Bola.com, Surabaya - Persebaya mendapat kabar duka di awal musim 2019. Salah seorang legenda mereka, Nuryono Haryadi, meninggal dunia pada Jumat malam (25/1/2019). Mantan pemain satu ini jelas tidak akan dilupakan oleh suporter Persebaya, Bonek.
Nuryono berpulang selamanya meninggalkan istri, anak, dan cucu. Beberapa saat sebelum mengembuskan napas terakhir, almarhum sempat makan dan merasa kedinginan. Melihat itu, sang istri, Rindi Wati, berniat menyeduhkan teh panas.
Belum sempat teh itu dibuat, almarhum berteriak. "Saya ikuti terus beliau ngomong 'Allah'. Sampai ketika dipasang alat pacu jantung, saya tidak mengerti kalau almarhum sudah tidak ada," tutur Rindi, Sabtu (26/1/2019).
Semasa hidup, Nuryono merupakan pemain yang sangat berjasa membawa klub berjulukan Bajul Ijo itu meraih gelar juara. Dia kapten tim saat Persebaya berhasil merebut trofi Perserikatan 1987-1988.
Pada Sabtu (26/1/2019), beberapa mantan pemain Persebaya berziarah mendatangi makam almarhum. Mayoritas dari mereka adalah rekan satu tim Nuryono saat menjadi bagian integral Persebaya di musim 1987-1988.
Beberapa di antaranya adalah Maura Hally, Muharom Rusdiana, dan Makhrus Afif. Kepergian Nuryono membuat mereka merasa sangat kehilangan.
Menurut Maura, Nuryono sempat mengajak berkumpul dengan teman-temannya, sesama mantan Persebaya, sebelum meninggal.
"Kami merasa kehilangan, orangnya baik dan tidak banyak omong. Jadi anutan. Beliau (almarhum Yono) melalui Muharom menyampaikan kepada saya, mengajak kami kumpul. Tapi, tidak terlaksana karena kondisi beliau drop," kata Maura.
Hati untuk Persebaya
Satu di antara yang cukup dekat almarhum adalah Muharom, yang merupakan wakil kapten Persebaya pada musim 1987-1988.
"Walau dia sakit, tapi setiap ada acara Persebaya, kami selalu telepon. Dan dia kalau sehat, selalu datang. Jiwa dia untuk Persebaya sangat bagus," kenang Muharom.
Nuryono mengawali kariernya dengan gabung klub internal Persebaya, Indonesia Muda, saat masih remaja. Dia mulai masuk tim senior Persebaya pada 1981 dan mulai mengenakan ban kapten sejak 1986.
Dia kemudian memutuskan gantung sepatu pada akhir musim 1989-1990. Di musim itu, Persebaya meraih runner-up Perserikatan setelah tumbang 0-2 dari Persib Bandung. Hati Nuryono memang diberikan untuk Persebaya karena setelah itu memutuskan untuk tidak bergabung klub lain.