Final Piala Asia 2019 dan Proyek Ambisius Qatar Menuju Piala Dunia

oleh Wiwig Prayugi diperbarui 01 Feb 2019, 07:30 WIB
Final Piala Asia 2019, Jepang vs Qatar. (Bola.com/Dody Iryawan)

Bola.com, Jakarta - Qatar membuat kejutan dengan lolos ke final Piala Asia 2019. Ini menjadi sejarah bagi sepak bola Qatar. Sejak Piala Asia bergulir pada 1956, baru kali ini Qatar lolos ke final.

Perjalanan Qatar menuju partai puncak Piala Asia 2019 bisa dibilang mulus. Lolos ke 16 besar dengan status juara Grup E, Qatar menyingkirkan tim-tim besar pada babak gugur.

Advertisement

Qatar memulangkan juara edisi 2007, Irak, pada babak 16 besar. Pada perempat final, Almoez Ali dkk. menyingkirkan tim tangguh Korea Selatan. Pada semifinal, giliran tuan rumah Uni Emirat Arab yang disikat.

Kesuksesan Qatar di Piala Asia 2019 juga dikaitkan dengan ambisi mereka untuk Piala Dunia 2022. Dalam beberapa tahun terakhir, Qatar sangat gencar membangun sepak bola.

Negara teluk yang memiliki pendapatan per kapita mencapai lebih dari US$100.000 ini telah lama memproyeksikan kekuatannya melalui sepak bola, mulai menyeponsori Barcelona, menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022, hingga mengelola Paris Saint-Germain.

Pada Piala Asia 2019, Qatar membawa 11 pemain U-23 dari total 23 pemain. Almoez Ali satu di antara pemain muda Qatar yang menonjol, walaupun ia dipermasalahkan karena tak memenuhi persyaratan AFC sebagai pemain naturalisasi.

Qatar akan menantang Jepang yang berstatus tim dengan gelar terbanyak di Piala Asia (empat kali juara). Tetapi apa pun yang terjadi pada duel puncak Piala Asia 2019, Qatar menunjukkan mereka patut diwaspadai.

Sumber: The National, Aljazeera.com, Gulf News

2 dari 3 halaman

Proyek Ambisius Olahraga

Pelari Qatar, Abderrahman Samba, melakukan selebrasi usai menjuarai balap lari nomor 400m Asian Games di SUGBK, Jakarta, Senin (27/8/2018). (AP/Bernat Armangue)

Keberhasilan Qatar di sepak bola bermula dari Akademi Aspire yang dibangun di Doha pada 2004. Akademi ini telah menghasilkan bintang-bintang atletik dunia seperti Mutaz Essa Barshim.

Pada 2014, Asipire menuai hasil dari program pembinaan sepak bola, yakni Timnas Qatar U-19 yang meraih juara Piala AFC U-19 dan lolos ke Piala Dunia U-20 2015. Skuat Qatar yang saat itu ditangani mantan pelatih Akademi Barcelona, Felix Sanchez, adalah siswa binaan Akademi Aspire.

Delapan pemain jebolan skuat Piala Dunia U-20 bertahan sampai sekarang, yakni Yousef Hassan, Mohammed Al-Bakri, Tameem Al Muhizea, Bassam Al Rawi, Salem Al-Hajri, Tarek Salman, Assim Madibo, dan Almoez Ali. 

Setelah meninggalkan Aspire, hampir semua pemain bergabung dengan klub yang bekerja sama dengan akademi, Al Sadd. Di skuat Timnas Qatar senior, ada sembilan pemain yang berasal dari Al Sadd.

Aspire Academy didirikan oleh Keputusan Emiri, No. 16 tahun 2004 sebagai lembaga independen yang didanai pemerintah. Keputusan Emiri No.1 tahun 2008 Aspire Academy sebagai unit bisnis strategis ke dalam organisasi induk baru dari Aspire Zone Foundation.

Pada 17 November 2005, Emir Sheikh Hamad Bin Khalifa Al-Thani memimpin upacara pembukaan Aspire Dome, yang pada dasarnya menandakan pengumuman global Akademi Aspire sebagai lembaga internasional yang bereputasi tinggi. 

Aspire memiliki tim Spanyol, Cultural Leonesa dan tim Belgia K.A.S. Eupen. Pada Agustus 2017, klub Spanyol Atlético Astorga FC mengumumkan kerja sama dengan Aspire Academy. Aspire juga menjalin kemitraan dengan Leeds United di Inggris dan akademi di Senegal.

3 dari 3 halaman

Kontroversi

Timnas Qatar berhasil mengalahkan Korea Selatan 1-0 pada perempat final Piala Asia 2019, di Zayed Sport City Stadium, Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, Jumat (25/1/2019). (AP Photo/Kamran Jebreili)

Dengan populasi 2,639 juta, Qatar menyadari harus melakukan pembinaan atlet dari nol. Hal itu pula yang mendasari Akademi Aspire didirikan. Akademi Aspire juga menyediakan pendidikan berkualitas sehingga menarik minat anak-anak Qatar untuk terjun dalam dunia olahraga.

Piala Dunia 2022 kini menjadi fokus Qatar. Ambisi ini menuai kontroversi. Qatar dituduh membeli suara untuk menjadi tuan rumah Piala Dunia 2022. 

Paling menonjol, ada banyak tuduhan bahwa Qatar berencana akan melakukan proyek besar menaturalisasi pemain guna masuk skuat Piala Dunia. Ini didukung oleh kebijakan lunak Qatar tentang naturalisasi atlet untuk olahraga. 

"Kami bekerja sangat keras dengan para pemain muda di tim ini. Semua pemain berusia 22, 23. Ini semua adalah bagian dari pemikiran untuk mempersiapkan Piala Dunia 2022," kata Pedro Miguel Carvalho Deus Correia, pemain Qatar yang dinaturalisasi dari Portugal.

Proyek naturalisasi ini juga disorot oleh Uni Emirat Arab. Federasi sepak bola Uni Emirat Arab mengajukan protes resmi atas kelayakan dua pemain Qatar di Piala Asia 2019.

UEA menuduh Qatar memainkan dua pemain tidak sah dan melanggar peraturan FIFA, yakni striker Almoez Ali dan Bassam Al Rawi. 

Almoez Ali merupakan striker berusia 22 tahun lahir di Sudan, sementara bek Bassam Al Rawi lahir di Baghdad, Irak. Mereka tidak memenuhi syarat untuk bermain untuk Qatar dengan alasan tempat tinggal. Keduanta tidak hidup terus menerus di selama lima tahun setelah usia mereka di atas 18 tahun.

UEA merujuk pada pasal 7 Statuta FIFA yang menyatakan bahwa seorang pemain memenuhi syarat bermain untuk tim perwakilan jika dia telah hidup terus-menerus selama setidaknya lima tahun setelah mencapai usia 18 tahun di wilayah asosiasi terkait.

Berita Terkait