Bola.com, Bacolod - Belasan pendukung Persija Jakarta, The Jakmania, berangkat dari ibu kota menuju Bacolod untuk mendukung tim kesayangannya berlaga di partai ketiga Piala AFC Grup G 2019.
Lawan yang dihadapi ialah Ceres-Negros, kampiun kasta teratas Liga Filipina pada tahun lalu. Namun, sayangnya pertandingan yang berlangsung di Stadion Panaad, Rabu (3/4/2019), itu tidak berlangsung positif untuk Persija.
Tim berjulukan Macan Kemayoran ini terpaksa pulang dengan tangan hampa setelah takluk 0-1 dari tuan rumah setelah tandukan Bienvenido Maranon mengoyak jala gawang Andritany Ardhiyasa.
Namun, di balik kekalahan Persija, terselip kisah menarik yang dibagikan Febrian, seorang The Jakmania yang turut hadir di Filipina. Menurut pengakuannya, Macan Kemayoran beserta suporternya mendapatkan sambutan hangat dari Ceres-Negros dan pendukungnya.
"Ceres-Negros dan suporternya sangat antusias menanti partai melawan Persija," kata Febrian kepada Bola.com.
Bukti nyata dari pernyataan itu Febrian adalah kelompok suporter tuan rumah yang bernama Ultras Ceres mengajak The Jakmania untuk berpose bersama. Febrian mengatakan, pamor Persija dan suporternya telah terdengar sampai ke Filipina.
"Terbukti, bukan cuma Persija saja yang disambut. Kami semua juga disambut ketika bertemu Ultras Ceres. Mereka sangat antusias untuk berfoto bersama," ujar Febrian yang juga founder dari komunitas Secondline Squad ini.
Seperti Penonton Bola Basket
Sepak bola bukan olahraga paling populer di Filipina. Masyarakat Filipina selalu menganggap bola basket sebagai olahraga nomor satu.
Hal tersebut berimbas kepada gaya Ultras Ceres yang terbilang unik saat mendukung timnya. Febrian mengatakan, suporter tuan rumah tidak memberikan semangat dalam bentuk nyanyian, melainkan menggunakan alat musik.
"Kehadiran mereka tak lain karena warga mereka penasaran dengan Persija. Personel mereka (Ultras Ceres) tidak banyak, mungkin karena sepak bola bukan olahraga utama di Filipina, jadi semangat dan budaya dalam memberikan dukungan agak lucu seperti penonton basket," tutur Febrian.
"Satu lagi, mereka tidak memiliki chant layaknya suporter sepak bola pada umumnya. Mereka cuma memainkan alat musik saja," lanjutnya.