Bola.com, Wuhan - Ganda putra terbaik Indonesia, Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon, menunjukkan penurunan performa dalam empat turnamen terakhir. Terbaru, Minions gagal juara di Kejuaraan Bulutangkis Asia 2019 setelah di final takluk dari ganda Jepang, Hiroyuki Endo/Yuta Watanabe, dengan skor 19-21, 3-21, Minggu (28/4/2019).
Asisten pelatih ganda putra, Aryono Minarat, yang mendampingi Kevin/Marcus selama bertanding di Kejuaraan Bulutangkis Asia, punya analis soal penyebab tren negatif yang sedang dialami ganda peringkat satu dunia itu.
Kevin/Marcus yang dua tahun silam merajai sebagian besar turnamen level elite, kini puasa gelar dalam empat turnamen beruntun yang mereka ikuti, yaitu All England, Malaysia Terbuka, Singapura Terbuka, dan Kejuaraan Bulutangkis Asia.
Menurut Aryono, tren penurunan bukan hanya dialami salah satu pemain, tapi keduanya. Kevin dan Marcus sama-sama sedang dalam fase menurun.
Aryono mengatakan faktor pemicu masalah yang dialami Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon bukan terletak pada skill permainan. Lalu apa penyebabnya. Berikut petikan wawancaranya seperti dilansir PBSI.
Penyebab Kekalahan Telak Gim Kedua
Bagaimana komentar Coach Aryono mengenai hasil pertandingan final dan penampilan Kevin/Marcus?
Lawan memang lebih bagus dari segi strategi permainan dan pertahanan mereka kuat. Menurut saya, penampilan Kevin/Marcus secara garis besar menurun, dari dua-duanya, baik Kevin maupun Marcus.
Penurunannya dari segi teknik atau non-teknik?
Kevin/Marcus punya nilai plus dari fighting spirit yang luar biasa, mentalnya, dan menurut saya ini sekarang menurun.
Apa yang terjadi pada gim kedua (Kevin/Marcus kalah telak 3-21)?
Semua bermula dari gim pertama, sudah ketinggalan jauh 1-8, lalu bisa menyusul. Kalau ketinggalan terlalu jauh itu sebenarnya sudah berat, ditambah lagi sudah balik memimpin tapi tidak berhasil tambah poin lagi dan malah kalah. Dari posisi tertekan dan bisa menyusul itu melelahkan, dan performanya jadi menurun. Gim pertama kalah, dari segi mental sudah turun.
Di game kedua, Kevin/Marcus sudah mau bangkit, tapi lawan sudah '"ditembak" juga tidak "mati-mati", jadi Kevin/Marcus agak frustrasi. Di gim pertama kalah, pada saat sudah balik memimpin dan menyerang tapi lawan tidak mati-mati, ya tenaganya pasti habis.
Apakah ada upaya mengubah permainan di game kedua?
Sudah, karena menyerang tidak tembus, coba main bertahan, tapi pertahanannya tidak kuat juga. Sudah coba ubah pola main dengan banyak mengarahkan bola ke area belakang lawan dan tidak main kencang-kencang saja, tapi tetap tidak bisa tembus.
Pertahanan lawan memang rapat, tapi Kevin/Marcus juga tidak yakin. Mereka main defense mati, menyerang tidak tembus.
Evaluasi Ganda Putra
Bagaimana evaluasi coach Aryono untuk tim ganda putra di Kejuaraan Bulutangkis Asia 2019?
Ini sudah mau pengumpulan poin ke olimpiade, jadi peringatan buat kami, bukan hanya Kevin/Marcus tapi juga Fajar (Alfian)/Rian (Ardianto). Kevin/Marcus walaupun sekarang masih ranking satu tapi tetap tidak boleh lengah, latihannya harus lebih keras lagi.
Apakah Kevin/Marcus terbebani dengan titel rangking satu dunia dan harus menang tiap bertanding?
Kalau bicara soal beban seperti ini dari dulu juga begitu, karena mereka selalu jadi andalan. Dulu mereka kalau mau menang, dapat kemenangan juga tidak gampang. Tapi mereka punya fighting spirit yang luar biasa, mentalnya tidak mau kalah.
Baca Juga
Prediksi Leicester City Vs Chelsea dan Arsenal Vs Nottingham Forest di Liga Inggris: Panas di Papan Atas
Bung Towel Sebut Evaluasi terhadap STY Bisa Jadi Kunci Timnas Indonesia Lolos Piala Dunia 2026: PSSI Jangan Lembek Dong
Bintang-Bintang Lokal Timnas Indonesia yang Akan Turun di Piala AFF 2024: Modal Pengalaman di Kualifikasi Piala Dunia