Bola.com, Bangkalan - Gelandang Madura United, Zah Rahan Krangar bukanlah nama yang asing bagi pecinta sepak bola Indonesia. Dia merupakan salah satu playmaker asing yang sarat prestasi dan malang melintang di Liga Indonesia.
Dia mengawalinya sebagai pemain asing untuk Persekabpas Pasuruan pada Divisi Utama 2006. Saat itu, namanya masih belum dikenal karena terhitung baru dan pernah bergabung Persekaba Badung hanya dua bulan, tanpa turun di kompetisi resmi.
Pada usia 21 tahun, pada musim itu, Zah Rahan menjadi pembeda untuk permainan Persekabpas yang termasuk tim kuda hitam. Dia kemudian berhasil membawa Persekabpas meraih peringkat empat pada kompetisi yang pada saat itu merupakan kasta tertinggi Indonesia tersebut.
Baca Juga
Musim berikutnya, pemain berpaspor Liberia itu memutuskan hijrah ke Sriwijaya FC. Dia kali ini berhasil menjuarai Divisi Utama 2007 bersama Sriwijaya FC. Bahkan, Zah Rahan keluar sebagai pemain terbaik di kompetisi itu.
Tak cukup sampai situ, Zah Rahan juga pernah membawa Laskar Wong Kito menjuarai Piala Indonesia selama tiga edisi beruntun, yaitu 2007-2008, 2008-2009, dan 2010. Sampai sekarang, raihan itu mencatatkan rekor sendiri.
Berikutnya, dia berlabuh ke Persipura Jayapura dan kembali mencatatkan prestasi. Dia dua kali mempersembahkan gelar ISL, masing-masing pada 2010-2011 dan 2013. Ditambah lagi, pemain berusia 33 tahun itu juga mempersembahkan gelar juara Inter Island Cup 2011.
Setelah tujuh musim di Indonesia, Zah Rahan kemudian memutuskan menyebrang ke Malaysia dengan bergabung Felda United. Di musim perdananya pada MSL 2014, Felda sukses meraih runner-up di bawah PDRM FA.
Nasibnya kurang beruntung di negeri Jiran karena belum pernah sekalipun meraih gelar juara selama empat musim bergabung klub berjulukan The Fighters itu sampai 2017. Di musim 2018, dia memutuskan kembali ke Indonesia dan membela Madura United.
Kali ini, nasibnya masih belum mujur. Laskar Sape Kerap bahkan hanya finis di peringkat kedelapan Liga 1 2018 setelah sempat tampil impresif pada pekan-pekan awal. Meski demikian, pengaruh Zah Rahan masih begitu kuat untuk tim.
Musim ini, Zah Rahan kembali berseragam Madura United dan telah menandatangani kesepakatan baru. Dia merasa penasaran untuk kembali merasakan gelar juara liga di Indonesia. Kali ini, tentu saja bersama Madura United.
Belum lama ini, Kontributor Bola.com, Aditya Wany melakukan wawancara dengan Zah Rahan di kediamannya di Surabaya. Dia pun membagikan ceritanya mengenai perjalanan musim lalu dan rencana untuk musim depan bersama Madura United. Berikut petikan wawancaranya:
Tim dengan Peringkat Terburuk
Selama ini Anda dikenal sebagai pemain yang berhasil meraih prestasi di berbagai klub Indonesia. Apa yang terjadi dengan Madura United musim lalu?
Ya, betul sekali. Ini pertama kali saya bermain untuk tim yang finis di peringkat kedelapan. Itu peringkat terburuk saya dalam menjalani musim perdana bersama sebuah klub. Saya akan terangkan satu per satu.
Bersama Persekabpas, saya bahkan bisa meraih peringkat keempat (Divisi Utama 2006). Lalu, saya malah menjadi juara di musim pertama dengan Sriwijaya FC (Divisi Utama 2007). Kemudian saya juga berhasil juara di Persipura (ISL 2010-2011). Terakhir, saya meraih runner-up bersama Felda (MSL 2014).
