Bola.com, Jakarta - Timnas Indonesia tidak dianungi keburuntungan sepanjang 2018. Berbagai momen sulit kerap dialami skuat Merah-Putih. Situasi itu membuat mereka tampil inkonsisten, sehingga gagal mencatatkan prestasi.
Baca Juga
Masa suram Timnas Indonesia diawali ketika bersua Islandia, Januari 2018. Meski tidak masuk kalender resmi FIFA, laga uji coba ini sarat akan gengsi dan menjadi tolok ukur permainan tim Garuda di bawah arahan Luis Milla.
Islandia pun menunjukan perbedaan level permainan yang signifikan dengan Timnas Indonesia. Dalam dua laga uji coba, tim Skandinavia itu meraih kemenangan telak 6-0 dan 4-1 atas tim Garuda.
Hasil minor kontra Islandia secara tidak langsung menegaskan Timnas Indonesia memiliki dua masalah utama. Pertama adalah pertahanan rapuh, kemudian yang kedua adalah tidak adanya bomber haus gol di depang gawang.
Evaluasi kemudian dilakukan Timnas Indonesia secara menyeluruh. Milla bertekad memperbaiki rapuhnya barisan belakang anak-anak asuhnya dan menemukan penyerang tajam agar lini serang Garuda kembali produktif.
PSSI juga menyiapkan sejumlah agenda uji coba internasional agar Timnas Indonesia semakin kompetitif. Sejumlah tim seperti Jepang, hingga Cile disebut bakal menjadi lawan Evan Dimas dkk. pada laga persahabatan selanjutnya.
Tujuan diambilnya langkah itu tentu mengerucut kepada satu hal, yakni agar Timnas Indonesia siap bersaing di Piala AFF 2018.
Kepergian Luis Milla
Tujuh bulan setelah kekalahan dari Islandia, PSSI akhirnya memilih Mauritius menjadi lawan latih tanding Timnas Indonesia selanjutnya. Pertengahan September pun dipilih federasi untuk menggelar pertandingan tersebut.
Akan tetapi, Timnas Indonesia menyongsong duel kontra Mauritius dengan penuh keraguan. Anggapan itu berkaca dari masa depan Luis Milla bersama skuat Garuda yang tak kunjung menemui titik terang.
Meski tanpa Milla, Timnas Indonesia berhasil menang 1-0 atas Mauritius. Tim Garuda juga meraih hasil positif ketika menghadapi Myanmar dan Hong Kong dalam laga uji coba, kendati tanpa pelatih asal Spanyol tersebut.
Timnas Indonesia yang diarsiteki Bima Sakti meraih kemenangan 3-0 atas Myanmar dan 1-1 atas Hong Kong. Menilik hasil-hasil itu, PSSI akhirnya memutuskan tidak memperpanjang masa bakti Milla pada akhir Oktober.
Bima kemudian dipilih sebagai pelatih kepala Timnas Indonesia. Target juara Piala AFF 2018 pun dimandatkan PSSI kepada pelatih asal Balikpapan tersebut.
Terpuruk di Piala AFF 2018
Penunjukan Bima Sakti sebagai pelatih Timnas Indonesia menjadi bumerang. Kekalahan 0-1 dari Singapura menjadi awal keterpurukan Stefano Lilipaly dkk. di Piala AFF 2018.
Dari empat pertandingan fase Grup B, Timnas Indonesia hanya menang 3-1 atas Timor Leste. Tim Merah-Putih juga takluk 2-4 dari Thailand dan bermain 0-0 kontra Filipina.
Semua hasil tersebut memaksa Timnas Indonesia menghuni peringkat keempat di klasemen akhir Grup B, karena hanya mendulang empat poin. Mereka pun dipastikan gagal menembus semifinal.
Bima menjadi sosok yang dianggap harus mempertanggung jawabkan hasil negatif Timnas Indonesia. Pada Desember 2018, PSSI akhirnya resmi melengserkan sosok 42 tahun itu dari kursi kepelatihan timnas senior.
Sebagai gantinya, PSSI menunjuk Simon McMenemy untuk menangani Timnas Indonesia. Sang pelatih diikat kontrak berdurasi dua tahun agar mempersiapkan Garuda berjala di Piala AFF edisi 2020.
Baca Juga
Cerita Bayu Eka Sari: Berawal dari Nonton Timnas Indonesia dan Kecopetan di Pakansari, hingga Jadi Asisten Luis Milla
Eks Asisten Luis Milla Kritik Pihak yang Ingin Shin Tae-yong Out: Tahunya Cuma Hasil, Padahal Timnas Indonesia Makin Maju
Luis Milla Komentari Real Madrid tanpa Kross, Cedera Carvajal, dan Performa Mbappe