Bola.com, Jakarta - Ezra Walian benar-benar bernasib apes. Saat banyak pesepak bola di berbagai negara bisa berganti kewarga negaraan, untuk kemudian membela timnas berbeda di aiang internasional, penyerang blasteran Belanda-Indonesia justru diban FIFA tidak boleh tampil memperkuat Timnas Indonesia U-23 di Kualifikasi Piala AFC U-23 2020 .
Kepastian status Ezra didapatkan setelah FIFA memberikan balasan surat kepada PSSI mengenai status penyerang naturalisasi tersebut.
Hal ini bermula dari Match Coordination Meeting (MCM) Kualifikasi Piala AFC U-23 2020 yang dilakukan di Hanoi, Vietnam, Kamis (21/3/2019). Ezra Walian tak bisa didaftarkan ke dalam 23 pemain Timnas Indonesia U-23 karena terganjal urusan administrasi, yakni sang pemain tercatat pernah bermain untuk Timnas Belanda U-17.
AFC telah menyatakan konsultasi dengan FIFA terkait status Ezra. Hasilnya, FIFA telah mengirim surat kepada Sekjen PSSI, Ratu Tisha Destria, yang menyatakan pelarangan Ezra untuk tampil bersama Timnas Indonesia dengan rujukan Statuta FIFA pasal 8 ayat 1.
"Berdasarkan Regulations Governing the Application of the FIFA Statutes, pemain yang memiliki kewarganegaraan baru hanya boleh satu kali meminta pindah kepada asosiasi yang memberikannya hak bermain, antara lain, bahwa pada penampilan penuh atau sebagai pemain pengganti pertamanya di laga internasional resmi untuk asosiasinya, maka dia telah memiliki kewarganegaraan dari tim yang diwakilinya itu," bunyi surat dari FIFA.
"Konsekuensinya, dan berdasarkan data dari dokumen yang dikirimkan, Ezra Walian tidak berhak untuk meminta berpindah asosiasi meski ada fakta ia pindah kewarganegaraan Indonesia setelah bermain dalam laga internasional di kompetisi resmi pertamanya sebagai satu perwakilan dari timnas Belanda," lanjut pernyatan tersebut.
Pelatih Timnas Indonesia U-23, Indra Sjafri mengakui kabar tersebut. Arsitek Timnas Indonesia U-23 asal Sumatra Barat ini mengonfirmasi kabar tersebut. "Iya, benar." ujar Indra Sjafri melalui pesan singkat kepada Bola.com.
Belum jelas hal-hal administratif apa yang membuat Ezra Walian tak bisa tampil memperkuat Timnas Indonesia U-23, setelah sebelumnya ia memperkuat Timnas Belanda U-17.
Realitanya di pentas persaingan sepak bola internasional, banyak pemain yang membela dua timnas sekaligus.
Negara yang diperkuat seorang pemain sepakbola tidak hanya berdasarkan tempat kelahirannya saja. Ada berbagai faktor seorang pemain bisa memperkuat suatu negara.
Mulai dari keturunan kedua orang tuanya, hingga berapa lama dia tinggal di negara yang bersangkutan. Mengenai kasus ini, banyak pemain sepak bola yang memperkuat dua timnas berbeda. Siapa-siapa saja mereka?
Nacer Chadli
Maroko: 1 caps, 0 gol (2010)
Belgia: 30 caps, 3 gol (2011 – sampai sekarang)
Nacer Chadli merupakan seorang pemain yang lahir di Belgia. Namun, Chadli merupakan salah satu pemain yang memiliki dua kewarganegaraan Belgia dan Maroko.
Dia pun pernah mendapatkan kesempatan untuk membela Tim Nasional Maroko dalam sebuah persahabatan pada 2010. Akhirnya, tiga bulan kemudian memutuskan untuk membela Belgia.
Thiago Motta
Brasil: 2 caps, 0 gol (2003)
Italia: 24 caps, 1 goal (2011 – sampai sekarang)
Thiago Motta pernah bermain dua kali mengenakan kostum Timnas Brasil saat masih bermain untuk Barcelona. Namun, delapan tahun kemudian dia memutuskan untuk menerima panggilan Italia.
Saat itu, Motta masih bermain untuk Inter Milan dan mendapatkan panggilan memperkuat Azzurri karena kakeknya merupakan warga negara negeri Pizza itu.
Jermaine Jones
Jerman: 3 caps, 0 gol (2008)
Amerika Serikat: 58 caps, 3 gol (2010 – sampai sekarang)
Jermaine Jones terkenal sebagai pemain Timnas Amerika Serikat (AS). Sejak melakukan debut pada 2010, Jones sudah sering mendapatkan tugas untuk bermain membela timnas.
