Bukan Gim Kekerasan, IeSPA Tegaskan PUBG Masuk Permainan Adu Strategi

oleh Nurfahmi Budi diperbarui 28 Mar 2019, 11:19 WIB
Ketua Asosiasi E-Sports Indonesia (IeSPA), Eddy Lim, beri sinyal bagus untuk Sea Games 2019 Manila.

Bola.com, Jakarta - PlayerUnknown's Battlegrounds (PUBG), baik versi PC maupun mobile, tengah menjadi sorotan. Latarnya tak lain 'tuduhan' kalau gim besutan Tencent tersebut termasuk gim kekerasan yang bisa berefek negatif.

Namun, stigma tersebut tidak disetujui Asosiasi Esports Indonesia (IeSPA). Ketu Umum IeSPA, Eddy Lim, PUBG merupakan gim yang mengharuskan gamer untuk lihai mengatur strategi.

Advertisement

"Saya pribadi melihatnya bukan gim kekerasan, tapi strategi. Karena dalam gim ini kan, misalnya, gamer harus mengatur strategi agar bisa masuk ke suatu wilayah," tutur Eddy Lim. Ia tak menampik memang ada sedikit adegan kekerasan, tapi hal itu tidak serta merta membuat PUBG mendapat label sebagai gim kekerasan.

"Mungkin kekerasannya agak kecil, karena kan otak kita lebih ke arah mengatur strategi ketika memainkannya. Itu pendapat pribadi saya," sebutnya. Eddy mengatakan, saat ini ada sekira 20-30 juta pemain PUBG di Indonesia.

Tapi hal itu tidak lantas membuat semua pemainnya melakukan kekerasan atau meniru adegan di dalam gim tersebut di dunia nyata. "Kalau memang ada implikasi jelek, kita lihat dari semuanya itu apa? Justru sisi lainnya mereka jadi tidak mau belajar atau terlalu lama bermain, dan ini tidak hanya terjadi karena PUBG saja, tapi juga gim lain," jelas Eddy.

PUBG menjadi perbincangan hangat di Indonesia beberapa hari belakangan lantaran muncul wacana fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terhadap gim tersebut. Hal ini disebabkan ada yang mengaitkan gim bergenre battle royale tersebut dengan teror penembakan di Selandia Baru beberapa waktu lalu.

Sumber: Liputan6