Plus dan Minus Persebaya di Piala Presiden 2019

oleh Aditya Wany diperbarui 09 Apr 2019, 07:15 WIB
Apa saja kelebihan dan kekurangan Persebaya selama tampil di Piala Presiden 2019? Berikut ulasan selengkapnya. (Bola.com/Adreanus Titus)

Bola.com, Surabaya - Persebaya bakal melakoni laga dengan tensi panas dalam partai puncak Piala Presiden 2019. Mereka dijadwalkan berjumpa dengan klub rival, Arema FC. Leg pertama bakal digelar di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Selasa sore (9/4/2019).

Sebelum sampai di final, Persebaya telah melewati serentetan pertandingan sejak fase grup. Total, ada enam pertandingan yang harus mereka lalui, masing-masing tiga di fase grup dan fase gugur. Hebatnya, semua tim itu berhasil dikalahkan.

Advertisement

Tim yang jadi korban itu adalah Perseru Serui, Persib Bandung, Tira Persikabo, dan Madura United. Dua nama tim terakhir dihadapi Persebaya masing-masing sebanyak dua kali.

Perjumpaan dengan Tira Persikabo terjadi di Grup A dan babak perempat final. Sementara Madura United menjadi lawan Persebaya di semifinal dalam sistem kandang-tandang.

Klub berjulukan Bajul Ijo itu tercatat membukukan lima kemenangan dan satu imbang, alias tak terkalahkan dalam enam laga. Satu-satunya tim yang berhasil menahan imbang Persebaya adalah Tira Persikabo di fase grup dengan skor 0-0.

Selain itu, semua tim selalu kalah melawan Persebaya. Tim asuhan pelatih Djadjang Nurdjaman ini menang 3-2 atas Perseru, 3-2 atas Persib, 3-1 atas Tira Persikabo, dan terakhir 1-0 sekaligus 3-2 atas Madura United.

Persebaya membukukan 13 gol dari enam pertandingan itu. Angka itu terbilang sedikit, apalagi dibandingkan dengan Arema, yang menorehkan 19 gol. Namun, Persebaya tetap berstatus sebagai satu-satunya tim tak terkalahkan hingga sejauh ini di Piala Presiden 2019.

Sebanyak 13 gol itu telah dicetak enam pemain yang berbeda. Dua pemain depan, Manuchehr Jalilov dan Amido Balde, menjadi dua pemain tersubur denagn 5 dan 4 gol. Empat sisanya masing-masing disumbang Damian Lizio, Otavio Dutra, Hansamu Yama, dan Irfan Jaya.

Sejumlah catatan menjadi data yang menonjol dan menjadi keunggulan Persebaya. Tetapi, dalam beberapa sisi, Persebaya masih perlu melakukan perbaikan. 

Bola.com telah merangkum plus minus yang dimiliki Persebaya selama Piala Presiden 2019. Berikut ulasannya.

Damian Lizio menjalani laga debut di Persebaya dalam laga kontra Persidago di Stadion Gelora Bung Tomo, Sabtu (23/2/2019). (Bola.com/Aditya Wany)
2 dari 3 halaman

Kelebihan

Persebaya dikenal sebagai tim yang mengandalkan kecepatan pemain sayap. Selama Piala Presiden 2019, Irfan Jaya terbukti menjadi pemain yang mampu mengemban tugas itu. Irfan berani adu kecepatan dengan bek sayap lawan dan mencari celah menembak atau umpan silang.

Dengan sekema itu, Amido Balde biasanya akan menunggu di jantung pertahanan lawan. Posturnya yang menjulang mencapai 193 cm sangat membantu dalam duel udara dan membobol gawang lawan lewat tandukan.

Kecerdikan Irfan menjadi satu di antara kunci keberhasilan Persebaya dalam memberikan aliran bola. Saat pemain berusia 22 tahun itu dikawal pemain lawan, Bajul Ijo menugaskan Amido Balde menyisir sisi sayap dan menjalankan tugas Irfan.

