Gede Widiade, Ambisi King Maker usai Sukses Persija Treble Gelar Musim 2018

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 18 Des 2018, 08:00 WIB
Wawancara Eksklusif Gede Widiade (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Gede Widiade datang ke Persija Jakarta pada awal 2017 untuk mengelola klub sepak bola ibu kota itu ke arah yang lebih baik. Dalam dua tahun keberadaannya di manajemen Persija, Gede Widiade membawa perubahan signifikan terhadap Macan Kemayoran yang akhirnya mampu menjadi juara hanya dalam dua tahun keberadaannya di manajemen Macan Kemayoran.

Gede Widiade resmi menangani manajemen Persija pada 14 Maret 2017. Saat itu Ferry Paulus yang merupakan Presiden Persija Jakarta mengatakan Gede Widiade mengambil alih pengelolaan Persija. Gede Widiade, yang datang dengan menjabat sebagai Direktur Utama, menegaskan kedatangannya ke Persija sebagai seorang profesional yang bekerja untuk memperbaiki banyak hal.

Advertisement

Setelah Persija yang dikelola Gede Widiade menyelesaikan Liga 1 2017 di posisi keempat, klub ibu kota itu melakukan banyak perubahan, terutama dalam perekrutan pemain anyar di awal musim 2018. Striker asal Kroasia, Marko Simic, direkrut. Pemain sayap berkaki cepat yang tak bisa menyelamatkan Semen Padang dari degradasi, Riko Simanjuntak, pun direkrut.

Persija menjadi sebuah tim kuat yang berhasil meraih trofi pertama ketika mengikuti turnamen segitiga di Malaysia. Berlanjut ke Piala Presiden 2018, klub yang awalnya hanya menargetkan lolos fase grup itu justru berhasil menjadi juara dengan Marko Simic menjadi topskorer dengan 11 gol.

Bermain di Piala AFC 2018 dan lolos hingga semifinal zonal ASEAN adalah terobosan yang juga dilakukan Persija di musim 2018. Hingga akhirnya mahkota juara Liga 1 2018 pun menjadi milik mereka.

Bola.com pun berkesempatan untuk bertatap muka dengan Gede Widiade di ruang kerjanya di Springhill Office Tower, Kemayoran, Jakarta Pusat, pada Jumat (15/12/2018), satu hari sebelum pawai juara Persija Jakarta. Dalam kesempatan itu, Gede Widiade menceritakan begitu banyak hal terkait perannya bersama Persija dan rencananya di tahun ketiga.

Gede Widiade, yang ingin mempertahankan warna merah milik Persija, oranye milik The Jakmania, dan putih sebagai warna netral, dalam bentuk jersey yang dikenakan Macan Kemayoran, juga menegaskan dirinya banyak dibantu oleh banyak kalangan selama bekerja untuk Persija Jakarta. Begitu sering Gede Widiade berterima kasih kepada The Jakmania, kepolisian, dan media massa, yang dianggapnya begitu mendukung Persija meraih kesuksesan.

Seperti apa cerita yang dibagikan Gede Widiade The King Maker di balik kesuksesan Persija musim ini kepada Bola.com? Simak petikan wawancaranya di bawah ini.

2 dari 5 halaman

Detik-Detik setelah Persija Menjadi Juara

Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade, berpose usai wawancara di Spring Hill, Kemayoran, Jakarta, Jumat (14/12). Bos Persija tersebut sudah merancang persiapan serta target klub untuk mengarungi kompetisi mendatang. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Mari kita mulai dari yang paling sederhana, apa yang Anda rasakan ketika peluit panjang pertandingan antara Persija kontra Mitra Kukar ditiup wasit?

Alhamdulillah tugas tahap pertama sudah selesai. Tiga trofi juara sudah kami persembahkan untuk The Jakmania.

Kemudian apa yang segera Anda lakukan saat itu?

