Bola.com, Jakarta - Skandal match fixing termasuk pengaturan skor kembali mencuat di sepak bola Indonesia. Hal itu terungkap setelah beberapa oknum berani mengungkapkan bobroknya sepak bola Tanah Air dalam satu di antara acara televisi swasta.
Baca Juga
Sepak bola Indonesia tercoreng skandal pengaturan skor yang melibatkan klub-klub Liga 2, Liga 3, hingga yang teranyar kembali mencuatnya dugaan yang menerpa Timnas Indonesia pada laga final Piala AFF 2010.
Beberapa kasus dugaan itu terjadi menjelang pertandingan Madura FC melawan PSS Sleman pada pentas Liga 2 2018. Manajer Madura FC, Januar Herwanto, mendapatkan telepon dari salah seorang oknum yang mengaku anggota Komite Eksekutif PSSI bernama Hidayat.
Skenarionya, Madura FC diminta mengalah dari PSS untuk laga yang berlangsung di Stadion Maguwoharjo, Sleman (6/11/2018). Namun, hal itu ditolak Januar, meski pada akhirnya Madura FC tetap menelan kekalahan 0-1 dari PSS.
Kemudian, kasus adanya dugaan pengaturan skor pada Piala AFF 2010 mencoreng Timnas Indonesia. Manajer di Piala AFF 2010, Andi Darussalam Tabusala, berujar ada peran bandar besar yang mengharuskan Timnas Garuda kalah dari Malaysia.
"Tidak ada, (pengaturan skor di Piala AFF 2010 tetapi) pada saat terakhir, kira-kira setahun kemudian, saya kenal beberapa orang-orang Malaysia ini. Waktu itu, saya tanya, 'Bagaimana Anda bisa mainkan itu sampai saya kalah.' Di situlah mereka terbuka bicara, 'Bang, kalau kami tidak mainkan orang abang itu, enggak bisa menang kami ini'," ujar Andi.
Pernyataan itu lantas memantik kekecewaan dari mantan pemain Timnas Indonesia di Piala AFF 2010. Nama-nama seperti Hamka Hamzah dan Maman Abdurrahman lantas bersuara, dan membantah adanya dugaan skandal pengaturan skor.
Lalu, seperti apa perjalanan skandal pengaturan skor di Indonesia? Berikut ini tiga skandal match fixing di sepak bola Indonesia yang sempat menghebohkan versi Bola.com:
Skandal Senayan 1962
Pada 1960-an beredar isu tak sedap berupa pengaturan skor yang merebak di Indonesia. Bahkan, isu ini kabarnya melibatkan pemain-pemain top Timnas Indonesia.
Klub-klub semisal PSM Makassar dan melakukan investigasi internal. Hasilnya, pada 1961 terungkap beberapa pemain yang memang terlibat dalam kasus pengaturan skor, suap, hingga judi toto gelap (togel).
KOGOR (KONI saat itu) langsung melakukan penyelidikan dan mendapati 10 nama pemain yang terlibat pengaturan skor. Mereka adalah Iljas Hadede, Pietje Timisela, Omo Suratmo, Rukma Sudjana (kapten), Sunarto, Wowo Sunaryo (Persib), John Simon, Manan, Rasjid Dahlan (PSM), dan Andjiek Ali Nurdin (Persebaya).
10 pemain tersebut terbukti mengadakan pertaruhan ketika pertandingan Timnas Indonesia melawan Malmoe (Swedia), Muangthai, Yugo (Yugoslavia) Selection, dan Tjeko Combined. Akibatnya, KOGOR menghukum 10 pemain tersebut dilarang beraktivitas di sepak bola nasional selama seumur hidup dan juga dikeluarkan dari pelatnas Timnas Indonesia bentukan Asian Games 1962.
Sepak Bola Gajah 1988
Skandal ini terjadi pada laga Divisi Utama Wilayah Timur yang mempertemukan Persebaya Surabaya melawan Persipura Jayapura. Bajul Ijo yang dihuni pemain-pemain top memang diunggulkan untuk menang, apalagi tampil di depan pendukung sendiri yang memadati Stadion Gelora 10 November.
Namun, hasil mengejutkan justru terjadi. Persebaya kalah telak 12-0 dari Persipura pada laga yang digelar 21 Februari 1988 itu. Gol-gol yang dicetak Persipura mayoritas merupakan pembiaran dari pemain Persebaya yang dihuni skuat pelapis.
Sempat tersiar versi kalau hal itu sengaja dilakukan Persebaya agar PSIS Semarang, yang merupakan musuh bebuyutan gagal melangkah ke babak enam besar. Namun, versi lain yakni Persebaya sengaja mengalah demi menjaga keutuhan NKRI.
Penyebabnya adalah jika Persipura kalah dan tidak lolos maka Indonesia Timur saat itu tak akan ada wakil. Apalagi Perseman Mankowari sudah degradasi. Walhasil, kemenangan itu membuat Persipura lolos ke babak enam besar, Persebaya tetap menjuarai klasemen Wilayah Timur, dan PSIS harus gagal lolos.
Mafia Wasit di Liga Indonesia 1998
Mafia wasit pernah berkuasa di sepak bola Indonesia pada Liga 1998. Ketika itu, PSSI bergerak cepat membentuk tim pencari fakta untuk mengusut tuntas kasus mafia wasit.
Hal itu terjadi setelah Manajer Persikab Kab. Bandung, Endang Sobarna, membuat heboh rakernas PSSI dengan mengungkapkan adanya adanya permainan kotor di pentas kompetisi Liga Indonesia yang melibatkan wasit.
Temuan PSSI akhirnya mendapati Wakil Ketua Komisi Wasit PSSI, Jafar Umar, sebagai tersangka. Yang bersangkutan terbukti pengaturan hasil pertandingan. Jafar Umar tak sendiri, sebanyak 40 wasit Liga Indonesia ketika itu juga terbukti bersalah.
Namun, beberapa tahun yang lalu, Jafar Umar sempat buka suara soal kasus yang menimpa dirinya. Menurut Jafar, dia hanya menjadi kambing hitam karena ada sejumlah petinggi PSSI yang memegang kendali mengatur pertandingan dengan melibatkan komite wasit. Akan tetapi, sampai Jafar Umar meninggal pada 12 Mei 2012, beliau tidak pernah menyebutkan nama oknum PSSI yang terlibat.