Witan Sulaeman, Si Bungsu di Timnas Indonesia U-22 yang Ingin Cetak Sejarah

oleh Zulfirdaus Harahap diperbarui 20 Jan 2019, 08:15 WIB
Witan Sulaeman menjadi pemain termuda yang akan memperkuat Timnas Indonesia U-22 di Piala AFF 2019. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Jakarta - Pelatih Indra Sjafri membuat gebrakan ketika mengumumkan 38 nama pemain yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti pemusatan latihan Timnas Indonesia U-22 sebagai pembentukan skuat Piala AFF 2019. Kejutan tersebut adalah dengan memanggil Witan Sulaeman, pemain paling muda dalam daftar tersebut.

Advertisement

Usianya baru genap 17 tahun. Dalam setahun terakhir, Witan sudah dua kali naik pangkat, yakni ketika dipanggil untuk Timnas Indonesia U-19 dan sekarang untuk level U-22.

Indra Sjafri tentu punya alasan khusus memanggil remaja asal Palu, Sulawesi Tengah tersebut. Kualitas yang ditunjukkan Witan di Piala Asia U-19 2018 menjawab kepantasan pemanggilan tersebut.

Debut Witan di Timnas Indonesia U-19 berawal dalam sebuah laga melawan Brasil U-20 pada 31 Mei 2017. Ketika itu, Witan belum genap berusia 16 tahun.

Kariernya kemudian melesat ketika dipercaya tampil di Piala AFF U-16 2017. Ketika itu Witan berhasil mencetak gol yang mulai membuat namanya dikenal publik Tanah Air.

Panggung Witan sesungguhnya terjadi di Piala AFC U-19 2018. Pemain berpostur 162 cm itu mampu mencetak tiga gol sekaligus membantu Indonesia mencetak sejarah karena lolos ke babak perempat final untuk kali pertama sejak 1978.

Lantas, seperti apa cerita Witan Sulaeman memulai kariernya di dunia sepak bola? Berikut ini petikan wawancara eksklusif Bola.com dengan Witan Sulaeman yang jadi si bungsu di Timnas Indonesia U-22 pada Sabtu (19/1/2019):

2 dari 3 halaman

Simpan Tekad Besar untuk Indonesia

Pemain Timnas Indonesia U-22, Witan Sulaeman, menggiring bola saat latihan di Lapangan ABC, Senayan, Jakarta, Sabtu (12/1). Witan menjadi pemain termuda dalam seleksi Timnas Indonesia U-22 dengan usia 17 tahun. (Bola.com/M Iqbal Ichsan)

Bagaimana awalnya Anda mengenal sepak bola?

Saya sudah mengenal sepak bola itu sejak kecil. Namun, baru mulai kelas 1 SD bermain sepak bola menggunakan sepatu.

Sejak kapan Anda mulai menekuni sepak bola dengan benar?

Saya mulai masuk sekolah sepak bola (SSB) di Palu bernama Galara sampai kelas 3 SMP. Kemudian ketika itu ada seleksi untuk Timnas Indonesia U-16 bersama pelatih Fakhri Husaini. Alhamdulillah lolos, namun batal ikut turnamen karena ketika itu PSSI sedang dibekukan. Kemudian saya merantau ke Jakarta dan bersekolah di SKO Ragunan.

Siapa sosok yang paling berperan menemukan talenta Anda?

Pastinya Fakhri Husaini dan Indra Sjafri. Namun, semua pelatih yang pernah menangani saya punya peran penting dalam karier saya sampai sekarang ini. Saya juga belum apa-apa sebagai pemain dan masih harus belajar lagi.

Anda merupakan pemain termuda yang mendapatkan panggilan untuk Timnas Indonesia U-22. Apakah ini jadi beban?

Meski saya pemain paling muda, senior-senior di sini semuanya juga menghormati saya. Begitu juga dengan saya yang respek mereka. Jadi, saya merasa nyaman karena mereka bisa menerima saya dengan baik.

Persaingan di Timnas Indonesia U-22 seperti apa menurut Anda?

Persaingan di sini sangat ketat sekali. Mereka merupakan pemain-pemain yang sudah bermain di liga. Namun, saya tentu saja harus bisa mengimbangi dan melebihi kualitas mereka.

Apa yang Anda berani tawarkan kepada pelatih Indra Sjafri untuk mendapatkan kesempatan di Timnas Indonesia U-22?

Yang penting setiap latihan saya menampilkan yang terbaik. Alhamdulillah, proses adaptasi tidak sulit karena saya ditempatkan di posisi yang pernah saya mainkan di Timnas Indonesia U-19 dulu.

Seperti apa Anda memandang Coach Indra Sjafri?

Dia orangnya menuntut pemain untuk memberikan totalitas. Dia juga ingin pemain-pemainnya berjuang keras di lapangan dan sesi latihan.

Apa impian terbesar Anda yang sampai saat ini belum terwujud?

Saya ingin menaikkan orang tua haji. Selain itu saya ingin membantu Indonesia lolos ke Piala Dunia.

 

3 dari 3 halaman

Berita Terkait