Setelah itu saya hanya membayangkan bahwa tugas saya kepada pemegang saham Persija, kepada masyarakat Jakarta terutama The Jakmania, sudah selesai. Saya tidak memikirkan yang lain, saya hanya bersyukur dan mengikuti arus di stadion. Kebahagiaan itu bukan hanya milik saya, tapi milik pemain, ofisial, gubernur, kepolisian, dan masyarakat Jakarta, di mana sampai malam itu semua tetap berjalan aman. Alhamdullilah terima kasih The Jakmania.

Dari yang saya lihat, Anda terpotret menangis di lapangan saat Persija berhasil menjadi juara. Apa yang Anda rasakan sebenarnya saat itu?

Saya tidak menyadari kalau itu tertangkap kamera. Saat itu saya hanya merasa apa yang sudah saya kerjakan bersama teman-teman, yaitu pemain, ofisial, manajemen, The Jakmania, dan para wartawan. Ternyata kerja keras itu membuahkan hasil, bukan hanya di Liga 1, tapi trofi turnamen di Malaysia dan Piala Presiden juga berhasil kami dapatkan di awal musim.

Itu semua yang membuat saya tidak bisa menahan diri. Saya merasa bersyukur apa yang saya kerjakan, apa yang pemain, ofisial, manajemen, The Jakmania, dan wartawan lakukan, semuanya membuahkan hasil. Saya baru dua tahun di Persija, tapi saya merasa pemain ke-12 yaitu The Jakmania dan pemain ke-13 yaitu wartawan, telah memberikan dukungan yang luar biasa gila.

 

3 dari 5 halaman

Tangan Dingin Pengelolaan Klub

Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade, saat ditemui di Spring Hill, Kemayoran, Jakarta, Jumat (14/12). Bos Persija tersebut sudah merancang persiapan serta target klub untuk mengarungi kompetisi mendatang. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Anda mengelola Persija dalam dua tahun sudah bisa membawa tim ini menjadi juara. Bagaimana Anda melihat perjalanan tim ini selama dua tahun?

Pertama kali saya datang, saya tidak mendapatkan apa pun kecuali nama baik Persija. Tidak ada manajemen, tidak ada infrastruktur. Jadi tahap pertama yang saya lakukan adalah menata Persija, bukan hanya sebagai sebuah klub, tapi sebagai sebuah instrumen bisnis. Jadi memang treatment terhadap Persija itu berbeda, bukan hanya sepak bola melainkan juga bisnis. Saya pun membentuk tiga elemen utama, klub, manajemen, dan panpel.

Ketiga elemen ini memiliki tanggung jawab masing-masing. Ini kami bentuk karena pemain tidak akan optimal jika fasilitasnya tidak terpenuhi, dan itu adalah tugas dari manajemen.

Kemudian manajemen pun tak akan bisa memutar organisasi jika tidak ada finansial, dan panpel mendapatkan dana dari pertandingan. Semua itu akmi lakukan dengan evaluasi setiap bulannya dengan target masing-masing. Semua dilakukan agar segala keterkaitan di antara setiap elemen itu bisa terpantau dengan baik.

Berkat kerja sama yang baik akhirnya pada tahun kedua, yang seharusnya kami menargetkan finis di posisi ketiga hingga kelima, alhamdullilah sudah diberikan rezeki juara di tahun kedua. Ini kerja keras semua elemen, termasuk juga kepolisian dan semua pihak yang membantu kami.

Anda sempat membantu mengelola Bhayangkara FC sebelum akhirnya tim tersebut juara Liga 1 2017. Anda kemudian menangani Persija hingga akhirnya menjadi juara. Apa kunci sukses Anda?

Pertama, harus transparan. Kedua, harus sepenuh hati. Sebuah klub harus dikelola sebagai manajemen perusahaan. Tidak bisa hanya mengelola sekadar klub sepak bola. Bukan hanya di Persija, di klub-klub yang saya kelola sebelumnya di Jawa Timur maupun yang sudah di Jakarta pun saya berikan treatment yang sama.

