Bola.com, Malang - Arema FC akhirnya bertemu Persebaya Surabaya di final Piala Presiden 2019 yang ditayangkan Indosiar pada 9 dan 12 April 2019. Manajemen Arema pun berpikir untuk mengubah citra negatif yang selalu membayangi mereka dalam laga ini.
Persebaya memastikan tiket ke pertandingan puncak setelah menekuk Madura United dengan kemenangan 3-2 di Stadion Gelora Ratu Pamelingan, Pamekasan, Sabtu (6/4/2019), di mana agregat kemenangan Bajul Ijo menjadi 4-2. Persebaya pun dipastikan menghadapi Arema FC yang sudah lebih dulu memastikan diri ke pertandingan puncak dengan kemenangan agregat 6-0.
Pertemuan Arema dengan Persebaya di pertandingan final langsung memunculkan image laga panas dan rawan kerusuhan suporter karena kedua tim merupakan tim dengan rivalitas tinggi di Jawa Timur. Namun, manajemen Arema coba mengubah citra negatif yang selalu membayangi laga ini.
“Pertemuan kedua tim ini jangan dilihat jadi sisi bahayanya, justru seharusnya dari segi prestasi. Artinya, kedua tim ini membuat Jatim menjadi barometer sepak bola Indonesia,” jelas Media Officer Arema, Sudarmaji.
Selama ini memang rivalitas antara Persebaya dan Arema memang tinggi, khususnya bagi suporter dari kedua tim yang seakan tidak bisa berdamai, di mana ada saja gesekan yang terjadi. Sudarmaji merasa jika media terus mengekspos kenangan negatif tersebut, luka lama di antara kedua suporter akan kembali muncul.
“Pertandingan ini pasti menarik karena mengundang animo kedua suporter untuk memenuhi stadion masing-masing. Jadi, ekspos prestasi tim lebih penting ketimbang yang lainnya,” tegas dia.
Sejak awal tahun ini, manajemen Arema lebih aktif mendorong Aremania tidak lagi melakukan pelanggaran. Baik di dalam maupun luar stadion. Manajemen tim berjulukan Singo Edan itu aktif mendorong Aremania lebih santun dan kreatif.
Mengingat performa tim di Piala Presiden 2019 sudah sesuai dengan ekspektasi suporter, kini saatnya Arema meminta agar Aremania juga memperlihatkan prestasi dengan tidak membuat aksi yang merugikan tim.
Sebelumnya, Arema harus membawa sanksi denda sebesar 125 juta rupiah di fase grup akibat Aremania yang menyalakan flare dan masuk ke lapangan saat perayaan gol. Hal seperti ini yang diharapkan tidak terjadi lagi.
Sementara itu, dari pengalaman ketika bertemu Persebaya di Liga 1 2018 di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, justru sanksi lebih besar. Aksi dirigen Aremania Yuli Sumpil dan rekannya, Fandi, turun ke lapangan membuahkan sanksi larangan masuk stadion seumur hidup bagi mereka. Selain itu, Aremania disanksi tidak boleh memberikan dukungan langsung hingga kompetisi usai. Padahal saat itu Arema masih menyisakan 5 laga kandang terakhir.