Bola.com, Jakarta - Stapac Jakarta melenggang ke final IBL 2018-2019 setelah mengatasi perlawanan sengit Pacific Caesar Surabaya pada laga kedua semifinal, di Gelanggang Mahasiswa Soemantri Brodjonegoro Jakarta, Sabtu (9/3/2019). Stapac menang dengan skor 81-75.
Stapac pun memenangi laga semifinal dengan skor 2-0. Pada laga pertama semifinal, Jumat (8/3/2019), Stapac menang telak 71-43.
Meski menang, pelatih Stapac, Giedrius Zibenas, tampak meradang.
Baca Juga
"Kami tak layak menang. Pemain tidak menuruti game plan. Mohon maaf kepada para suporter, aktor-aktor saya jelek bermain. Mereka sudah menunjukkan body language kurang bagus sejak sebelum pertandingan," kata Zibenas, melalui rilis yang diterima Bola.com.
Pelatih asal Lithuania ini bahkan tidak mengambil time out pada babak kedua. "Buat apa saya time out jika pemain tidak mendengarkan apa yang saya mau," kata Zibenas.
"Kami memang tidak menjalankan game plan dengan bagus. Tidak membawa energi penuh dalam gim," kata pemain Stapac, Widyantaputra Teja, pencetak 14 angka dan lima assist.
Sebelum gim, Widi menerima penghargaan IndihHome Most Improved Player of The Year. Dua pemain Stapac juga memperoleh penghargaan. Agassi Goantara untuk IndiHome Rookie of The Year dan Abraham Damar Grahita mendapat Go-Jek The Best Sixth Man Award.
Apakah penghargaan memengaruhi permainan? "Seharusnya tidak. Apa yang terjadi di luar pertandingan tak boleh berpengaruh pada pertandingan," kata Zibenas.
Dua Tujuan Pacific
Di kubu Pacific, Qa'rrahan Calhoun mencetak double double dengan 34 poin dan 18 rebound. Muhammad Hardian Wicaksono menyumbang 13 angka dan Anindya Putra mengemas 12 poin.
"Anak anak sudah berjuang luar biasa. Terima kasih pula kepada para suporter. Tujuan kami hanya dua, yaitu lebih baik dan memberi 100 persen," kata pelatih Pacific, Kencana Wukir.
Secara mental pasukannya bermain lebih lepas dibanding gim pertama. "Di kuarter terakhir mungkin ada salah saya sebagai pelatih, terlambat melakukan time out ketika lawan mengejar," aku Kiki, sapaan Wukir.