Untuk itu maka dibutuhkan orang-orang yang memiliki kapasitas di bidang masing-masing. Jika Anda memantau, beberapa kali saya melakukan perubahan dalam personel manajemen dan panpel, terutama panpel karena mereka ujung tombak dalam penyelenggaraan pertandingan.

Anda mengatakan The Jakmania telah memberikan Rp5,5 miliar lewat pertandingan yang dijalani Persija. Jumlah tersebut didapatkan dalam berapa pertandingan? Apakah termasuk ketika menggelar laga kandang terusir?

Hanya satu pertandingan di SUGBK. Memang masih dipotong biaya sewa, biaya perbaikan kalau ada kerusakan, dan biaya operasional panpel. Masyarakat harus mengetahui bahwa Persija itu miskin, supaya manajemen dan pemain juga tahu kalau stakeholder Persija sebenarnya ya The Jakmania. Kalau mereka semua memutuskan tidak menonton Persija, matilah sudah.

Apa arti Gede Widiade di Persija tanpa dukungan The Jakmania? Oleh karena itu saya meminta kepada The Jakmania untuk memberikan dukungan kepada Persija siapa pun yang memimpin. Persija membutuhkan The Jakmania, bukan yang lain. Tanpa lapangan di Jakarta saja Persija diterima di mana pun, seperti Bantul. Persija itu miskin dan menjadi kaya berkat The Jakmania yang selalu datang langsung untuk menyaksikan pertandingan. Kondisi itu yang membuat Persija bisa mendapatkan Rp5,5 miliar, Rp4 miliar, atau Rp3 miliar setiap laga.

Madura United mengaku mengalami kerugian Rp7 miliar. Dengan kondisi yang Anda ceritakan, artinya Persija mendapatkan keuntungan besar?

Pemain yang ada di Madura United dan Persija hampir sama kualitasnya, tapi mungkin harganya lebih mahal yang dimiliki Madura United. Sponsor kedua tim pun tak jauh berbeda. Namun, mereka tidak memiliki pemain ke-12 dan ke-13 yang dimiliki Persija. Saya mendapatkan Rp5,5 miliar atau Rp4 miliar di Persija, tapi di Papua, di Madura, di Kalimantan, mungkin mereka tidak mendapatkan itu, dan itulah yang harus disyukuri di Persija.

Satu hal yang pasti, sampai kompetisi liga selesai Persija sudah tidak ada utang, gaji berjalan lancar. Jadi kami masih mendapatkan sedikit untuk memberikan bonus kepada adik-adik di U-16 yang menjadi peringkat ketiga dan adik-adik U-19 yang menjadi runner-up. Masih harus dihitung lagi untuk memberikan bonus untuk tim senior.

 

4 dari 5 halaman

Menatap Tahun Ketiga bersama Persija Jakarta

Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade, saat ditemui di Spring Hill, Kemayoran, Jakarta, Jumat (14/12). Bos Persija tersebut sudah merancang persiapan serta target klub untuk mengarungi kompetisi mendatang. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Anda selalu menekankan Anda merupakan pekerja profesional di Persija. Apa yang membedakan dengan di klub-klub yang Anda kelola sebelumnya?

Memang berbeda. Kenapa saya katakan di Persija hanya sebagai pekerja profesional, karena saya bukan pemegang saham di klub ini. Sangat sulit untuk memosisikan diri saya sebagai pemegang saham atau eksekutif klub. Kalau di klub saya sebelumnya, memang saya adalah pemegang saham dan CEO. Namun, di Persija saya memang hanya meminta murni untuk bekerja sebagai profesional.

Dalam dua tahun terakhir Persija selalu bisa melebihi target yang dibidik, mulai dari finis di empat besar Liga 1 2018, juara Piala Presiden 2018, dan juara Liga 1 2018. Bagaimana dengan target di tahun ketiga? Ada perubahan dari yang sudah direncanakan?

