Bola.com, Surabaya - Bejo Sugiantoro tak dapat menahan air matanya begitu peluit panjang laga antara Timnas Indonesia U-22 melawan Thailand berakhir. Dia menatap dalam layar kaca di rumahnya yang menyuguhkan pertandingan final Piala AFF U-22 2019, Selasa malam (27/2/2019).
Malam itu Bejo memutuskan untuk nonton bareng laga Timnas Indonesia U-22 kontra Thailand di rumahnya bersama keluarga. Pria yang kini menjabat sebagai asisten pelatih Persebaya Surabaya itu tidak ingin melewatkan momen yang berharga ini.
Putra sulungnya, Rachmat Irianto, terlihat bersujud dan menangis setelah pertandingan. Bek sekaligus kapten ketiga Timnas Indonesia U-22 itu telah mencatat prestasi baru. Dia menjadi bagian skuat arahan Indra Sjafri yang berhasil menjuarai Piala AFF U-22 2019.
Dalam tayangan layar kaca, pemain yang akrab disapa Rian itu mengenakan ban kapten sejak menit ke-85 sampai laga berakhir. Air mata Bejo kemudian tumpah melihat putranya tampil, benar-benar membanggakan buatnya.
Meski menjabat kapten ketiga, Rian kemudian mendapat kehormatan mengangkat trofi itu. "Tidak penting soal siapa yang mengangkat trofi. Yang penting bisa juara," kata Bejo kepada Bola.com begitu melihat Rian mengangkat trofi.
Bejo dan Rian merupakan contoh ayah-anak yang sama-sama mencatatkan prestasi dalam sepak bola. Bejo dikenal sebagai pemain belakang yang pernah membawa Persebaya juara, pada Ligina 1996-1997 dan Divisi Utama 2004.
Rian tidak mau kalah. Pemain belakang berusia 19 tahun itu juga pernah mengantarkan Persebaya juara di Liga 2 2017. Torehan itu menyejajarkan prestasi keduanya di level klub. Tetapi, untuk level timnas, Rian jelas lebih unggul.
Bejo juga pernah menjadi pemain belakang andalan Timnas Indonesia pada akhir 1990-an dan awal 2000-an. Dia mencatatkan 45 caps bersama Timnas Indonesia senior. Tetapi, tak ada satu pun trofi yang berhasil disumbangkannya untuk Tim Merah-Putih.
Merendah
Rian berbeda. Dia belum pernah bermain untuk Timnas Indonesia senior. Sejauh ini, baru dua level Timnas yang pernah dibelanya, yaitu U-19 dan U-22. Namun, yang terakhir itu membuat namanya melampaui ayahnya.
"Saya sangat bangga pada Rian dan dan dia mengalahkan ayahnya dalam hal berprestasi untuk negara bersama Timnas Indonesia," tutur pria berusia 41 tahun itu.
Sejak Rian kecil, Bejo selalu berusaha memberikan masukan kepada putranya untuk tampil lebih baik. Dalam diskusi di rumah, keduanya tak akan menghindar dari pembahasan sepak bola. Kini, komunikasi keduanya justru berjalan lebih intens karena sama-sama di Persebaya.
"Tanpa dikasih tahu, Rian itu pasti siap. Dia pasti respek dan tak ingin menyia-nyiakan kesempatan trofi di depan mata," imbuh Bejo.
Mendapat pujian itu, Rian selalu berusaha merendah. Pembuktian trofi sebenarnya sudah cukup untuk menegaskan ucapan Bejo. Tetapi, Rian adalah tipe pemain yang selalu berusaha untuk belajar.
“Alhamdulillah, juara. Bagaimana pun, ayah saya lebih top. Tetap saja menurut saya BS5 (julukan Bejo Sugiantoro dulu) terbaik," kata Rian setelah mendengar pujian dari sang ayah.
Ini adalah awal yang baik bagi Bejo maupun Rian. Sikap rendah hati keduanya akan berguna untuk tetap menjaga perilaku. Mereka memang sama-sama belajar dan perlu kiranya saling memuji.
Bejo masih dalam proses belajar menjadi pelatih, sedangkan Rian di usianya yang masih muda perlu terus mematangkan diri.