Manajer Madura FC Buka-bukaan soal Pengaturan Skor di Indonesia

oleh Aditya Wany diperbarui 11 Des 2018, 10:15 WIB
Wawancara Januar Herwanto (Bola.com/Foto Aditya Wany-Grafis Adreanus Titus)

Bola.com, Sumenep - Nama Januar Herwanto langsung melambung dan dikenal publik pecinta sepak bola setelah tampil dalam acara Mata Najwa, Rabu (28/11/2018). Manajer Madura FC itu membeberkan skandal percobaan pengaturan skor yang terjadi pada timnya. 

Januar menuturkan bahwa dia pernah ditelpon oleh Hidayat yang saat itu menjabat Exco PSSI. Saat itu, Madura FC sedang melawat ke markas PSS Sleman dalam pekan kedua babak penyisihan Grup Timur Liga 2 2018 di Stadion Maguwoharjo, Sleman (2/5/2018).

Saat itu, Hidayat menawari Januar mengalah dan memberinya uang senilai Rp 100 juta rupiah. Namun, Januar menolak. Hidayat kemudian sempat mengancam akan “membeli” pemain Madura FC. Pada akhirnya, Madura FC sukses menang 2-1 atas PSS pada laga ini.

Advertisement

Pada akhirnya, Hidayat terbukti bersalah dan dikenai denda Rp 150 juta sekaligus tidak boleh berkecimpung di sepak bola Indonesia selama tiga tahun. Namun, kontroversi tidak hanya melibatkan pertandingan tersebut. 

Pertemuan antara PSS Sleman dan Madura FC kemudian melahirkan drama lagi pada babak 8 besar di stadion yang sama 6 November. Dalam pertandingan yang disiarkan secara langsung di layar kaca itu, terdapat pergantian wasit saat pertandingan sedang berlangsung. 

Laga itu berakhir dengan skor 1-0 untuk PSS. Namun, gol tunggal yang tercipta pada menit ke-81 melahirkan kontroversi. Itu merupakan gol bunuh diri dari Choirul Rivan yang berusaha menghalau umpan silang Ilham Irhaz. 

Berdasarkan tayangan ulang, Ilham sebenarnya lebih dulu masuk off-side meski hakim garis tidak mengangkat bendera. Pada akhirnya, PSS Sleman mampu melaju ke babak final dan keluar sebagai juara kompetisi kasta kedua nasional itu. 

Sebenarnya, Januar merupakan orang baru di Madura FC karena baru menjadi manajer pada pertengahan musim ini. Selain itu, Madura FC juga merupakan klub yang baru berdiri pada 2017 lalu setelah membeli lisensi Persebo Bondowoso. 

Beberapa waktu lalu, Januar membagikan ceritanya kepada Bola.com mengenai skandal pengaturan skor ini. Berikut petikan wawancaranya:

2 dari 3 halaman

Alasan Membuka Skandal

Duel Madura FC vs Madura United di babak 64 besar Piala Indonesia 2018 di Stadion A. Yani, Sumenep, Kamis (6/12/2018). (Bola.com/Aditya Wany)

Apa alasan Anda mau membuka skandal pengaturan skor?

Mungkin karena saya orang baru di sepak bola jadi belum terkontaminasi. Mengungkap hal ini sepertinya adalah hal yang biasa, tidak membutuhkan keberanian yang sangat tinggi. Ini hanyalah kejadian. Saya melontarkan apa yang saya alami. 

Kalau bagi saya pribadi sederhana saja sebenarnya. Cuma ini kan menjadi sesuatu yang luar biasa di masyarakat karena selama ini tidak ada yang sevulgar itu menceritakan permainan yang sudah menjadi rahasia umum itu. 

Jadi, niat Anda ingin hal ini memang terbuka? 

Jelas ini menjawab keresahan hati saya. Selama ini kami sering dikerjai. Makanya saya berpikir bagaimana sepak bola Indonesia ini. Di satu sisi sepak bola adalah hiburan rakyat mayoritas, tapi terjadi kecurangan. Itu kan kecurangan yang disaksikan oleh jutaan manusia. 