Perubahan pemain di Madura United kurang menguntungkan musim lalu. Seperti yang Anda lihat, Madura United mengganti striker dan gelandang asing. Beto (de Paula) dan (Nuriddin) Davronov harus keluar, dan masuk (Mamadou) Samassa dan Milad (Zeneyedpour).
Mereka pasti butuh adaptasi untuk waktu yang singkat. Sementara kami saat pergantian pemain itu sudah di atas. Kami kesulitan mempertahankannya karena performa agak tidak konsisten. Itu bukan hal yang jelek. Dari awal kami sudah peringkat satu atau dua, tapi saya sendiri lebih baik. tahun lalu adalah musim pertama saya di Madura United.
Jadi, kenapa sekarang Anda memilih bertahan di Madura United?
Saya tidak mencari sesuatu yang spesial di sebuah tim. Tapi, saya ingin menjadi orang yang memberi pengaruh untuk tim. Sepak bola bukan satu orang. Setiap pemain harus mau termotivasi. Saya melihat pemain Madura United mau berkembang.
Pemain lokal dan asing di sini sama-sama bekerja keras dan kami menyatu seperti keluarga. Itu akan sangat penting bagi kami untuk menjalani pertandingan di Liga 1. Banyak hal yang membuat saya nyaman dan betah di klub ini.
Suporter Madura United juga selalu memberikan dukungan dengan positif. Saya belum pernah mendengar kata-kata positif. Saat saya tampil kurang bagus, mereka terus memberikan semangat kepada saya. Itu sangat menyenangkan.
Berada di Tim Bertabur Bintang
Anda kini menarget juara bersama Madura United?
Kalau mau juara harus bertahap. Kami fokus saja memenangi setiap pertandingan. Kalau mau jadi juara, Anda harus bekerja keras.
Saya dan teman-teman menuju ke arah sana. Pertama-tama kami berada di posisi runner-up. Dengan begitu, kami akan dekat dengan juara dan berusaha mempertahankannya.
Dalam benak saya, saya ingin meraih peringkat dua atau satu. Tapi, Tuhan yang akan menentukan juga. Saya sekarang fokus untuk juara. Ini sudah saatnya. Saya ingin merasakan kembali gelar juara di Indonesia.
Termasuk gelandang. Banyak gelandang bagus mulai dari Asep Berlian, Dane Milovanovic, sampai Zulfiandi. Belum lagi Slamet Nurcahyo juga.
Bagaimana Anda menyikapi persaingan dengan mereka?
Ya, saya tahu itu kami punya pemain gelandang yang berkualitas. Tapi, pemain yang berposisi yang sama dengan saya hanya Slamet, kami sama-sama gelandang serang. Selama musim lalu, kami berdua bekerja sama dengan baik dan saling mengisi.
Slamet adalah salah satu playmaker cerdas yang dimiliki oleh Indonesia. Dia bermain dengan gaya yang sangat sederhana. Membagi bola dengan tepat kepada pemain lain. Dia salah satu pemain berbahaya untuk lawan.
Sebelum bergabung Madura United, saya tidak terlalu kenal dengan dia. Saya hanya tahu namanya karena dia juga pemain senior di Indonesia. Setelah bergabung, saya sering mengamati gaya bermain dia pada latihan.
Saya bilang padanya, ‘Kamu dengan saya di tengah, kita harus bisa menguasai bola dan itu akan menyulitkan pemain lawan mengambil bola’. Dia memahami itu. Dia tahu kapan saat berbagi bola dengan saya. Kami berdua langsung cocok dengan cepat, tidak perlu adaptasi lama.
Sekarang Madura United punya banyak pemain bagus. Anda merasa optimis dengan target itu?
Tentu saja. Setiap pemain harus optimis untuk meraih target yang dia punya. Saya senang pemain kami semakin berkualitas dan itu akan membantu tim. Tapi, saya dan teman-teman tetap harus bekerja keras mendapatkannya.
Baca Juga