim Persija. Tim ibu kota ini dianggap memiliki kekuatan fisik bagus. Imbasnya, pemain bisa fokus hingga menit terakhir pertandingan.
Pelatih 44 ini juga dikenal tak ragu untuk mencoba pemainnya dalam beberapa posisi, dan sejauh ini terbukti berhasil.
Pemain semisal Novri Setiawan, Rohit Chand, Ramdani Lestaluhu, dan Rezaldi Hehanussa pernah merasakan karakter melatih Teco itu lantaran ia juga tak segan menarik pemain yang dianggapnya tak menyumbang kontribusi pada tim.
Di Persija selama musim ini ia punya formasi favorit, yakni 4-3-3, tetapi karena ia berani mengubah susunan pemainnya, formasi itu jadi terkesan tak monoton. Kadang, Teco juga menyiapkan Persija bermain dengan skema 4-4-2.