Tetap sama, tidak ada yang berubah. Saya tidak mengubah target tahun ketiga yang sudah saya canangkan. Untuk mencapai target posisi kelima hingga ketujuh di musim pertama, kami harus menyewa lapangan dan menyewa mess. Kemudian untuk mencapai target posisi ketiga hingga kelima, kami butuh yang lebih banyak.

Untuk mencapai target posisi juara hingga peringkat ketiga, kami harus memiliki stadion sendiri, tempat latihan sendiri, jadi kami tidak usah mengemis lagi. Insha Allah tahun depan sudah ada lapangan latihan sendiri, di mana itu merupakan janji saya ketika pertama kali datang ke Persija, yaitu tim berlatih di tengah kota satu kali dalam satu pekan untuk berinteraksi dengan pemain ke-12 dan ke-13.

Bicara soal fasilitas lapangan latihan di Pancoran untuk 2019, apakah ada fasilitas lain yang dipersiapkan oleh manajemen untuk Persija di tahun ketiga?

Bus tim. Untuk bus tim ini, saya berterima kasih kepada saudara saya, Mas Rafil Perdana (COO Persija). Saya sempat berkeinginan untuk membeli bus, tapi tidak diizinkan olehnya. Mas Rafil punya rencana sendiri untuk memberikan hadiah ulang tahun ke-90 Persija dan hadiah karena tim ini menjadi juara, yaitu sebuah bus.

Sebenarnnya kami ingin segera menariknya dari karoseri bulan ini, itu akan lebih baik. Namun, ternyata belum bisa karena yang baru rampung itu body dan seat-nya. Atribut Persija belum selesai. Insya Allah sudah bisa digunakan di awal 2019. Saya berterima kasih kepada Mas Rafil, semoga Allah memberkati dan membalas kebaikannya.

Tak hanya bermain di Liga 1, Persija akan kembali bermain di level Asia. Apakah sudah mengamankan SUGBK untuk kandang pada musim depan?

Untuk ini masih ada masalah. SUGBK punya sedikit kesulitan karena mereka menggunakan sistem Badan Layanan Umum, di mana struktur organisasi GBK tidak lagi mendapatkan subsidi dari pemerintah untuk membiayai pengelolaan dan perawatan. Mereka pun harus mandiri mencari pendapatan yang akhirnya disetorkan ke kementerian keuangan yang kemudian diminta lagi sebagai anggaran perbaikan dan perawatan.

Jadi sebenarnya GBK tidak bisa hanya menunggu kami, tapi siapa pun yang membutuhkan GBK pasti mereka berikan karena mereka butuh biaya. Sementara itu, kami pun kesulitan. Apa kesulitannya? Selalu jadwal liga Indonesia yang selalu terlambat. Jadi kami tak bisa booking GBK karena mereka membutuhkan jadwal yang pasti.

Mereka selalu meminta jadwal yang pasti karena Persija memiliki skala prioritas. Namun, karena jadwal itu belum ada, pada akhirnya kami ditinggal dan itu bukan salah mereka. Seperti halnya kemarin, Gereja Tiberias sudah booking sejak satu tahun lalu, sementara Persija baru tiga hari sebelumnya.

Kalau kami memiliki jadwal yang pasti, GBK pasti membantu. Masalahnya PT Liga dan PSSI tidak memiliki kepastian jadwal, jadi GBK harus mencari pendapatan untuk menghidupkan mereka. Jadi kami pun harus mengerti kondisi itu. Masyarakat Jakarta dan The Jakmania juga harus mengerti hal ini.

Persija sudah juara Piala Presiden, sudah juara Liga 1. Bagaimana soal pembangunan stadion untuk Persija yang dijanjikan Gubernur DKI Jakarta?

Saya berpikir seorang Anies Baswedan tidak perlu terus menerus diajak bicara. Saya pikir sudah cukup dua atau tiga kali pembicaraan. Dia tidak perlu ditagih karena dia memiliki tanggung jawab moral untuk membahagiakan rakyatnya.

