Cerita Pelatih Bulutangkis asal Indonesia, Dipercaya Tangani Tim Thailand Setelah Tinggalkan Korsel

oleh Benediktus Gerendo Pradigdo diperbarui 24 Jan 2019, 14:20 WIB
Pelatih asal Indonesia, Agus Dwi Santoso, kini menangani tim bulutangkis Thailand di Indonesia Masters 2019. (Bola.com/Benediktus Gerendo Pradigdo)

Bola.com, Jakarta - Pelatih asal Indonesia, Agus Dwi Santoso, muncul di Indonesia Masters 2019 dengan status baru. Dia tak lagi menangani tim bulutangkis Korea Selatan, tapi kini memoles Thailand.

Pelatih berperawakan gempal itu bertanggung jawab menangani menangani enam pemain tunggal putra Thailand, yaitu Kantaphon Wangcharoen, Khosit Phetpradab, Suppanyu Avihingsanon, Nipitphon Phuangphuapet, Busanan Ongbamrungphan, dan Nitchaon Jindapol.

Advertisement

Agus bercerita sebelumnya ada tiga tawaran yang datang untuknya, yaitu dari India, Hong Kong, dan Thailand. Dia akhirnya memilih Thailand yang memperlihatkan gerak cepat dalam perekrutan.

"Respons pertama dari Thailand, mungkin karena ada Rexy (Mainaky) di sana. Dalam lima hari ada respons dan presiden federasinya minta bertemu untuk berunding. Sempat ada negosiasi gaji selama satu pekan, mereka menaikkan harga dan saya sedikit turun, jadi akhirnya sepakat," ujar Agus.

"Kenapa prosesnya begitu cepat, karena Rexy membantu saya. Saya seharusnya sudah sejak awal Januari, tapi saya diminta datang lebih awal karena ada beberapa pemain yang tidak libur," lanjutnya.

Bicara soal kontraknya bersama federasi bulutangkis Thailand, Agus mengaku akan menangani Busanan Ongbamrungphan dkk. hingga Olimpiade 2020. Sementara untuk target jangka pendek adalah untuk All England dan Swiss Terbuka.

 

2 dari 2 halaman

Aksi Solidaritas

Sementara mengenai kepergiannya dari Korea Selatan, Agus menyebut ada masalah internal federasi membuat sejumlah pelatih, termasuk dirinya, melakukan aksi solidaritas untuk mundur.

"Tujuh pelatih semua menandatangani surat pengunduran diri. Intinya kami solidaritas. Presiden federasi meminta menggunakan pemain muda saat Asian Games. Namun, ketika kalah pelatih kepala disalahkan," ujar Agus.

"Pelatih kepala masih berjuang di pengadilan. Menurutnya, ini adalah instruksi dari presiden untuk menggunakan pemain muda. Setelah kami menggunakan pemain muda, dia merasa disalahkan. Sebagai pelatih, kami solidaritas," tambah mantan pelatih tunggal putra tim bulutangkis Indonesia itu.

Berita Terkait