Bola.com, Jakarta - Pengamat sepak bola asal Surabaya, Ferryl Raymond Hattu, berharap masalah pengaturan skor dan match fixing ditumpas sampai ke akar-akarnya. Menurut Ferryl, kunci keberhasilan upaya bersih-bersih ini terletak pada Ketua Umum PSSI Edy Rahmayadi dan Menpora Imam Nahrawi selaku representasi pemerintah di bidang olahraga.
Baca Juga
Namun, Ferryl pesimistis kasus ini bisa diungkap dan diberantas sampai tuntas. Selain masalah ini sudah sangat parah, PSSI juga tidak membuka pintu bagi Satgas Antimafia Bola untuk masuk dan membongkar biang dari kasus tersebut.
Ferryl menyebut mafia bola sudah menjangkiti semua pihak, mulai dari pejabat di PSSI, klub di semua kasta, dan hingga ke Galadesa atau tarkam. “Kondisinya sudah seperti ini. Pengaturan skor sudah merambah ke semua sektor, meski bukan menjadi aktor utama, banyak yang terlibat dalam kasus ini,” tutur juara SEA Games 1991 di Manila, Filipina tersebut, Jumat (4/1/2019).
Mantan kapten Timnas ini menganalogikan Satgas Antimafia Bola sebagai ahli pemberantas serangga yang bekerja secara gratisan. Mereka bersedia memberantas mafia bola tanpa dibayar alias cuma-cuma. Satgas juga punya alatnya sangat lengkap.
“Tapi mereka tidak bisa memberantas serangga di rumah seseorang yang sudah digerogoti serangga karena yang punya rumah (PSSI) tidak membiarkan mereka (Satgas Antimafia Bola) masuk untuk mengenyahkan serangga tersebut,” ujar pemain Petrokimia Putra dan Persebaya ini menganalogikan situasi yang terjadi saat ini.
Bagi Ferryl, kasus ini tidak akan pernah tuntas. Selain PSSI tidak membuka pintu selebar-lebarnya kepada Satgas untuk bekerja, pelaku-pelaku pengaturan skor yang baru akan terus muncul. Namun setidaknya berkat keberadaaan Satgas Antimafia Bola, kasus pengaturan skor bisa dibatasi ruang geraknya.
“Minimal, satgas menjadi penjaga sepak bola dari praktik-praktik kotor pengaturan skor. Kalau ada yang baru muncul bisa segera ditumpas lagi. Tidak separah 20 tahun terakhir,” ujar Ferryl.
Kasus Akan Berulang
Menurut Ferryl, kunci keberhasilan upaya bersih-bersih ini terletak pada Edy Rahmayadi dan Imam Nahrawi. “Ketum PSSI harus berani membuka itu, karena saya yakin dia pasti tahu. Meski dia juga tahu konsekuensinya akan banyak tentangan dan upaya penggulingan dari jabatannya. Begitu juga dengan Menpora, jangan lembek, jangan takut dengan aturan-aturan statuta demi kebaikan sepak bola,” ujar dia.
Menurut dia, jika kedua tokoh ini tidak bertindak tegas dan membuka lebar kesempatan Satgas masuk, sepak bola Indonesia akan terus menjadi mainan para pelaku pengaturan skor.
Ia meyakini selama PSSI masih enggan membuka diri, tidak ada tindakan tegas terhadap pelaku, serta kurang serius mengungkap dan memberantas, kasus seperti ini akan berulang.
"Contohnya para pelaku yang sudah terbukti macam Johar Lin Eng, Mbah Putih, Hidayat dan beberapa lainnya tidak mendapat sanksi berat dari PSSI. Padahal sudah ada bukti. Ini menunjukkan PSSI tidak serius memberantas mafia bola," tuturnya.
Baca Juga
5 Pemain Paling Bergelimang Trofi Individu: Lionel Messi Jauh Tinggalkan Cristiano Ronaldo
Mengenal Sosok Mauro Zijlstra, Striker Keturunan Bandung yang Dikabarkan Bakal Dinaturalisasi Timnas Indonesia
PSSI Cari Pelapis Maarten Paes di Timnas Indonesia, Intip-Intip Emil Audero: Apalagi Kalau Lolos ke Putaran 4 Kualifikasi Piala Dunia 2026