Ini akhirnya mental bangsa akan rusak gara-gara sepak bola. Jelas ini sudah keluar dari semangat fair play itu. Masalahnya hal ini, benalu itu, terjadi di federadasi atau PSSI itu sendiri. Ironisnya yang menemukan ini adalah saya dan Madura FC yang baru berumur dua tahun. Mestinya PSSI bisa menemukan benalu dalam dirinya sendiri. 

Jadi Madura FC sering dikerjai? 

Iya. Di Liga 2 ini adalah liga paling seksi untuk mafia, karena banyak pertandingan yang tidak live (siaran langsung di TV). Sudah saking akutnya, live sampai dikerjai. 

Bagaimana coba kami dikerjai oleh wasit yang sampai diganti saat melawan PSS Sleman. Kan ironis produk kita di Liga 2 itu hasil juara didapat dari sesuatu yang seperti itu. Sekarang gol top scorer ternyata banyak penalti. 

Setelah insiden itu, Anda pernah dicoba disuap lagi?

Sejak PSS banyak Takut sudah pada kami. Karena begini, orang akan berani menyogok kami kalau manajemen kami memang tidak sehat. Manajemen kami sehat jadi mental semua. Kabar itu sebenarnya sudah lama. Cuma menunggu blow up media jadi muncul.

3 dari 3 halaman

Soal Vigit Wluyo

Illustrasi pengaturan skor. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bagaimana dengan pemain Madura FC? Pernah mendapat tawaran mengalah juga? 

Setelah itu (ditelpon Hidayat), saya langsung briefing dengan pemain. Itu saya buka. Pak Hidayat tidak sadar bahwa saat kami berbicara apa, saya pakai loudspeaker, jadi tidak mengerti. Saya menceritakan pada pemain soal ancaman itu. Kami akan solid jadi aman semua.

Biasanya untuk kasus seperti ini ada perlindungan dari pihak tertentu. Anda juga begitu? 

Yang melindungi saya adalah Tuhan. Itu persoalan yang sangat mendasar, buat apa takut? Kalau memang matinya ditabrak mobil ya takdirnya memang begitu. Tidak ada yang seperti itu (mendapat perlindungan dari pihak tertentu. 

Apa ada ancaman yang mengarah kepada Anda setelah mengungkap hal itu? 

Saya banyak ada kirim DM (direct message). Tapi itu adalah bagian dari konsekuensi hidup. Hidup adalah pilihan, karena saya mau mengutarakan kejujura, kenapa harus takut mengungkap mafia. Pembunuhan tidak ada, tapi dibully saja. Alhamdulillah tidak ada ancaman fisik. 

Transaksi saya sebagai manusia jujur selama ini dengan Allah. Kalau keinginan kita kuat, insyaAllah berani. Tidak mungkin kebenaran takut sama mafia. 

Sekarang Hidayat sudah dihukum, apakah itu sudah sesuai harapan Anda? 

Saya tidak berharap. Harusnya siapa yang memang mengejar? Siapa yang meminta Pak Hidayat sampai berani memberi uang 100 juta? Tidak mungkin sendiri. Pak Hidayat menyampaikan, ada oknum manajemen PSS Sleman. 

Itu tugasnya PSSI sudah. Saya sudah memberi pintu, tinggal mau atau tidak PSSI. Takutnya Pak Hidayat yang hanya dikorbankan. Mestinya Pak Hidayat mau membuka. 

Nama VW atau Vigit Waluyo kini muncul dan dianggap sebagai biang mafia. Anda mengenalnya? 

Saya kenal dan pernah bertemu. Saat bertanding melawan PS Mojokerto Putra tapi di Lapangan AL (Bumimoro, Surabaya), saya bertemu di situ. Jadi kalau ada orang PSSI ngaku tidak kenal ya lucu. Itulah susahnya PSSI, tidak mau berbenah. Masak tidak tahu dengan Vigit. Saya baru seumur jagung di sepak bola sudah tahu.   

Berita Terkait