Cerita Demetrious Johnson: Buruh Pabrik sampai Status Petarung Terbaik ONE Championship

oleh Cakrayuri Nuralam diperbarui 14 Des 2018, 20:45 WIB
mantan juara UFC, Demetrious Johnson (Windi Wicaksono)

Jakarta - Nama Demetrious Johnson sudah tak asing lagi pada pentas ONE Championship. Petarung asal Amerika Serikat tersebut menjadi satu di antara yang terbaik pada ajang Mixed Martial Arts (MMA) tersebut.

Indikasinya jelas, yakni tak terkalahkan dalam sebelas petarungan juara dunia UFC Flyweight World Title. Status itu membuatnya menjadi yang terbaik. Namun siapa sangka, perjalanan hidup pria berusia 32 tahun ini tak semulus yang dibayangkan. Dia sempat di pandang sebelah mata oleh ayah tirinya, yang seorang petugas militer di Amerika Serikat.

Advertisement

"Saya tidak pernah berpikir buruk dengan ayah tiri saya. Itu adalah hidup dan keputusan yang sudah dibuatnya. Namun, dia memberikan saya banyak pelajaran," ujar petarung dengan julukan Mighty Mouse itu, dikutip dari situs ONE Championship.

Johnson lahir di Kentucky pada 1986, tetapi tumbuh di Parkland, Washington. Dia dibesarkan ibunya, yang tuna rungu, dengan penuh cinta. "Ibu adalah orang yang selalu percaya dan mendukung saya. Dia membesarkan anak-anaknya dengan baik. Dia wanita yang sangat manis," kata Johnson.

Dia mengenal seni bela diri sejak usia 13 tahun. Saat itu, Johnson diminta masuk ke tim gulat. Sejak saat itu, dia paham kalau dunia seni bela diri sangat cocok untuknya, meski pada awalnya, Johnson ingin menjadi pemain sepak bola.

"Ketika saya bermain sepak bola, menang atau kalah bisa dirasakan orang lain. Namun, di sini hanya saya yang merasakannya," ujarnya.

 

2 dari 2 halaman

Buruh Pabrik

Menginjak usia remaja, Johnson mulai merasakan kerasnya kehidupan. Bahkan, dia sempat bekerja sebagai buruh pabrik untuk membiayai kuliahnya sendiri.

"Saya selalu bekerja. Namun, saya tidak melihat dunia olahraga untuk membayar tagihan setiap bulannya, mobil atau yang lain," kata Johanson.

Ironisnya lagi, saat bekerja sebagai buruh pabrik, dia sempat mengalami patah tulang di bagian tangannya. Johanson masih ingat betul penderitaannya kala itu.

"Itu musim dingin. Saya merasakan tulang saya patah, tapi saya juga harus bekerja," ujar petarung kelahiran Kectucky, Amerika Serikat itu.

Untungnya, Johanson tak kenal menyerah. Dia terus menekuni seni bela diri hingga akhirnya menjadi petarung One Championship pada 2011.

"Sekarang, pertarungan sayang menghasilkan (uang), lebih dari yang saya dapatkan dari pekerjaan saya dulu. Saya akan terus berlatih," ucap Johanson.

Hingga saat ini, di ajang profesional, Johanson telah melakukan pertarungan sebanyak 31 kali. Tercatat, dia mendapat 27 kemenangan, sekali imbang, dan menelan tiga kekalahan.