Bola.com, Surabaya - Laga perebutan tempat ketiga Liga 2 2018 mungkin masih membekas dalam ingatan pencinta sepak bola nasional. Duel Persita Tangerang kontra Kalteng Putra di Stadion Pakansari, Cibinong, Bogor (4/12/2018), memunculkan lagi nama Egi Melgiansyah.
Kapten Persita itu melakukan protes keras kepada wasit yang secara verbal dan visual tertangkap kamera. Egi mengeluhkan performa wasit Novari Ikhsan yang dinilai membuat keputusan yang menguntungkan buat Kalteng Putra.
Laga itu kemudian berakhir dengan skor 2-0 untuk Kalteng Putra, yang memastikan tempat ketiga Liga 2 2018. Kemenangan itu sekaligus menjadi tiket promosi Laskar Isen Mulang ke Liga 1 2019.
Ada yang menduga laga itu terindikasi pengaturan skor. Dalam tayangan Mata Najwa, Rabu malam (20/2/2019), seorang narasumber yang bertugas sebagai perangkat pertandingan, yang identitasnya disimpan, bersaksi perihal dugaan tersebut.
"Saya mendengar dan saya tahu, sebelum pertandingan itu, satu di antara staf perwasitan, ML, dengan perangkat pertandingan, menemui IB (Exco PSSI) di apartemen di daerah Kuningan," kata narasumber tersebut.
Pertemuan itu diduga membicarakan rencana memenangkan Kalteng Putra agar lolos ke Liga 1. Bahkan, ada nominal harga pula yang disebutkan dalam transaksi ilegal tersebut.
"Sepengetahuan saya, duit itu dikasih sama IB ke ML, sama perangkat pertandingan. Kalau saya dengar (nominalnya) 100 juta (rupiah). Iya (dikasih tunai malam itu)," ucapnya.
"Itu (nominal Rp100 juta) termasuk besar karena pertandingan penting. Iya (menentukan naik kasta). Kalau saya lihat wasitnya memang memihak Kalteng untuk memenangkan pertandingan saat itu," imbuhnya.
"Kalteng harus menang di pertandingan itu. Sudah biasa itu, semua bagi. Kalau kayak gini, semua perangkat pertandingan tahu dari mulut ke mulut," lanjutnya.
Di sisi lain, Egi Melgiansyah memang terlihat begitu emosional menghadapi wasit Novari Ikhsan. Lebih dari itu, ada kejanggalan yang terjadi selain protes Egi.
Dalam daftar susunan pemain, tertulis wasit yang seharusnya bertugas adalah Yudi Nurcahya. Nama Novari Ikhsan sama sekali tidak ada, tiba-tiba muncul, dan langsung memimpin pertandingan itu.