Jika mengalami perubahan itu, Manuchehr Jalilov yang biasanya menempati penyerang sayap, langsung siap menjadi target man. Cara ini terbukti berhasil dengan catatan gol Jalilov dan Amido sebagai dua penyerang tersubur di Piala Presiden 2019.

Pelatih Persebaya, Djadjang Nurdjaman telah menerapkan berbagai antisipasi dalam skema yang dijalankannya. Dia meminta setiap pemain bisa menempati lebih dari satu posisi sehingga bisa bertukar dengan mudah saat kebuntuan mencetak gol.

Kemampuan pemain depan itumenjadi keunggulan Persebaya dibandingkan tim lain. Belum lagi kemampuan pemain lini tengah yang juga tak kalah. Deretan gelandang Persebaya juga berani bertarung dengan pemain tengah lawan.

Trio gelandang Persebaya, yaitu Misbakus Solikin, Fandi Eko Utomo, dan Damian Lizio, adalah aktor utama di barisan lini kedua. Misbakus sudah paten dengan tugas sebagai gelandang bertahan, meski kerap juga membantu serangan.

Sedangkan Fandi dan Lizio adalah dua gelandang yang saling bergantian mengirim suplai bola ke lini depan. Lizio dikenal dengan kecermatannya mencari ruang kosong saat mengumpan, sedangkan Fandi lebih kuat dalam usaha penetrasi di tengah.

Mobilitas tinggi pemain tersebut kerap membuat lawan kebingungan karena pertukaran posisi yang cepat dan sering dilakukan secara tiba-tiba. Kebanyakan gol Persebaya lahir akibat pergantian posisi itu sehingga kemunculan pemain Persebaya tidak terduga.

Bek Persebaya, Hansamu Yama (kiri) dan Manuchekhr Dzhalilov siap bertarung di Piala Presiden 2019. (Bola.com/Aditya Wany)
3 dari 3 halaman

Kelemahan

Catatan sebagai satu-satunya tim yang tak terkalahkan di Piala Presiden 2019 membuat Persebaya begitu ditakuti lawan. Namun, klub yang berdiri pada 1927 tetap memiliki masalah, terutama di lini pertahanan.

Dari enam pertandingan, Persebaya telah kebobolan tujuh gol. Angka itu terbilang banyak. Apalagi jika dibandingkan dengan Arema yang hanya kebobolan empat gol. Belum lagi Arema juga tidak pernah kebobolan di fase gugur.

Koordinasi buruk lini belakang selalu menjadi masalah bagi Persebaya. Hal itu sudah terjadi sejak fase grup. Namun, faktor absennya beberapa pemain belakang tidak dimungkiri menjadi penyebab permasalahan ini.

Pemilik paten back four Persebaya sebenarnya adalah Novan Sasongko, Otavio Dutra, dan Hansamu Yama, dan Ruben Sanadi. Namun, tiga nama terakhir sempat absen akibat panggilan ke Timnas Indonesia.

Sebagai pengganti, Novan ditarik menjadi bek kiri. Beruntun dari kanan diganti dengan Abu Rizal, Mokhamad Syaifuddin, dan Andri Muliadi. Perubahan itu masih terjadi saat Ruben mengalami cedera ketika melawan Tira Persikabo dalam perempat final.

Saat melawan Madura United, back four Persebaya kemudian diisi Syaifuddin, Dutra, Hansamu, dan Novan. Penampilan mereka sempat meyakinkan dan membuat gawang Persebaya tak kebobolan dengan menang 1-0 di leg pertama.

Hanya, di leg kedua, lagi-lagi Persebaya kebobolan dua gol saat menang 3-2 atas Madura United dengan nama-nama yang sama. Komunikasi antarpemain lini belakang terlihat masih menjadi pekerjaan rumah penting buat Persebaya.

Ditambah lagi, peran gelandang bertahan seharusnya bisa lebih dihidupkan dengan mengandalkan sosok cerdas dan tangguh dalam memperebutkan bola. Ciri-ciri itu terdapat pada Muhammad Hidayat dan terbukti saat unggul 1-0 atas Madura United.

Berita Terkait