Tidak Layak Imbang, Timnas Indonesia U-22 Seharusnya Menang Melawan Malaysia

oleh Zaidan Nazarul diperbarui 21 Feb 2019, 10:15 WIB
Bek Timnas Indonesia U-22, Firza Andika, bersalaman dengan staff Malaysia U-22 usai laga Piala AFF U-22 2019 di Stadion National Olympic, Phnom Penh, Selasa (20/2). Kedua negara bermain imbang 2-2. (Bola.com/Zulfirdaus Harahap)

Bola.com, Surabaya - Timnas Indonesia U-22 hampir saja meraih hasil maksimal dalam laga kedua di Piala AFF U-22 2019 kontra Malaysia, Rabu (20/2/2019). Namun, Tim Garuda Muda gagal mempertahankan dua kali keunggulan yang mereka dapatkan. Laga pun berakhir dengan skor 2-2.

Mengenai penampilan Timnas Indonesia U-22 dalam laga yang dimainkan di Olympic Stadium, Phnom Penh itu, pengamat sepak bola asal Jawa Timur, Ferryl Raymond Hattu, yang mengamati jalannya pertandingan lewat layar kaca, memiliki analisis.

Advertisement

Menurutnya, Timnas Indonesia U-22 selayaknya bisa memenangi pertandingan. Pasalnya, tim asuhan pelatih Indra Sjafri ini memiliki lebih banyak peluang dibandingkan Malaysia.

"Di babak pertama, finishing kita lemah. Entah karena faktor apa, beberapa peluang bersih yang dimiliki Indonesia, yang seharusnya bisa dikonversi menjadi gol, justru terbuang sia-sia," tuturnya.

Dari segi permainan, Ferryl menilai Osvaldo Haay cs. juga lebih baik ketimbang Malaysia. Pola serangan yang dirancang Timnas U-22 lebih bagus, aliran bolanya mengalir, namun lini belakang rapuh.

Di babak kedua, penyelesaian Timnas Indonesia U-22 di mata Ferryl sebetulnya sudah membaik. Lebih tajam dan lebih kuat daya dobraknya.

2 dari 2 halaman

Pertahanan Melemah

Bola-bola pendek cepat dikombinasi bola panjang yang menjadi ciri permainan Timnas Indonesia U-22 sangat terlihat. Begitu juga dengan tusukan-tusukan melalui bola satu dua sentuhan maupun aksi individu juga lebih bagus.

"Ini keunggulan kita, seharusnya kita main dengan cara seperti ini. Tapi, setelah unggul, kita tidak mainkan tempo, terlalu terburu-buru, kurang berani kuasai bola sehingga bola sering hilang," katanya.

Hanya, menjelang akhir laga, pertahanan Timnas Indonesia U-22 melemah, terutama antisipasi bola-bola mati.

Faktor postur tubuh pemain Indonesia yang kalah jangkung dibanding rata-rata pemain Malaysia, menurut Ferryl seharusnya bisa ditutupi dengan memberi gangguan dan disiplin melakukan penjagaan terhadap setiap pemain lawan.

"Dua gol dari set piece menunjukkan kita membiarkan pemain lawan leluasa mengarahkan bola dengan kepalanya. Tidak ada gangguan di sana. Kelemahan ini harus segera diperbaiki sebelum pertandingan terakhir melawan Kamboja," ujar Ferryl.

Nikmati sajian liputan khusus Piala AFF U-22 2019 dari Kamboja di situs Bola.com dengan mengklik tautan ini.