Namun, Jones sebenarnya pemain yang lahir di Frankfurt dan pernah membela Jerman sebanyak tiga kali pada 2008. Jones mendapatkan warga negara AS dari ayahnya.
Diego Costa
Brasil: 2 caps, 0 gol (2013)
Spanyol: 10 caps, 1 gol (2014 – sampai sekarang)
Diego Costa merupakan seorang pemain yang lahir di Lagarto, Brasil. Namun, sejak mendapatkan kewarganegaraan dari pemerintah Spanyol pada 2013, Costa memutuskan untuk memperkuat tim yang dilatih Vicente Del Bosque tersebut.
Warga Brasil sangat kecewa dengan keputusan penyerang Chelsea itu. Bahkan, mereka menuding Costa mengganti warga negara karena faktor keuangan.
Robert Prosinecki
Yugoslavia: 15 caps, 4 gol (1989-91)
Kroasia: 49 caps, 10 gol (1994-02)
Robert Prosinecki merupakan salah satu pemain yang pernah membela Timnas Yugoslavia di level internasional pada akhir 1980 dan awal 1990. Bahkan, mantan gelandang AC Milan itu sudah menyumbangkan empat gol untuk Yugoslavia.
Bukan hanya itu, Prosinecki pernah bermain di dua Piala Dunia untuk dua negara yang berbeda. Uniknya, dia menjadi satu-satunya pemain yang pernah mencetak gol di kompetisi itu dengan dua bendera berbeda.
Andrei Kanchelskis
Uni Soviet: 17 caps, 3 gol (1989-91)
CIS: 6 caps, 0 gol (1992)
Rusia: 36 caps, 4 gol (1992-98)
Andrei Kanchelskis memiliki cerita yang lebih unik lagi. Mantan winger Manchester United itu lahir di Kirovohrad, Ukraina. Orangtuanya berdarah Lithuania. Kanchelskis pernah membela Timnas Uni Soviet selama dua tahun. Namun, negara itu pecah setelah jatuhnya komunis.
Kemudian, Kanchelskis membela Commonwealth of Independent States (CIS) di turnamen Euro 1992, sebelum akhirmua memilih memperkuat Rusia ketimbang Ukraina.
Alcides Ghiggia
Uruguay: 12 caps, 4 gol (1950-52)
Italia: 5 caps, 1 goal (1957-59)
Salah satu momen tidak terlupakan Alcides Ghiggia adalah ketika menciptakan gol kemenangan di Piala Dunia 1950, sekaligus memberikan sebuah trofi kepada Uruguay untuk kedua kalinya dalam 20 tahun.
Itu merupakan salah satu dari empat gol yang dihasilkan Ghiggia untuk La Celeste. Setelah itu, dia memutuskan untuk melanjutkan karier ke Serie A dan membela tim nasional Italia sebanyak lima kali.
Matthias Sammer
Jerman Timur: 23 caps, 6 gol (1986-90)
Jerman: 51 caps, 8 goals (1990-97)
Jerman dulu kala terbelah menjadi dua bagian Jerman Timur dan Jerman Barat. Matthias Sammer juga pernah membela Timnas Jerman Timur. Ketika kedua negara bersatu, nama Sammer langsung dimasukkan ke dalam skuat.
Dia turut berjasa membawa Jerman meraih trofi Euro 1996 dan mendapatkan penghargaan Ballon d’Or.
Michel Platini
Prancis: 72 caps, 41 gol (1976-87)
Kuwait: 1 cap, 0 gol (1988)
Michael Platini merupakan salah satu maestro lapangan sepak bola terbaik yang pernah dimiliki Prancis. Dia memimpin Prancis meraih trofi internasional pertama pada 1984 dan pernah membawa Les Bleus lolos ke partai semifinal Piala Dunia.
Namun, mungkin banyak yang tidak tahu bahwa Platini pernah membela Kuwait dalam sebuah pertandingan persahabatan pada tahun 1988.
Ferenc Puskas
Hungaria: 85 caps, 84 gol (1945-56)
Spanyol: 4 caps, 0 goals (1961-62)
Ferenc Puskas menjadi salah satu pemain terbaik dunia yang pernah dilahirkan Hungaria. Dia kemudian coba melanjutkan kariernya dengan pindah ke Spanyol dengan memperkuat Real Madrid. Setelah itu, Puskas menjadi bagian dari skuat Spanyol yang berlaga di Piala Dunia 1962.
Sumber: 90min