Kalau saya berusaha membesarkan Persija dengan membahagiakan The Jakmania. Anies Baswedan memiliki tanggung jawab membahagiakan rakyatnya, di mana sebagian besar itu The Jakmania. Insya Allah bisa direalisasikan. Hanya saja masih butuh waktu karena membangun stadion tidak sama halnya seperti membangun sebuah kos-kosan.

 

5 dari 5 halaman

Komposisi Pemain Persija di Tahun Ketiga

Direktur Utama Persija Jakarta, Gede Widiade, berpose usai wawancara di Spring Hill, Kemayoran, Jakarta, Jumat (14/12). Bos Persija tersebut sudah merancang persiapan serta target klub untuk mengarungi kompetisi mendatang. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Ada istilah don't change the winning team. Apakah Anda akan mempertahankan tim ini, atau punya rencana mengubah komposisi pemain?

Untuk hal yang satu ini saya harus buka-bukaan. Persebaya akan menjadi raksasa yang sebenarnya. Persib pasti belajar banyak karena mereka adalah tim yang bagus. PSM sudah tak bisa dihindari lagi karena mereka tim yang top. Bali United pasti belajar dari kegagalan tahun ini. PSIS adalah raksasa yang baru bangun dari tidurnya, belum lagi kehadiran PSS Sleman.

Jadi bisa dipastikan nanti perebutan stok pemain yang ada menjadi sangat ketat. Justru yang masih sedikit mudah adalah pemilihan pemain asing. Untuk yang satu ini tentu akan disesuaikan dengan kebutuhan tim, entah pemain dari Eropa, Asia, atau Amerika Selatan. Namun, satu hal yang pasti pemain lokal akan menjadi rebutan.

Kami harus pintar melihat hal ini dan tidak tergesa-gesa. Saya menginginkan pemain yang memang dibutuhkan tim untuk lebih baik, bukan yang saya sukai. Percuma kalau saya suka tapi pemain itu tidak mampu merealisasikan target, pasti tidak akan terpakai. 

Persija mengikat kontrak pemain lokal tidak hanya satu tahun seperti pemain asing. Apakah Anda sudah memiliki bayangan pemain asing untuk musim depan?

Kami sudah bicara dengan pemain yang masih kami butuhkan, tapi keputusannya masih dua sampai tiga pekan lagi karena mereka masih ingin beristirahat. Mereka sudah kami ajak bicara dan kami pun sudah menghubungi pemain asing yang menjadi alternatif jika pemain yang kami miliki tak ingin berlanjut di Persija.

Jadi kami pun sudah mengupayakan untuk mencari alternatif. Jadi kalau yang bagus dan potensial membawa Persija menjadi lebih baik pada 2019, sudah kami coba untuk pertahankan melalui negosiasi kontrak. Kalau dia mau bertahan alhamdulilah, kalau dia mau pergi ya kami sudah memiliki alternatif yang memiliki kualitas yang setidaknya sama.

Stefano Cugurra Teco menjadi pelatih terbaik Liga 1 2018, dan Rohit Chand menjadi pemain terbaik Liga 1 2018. Prestasi tersebut akan menjadi pertimbangan untuk mempertahankan mereka?

Hal itu menjadi pertimbangan kami, tapi bukan merupakan penentu karena kebutuhan tim pada 2019 akan berbeda. Ibatanya kami sudah berhasil menjadi juara di kelas 5, tentu kami naik ke kelas 6 yang tantangannya berbeda, terutama karena kami pun bermain di Liga Champions Asia.

Jadi untuk guru yang mengajar pun saya harus mencari yang peringkatnya cocok di kelas 6, bukan lagi di kelas 5. Lalu apakah pelajaran yang ada di kelas 5 tidak bisa dipakai? Tentu ada dasar-dasar yang dipelajari di kelas 5 masih bisa dipakai di kelas 6.