Bola.com, Salzburg - Manchester United sedang berada dalam euforia selama dilatih Ole Gunnar Solskjaer. The Red Devils selalu meraih kemenangan dalam tiga laga setelah memecat Jose Mourinho.
Solskjaer dianggap mampu meningkatkan kepercayaan diri para pemain. Ditambah, manajer asal Norwegia itu memiliki filosofi sepak bola menyerang yang diharapkan para suporter Manchester United.
Akan tetapi, nasib Solskjaer di Manchester United hanya sebatas hingga musim 2018-2019 berakhir. Solskjaer memang dikontrak sebagai manajer interim sampai pihak klub menemukan sosok yang tepat untuk jangka panjang mulai musim depan.
Kesempatan Solskjaer menjadi manajer permanen cukup terbuka lebar andai mampu meningkatkan kualitas tim. Namun, Solskjaer dikabarkan hanya menjadi opsi keempat Manchester United pada musim depan.
Pilihan utama masih seputar manajer Tottenham Hotspur Mauricio Pochettino. Meski, manajer asal Argentina itu enggan memberikan komentar mengenai desas-desus yang mengaitkannya dengan Manchester United.
Sementara itu, pilihan kedua dan ketiga berasal dari Prancis. Mantan pelatih Real Madrid Zinedine Zidane berada di bawah Pochettino.
Adapun Laurent Blanc menjadi alternatif ketiga. Blanc bukan sosok asing bagi Manchester United karena pernah menjadi pemain di Old Trafford pada periode 2001-2003.
Muncul nama mengejutkan
Namun, kejutan muncul pada opsi kelima Manchester United. Kabarnya, pilihan tersebut jatuh kepada Marco Rose.
Bagi publik Old Trafford, nama Rose jelas masih asing di telinga. Pelatih berkebangsaan Jerman itu baru memulai karier kepelatihan bersama klub antah-berantah, 1. FC Lokomotive Leipzig pada 2012.
Setelah itu, Rose bergabung dengan akademi Red Bull Salzburg mulai 2013. Dari sini, potensi Rose mulai terasah.
Awal kariernya, Rose menukangi AKA Salzburg U16 (sebutan untuk tim junior Red Bull Salzburg) selama dua musim. Selanjutnya, dia naik kelas ke U18 dan bertahan selama semusim.
Pada 2015, Rose kembali dipromosikan menjadi pelatih tim junior Red Bull Salzburg. Pria kelahiran Leipzig itu membawa Red Bull Salzburg junior menjuarai UEFA Youth League 2016-2017.
Tangan emas Marco Rose
Prestasi itu yang membuat Rose didapuk sebagai pelatih utama Red Bull Salzburg mulai musim panas 2017. Tangan emas Rose langsung memberikan gelar juara Liga Austria untuk pada musim perdana.
Dia juga membawa Red Bull Salzburg menembus semifinal Liga Europa 2017-2018. Sayangnya, langkah Die Rotten Bullen terhenti di tangan Olympique Marseille.
Kini, Rose berkesempatan membawa timnya meraih gelar Liga Austria secara beruntun. Dari 18 pertandingan, Red Bull Salzburg belum sekalipun menelan kekalahan.
Rose memiliki persentase kemenangan gemilang bersama Red Bull Salzburg. Dari 91 pertandingan di berbagai ajang, Rose membawa timnya menang sebanyak 64 kali atau dengan rasio 70,33 persen kemenangan.
Anak asuh Jurgen Klopp
Lantas, apa yang membuat Rose mampu membuat Red Bull Salzburg tampil luar biasa? Media-media Eropa mengklaim, Rose merupakan penganut gaya bermain gegenpressing, yang selama ini menjadi ciri khas manajer Liverpool Jurgen Klopp.
Rose belajar taktik tersebut saat masih berkarier sebagai pemain. Dia merupakan anak asuh Klopp saat keduanya berada di Mainz 05. Dia juga sempat merasakan tangan dingin Thomas Tuchel yang sekarang melatih Paris Saint-Germain.
Rose berhasil mengimplementasikan pengalamannya sebagai pemain ke dalam Red Bull Salzburg. Apalagai, Red Bull Salzburg memiliki banyak senjata utama untuk memaksimalkan strategi gegenpressing.
Senjata utama yang dimaksud adalah para pemain muda. Gegenpressing memerlukan fisik prima dari para pemain. Biasanya, taktik ini akan cocok bagi tim yang memiliki banyak pemain muda.
Red Bull Salzburg memiliki rataan pemain berusia 24 tahun. Beberapa pemain muda, seperti Marin Pongracic (21 tahun), Amadou Haidara (20), Diadie Samassekou (22), Xaver Schlager (21), Hannes Wolf (19), hingga Dominik Szoboszlai (18), menjadi andalan Red Bull Salzburg.
Kini, Red Bull Salzburg kedatangan satu pemain muda, Erling Haaland. Pemain berusia 18 tahun itu merupakan mantan anak asuh Ole Gunnar Solskjaer di Molde FK.
Atributnya sebagai pelatih yang gemar pemain muda menjadi daya tarik Manchester United. Namun, yakinkah para petinggi The Red Devils memberikan jabatan krusial untuk pelatih yang minim jam terbang?