Bola.com, Ngawi - Pertemuan Persinga Ngawi dengan Persebaya Surabaya pada babak 32 Besar Piala Indonesia 2018 punya makna spesial bagi Lulut Kistono. Kolega Fahmi Amirudin di jajaran staf pelatih Persinga itu langsung teringat masa-masa berat perjuangannya bersama pemain dan pengurus untuk membangkitkan Persebaya ketika dibekukan PSSI pada 2015-2016.
"Itu saat-saat sulit dan berat bagi saya dan teman-teman pengurus serta pemain, bagaimana harus membangkitkan kembali Persebaya karena dibekukan PSSI. Ini klub legendaris di Indonesia, kebanggaan warga Surabaya dengan dukungan ribuan Bonek," kata Lulut.
Bersama Ahmad Rosidin sebagai pelatih yang didukung manajer Khusnul Farid dan Cholid Goromah, pria tiga anak ini mengenang kisah sedih dan pilu menghidupkan kembali Persebaya sebagai korban dualisme PSSI dan kompetisi saat itu.
"Saat dibekukan, atas inisiatif pemain senior seperti Mat Halil dkk., kami terus berusaha berkumpul dan berlatih bersama. Ketika itu, kami seperti orang-orang terbuang karena keberadaan kami tak dianggap kubu Persebaya yang dianggap sah oleh PSSI," jelas asisten pelatih Persinga ini.
Lulut menambahkan bahkan untuk menggelar laga kompetisi internal yang diikuti klub-klub anggota yang 'mbalelo', harus dijaga polisi.
"Dukungan Bonek yang membuat kami terus maju, meski ada adangan pihak lain. Saat kompetisi internal pun para pemain hanya pakai rompi, karena kami dilarang mengenakan jersey klub," ucapnya.
Itulah mengapa, laga Persinga kontra Persebaya ini akan jadi pembuktian pribadi Lulut Kistono.
"Hati saya sakit dan kecewa melihat Persebaya sekarang ini. Kami yang susah payah dan berdarah-darah, tapi orang-orang yang dulu memusuhi kami malah menikmati jerih payah saya dan teman-teman. Saya akan buktikan mampu jadi pelatih yang baik saat melawan Persebaya nanti," kata Lulut.