Bola.com, Surabaya - Pemain Kalteng Putra mendapat intimidasi dari Bonek saat akan meninggalkan lapangan setelah pertandingan melawan Persebaya Surabaya pada laga pekan kedua Shopee Liga 1 2019 di Stadion Gelora Bung Tomo, Surabaya, Selasa malam (21/5/2019).
I Gede Sukadana dkk. yang hendak masuk ke lorong dan ruang ganti, dilempari oleh Bonek.
Bonek mungkin kecewa dengan hasil yang terjadi dalam pertandingan itu. Persebaya Surabaya ditahan tim tamu dengan skor 1-1.
Mereka lebih kecewa lagi setelah melihat pemain Kalteng Putra kerap terjatuh untuk mengulur waktu. Injury time laga ini sebenarnya hanya tujuh menit, namun wasit baru meniup peluit panjang pada menit ke-90+12'.
OK John dan Feri Pahabol yang merupakan mantan pemain Persebaya sempat ragu saat akan masuk ke lorong. Keduanya menatap ke arah Bonek di Tribune VIP dulu sebelum melangkah. Setelah tepuk tangan membahana, keduanya dengan percaya berjalan sambil membalas, dengan tepuk tangan pula.
Namun, lain soal dengan Dimas Galih, yang juga berstatus pemain Persebaya pada musim lalu. Segala bentuk cacian dan lemparan botol mengarah kepadanya. Bisa jadi ini berkaitan dengan pernyataan Dimas sebelum pertandingan digelar.
"Saya ingin membuktikan diri sebagai mantan pemain Persebaya. Motivasi yang saya miliki akan berlipat menghadap klub asal kota saya sendiri. Alhamdulillah, momen ini terjadi cepat di pekan kedua," kata Dimas saat dihubungi Bola.com, Sabtu (18/5/2019).
Memang tak ada salahnya seorang pemain ingin membuktikan kepada bekas klubnya. Apalagi, Dimas ingin sekali bertahan di Persebaya Surabaya pada akhir musim lalu, yang kemudian membuatnya kecewa lantaran kontraknya tak diperpanjang.
Aktor Antagonis
Hanya, Dimas justru menjadi aktor antagonis dalam pertandingan Persebaya kontra Kalteng Putra ini. Dia beberapa kali mengeluh kesakitan setiap kali mengamankan bola. Tuduhan upayanya dalam mengulur waktu terarah kepadanya.
"Saya benar-benar mengalami kram di akhir pertandingan. Pertahanan kami juga mendapat gempuran dari Persebaya. Saya sudah tidak kuat kalau harus berjalan kaki normal," ucap Dimas kepada Bola.com, Rabu (22/5/2019).
Ditambah lagi, Dimas juga sempat terlibat friksi dengan gelandang serang Persebaya, Damian Lizio, jelang bubaran. Kiper asli Surabaya itu mendorong Lizio yang sempat ingin mendampratnya akibat mengulur waktu.
Begitu wasit Dwi Purba meniup peluit panjang, Dimas Galih juga menjadi pemain Kalteng Putra pertama yang bersorak bergembira. Dia meloncat kegirangan sambil mengangkat kedua tangannya. Tindakannya itu makin memantik reaksi dari Bonek.
"Saya hanya bertindak sebagai pemain profesional. Tidak ada maksud lain. Sebagai pemain, saya tentu ikut senang membawa Kalteng Putra meraih poin," imbuh Dimas.
Saat hendak meninggalkan lapangan, Dimas kembali terjatuh. Dia tidak ikut bersama rekan-rekannya yang bersalaman dengan pemain Persebaya. Sebagai pengganti, kiper berusia 26 tahun itu memanggil tim medis dan kemudian keluar dengan ditandu.
Mimpi Buruk Persebaya
Di sinilah kemarahan Bonek kian tersulut. Dimas, yang meringis kesakitan saat akan masuk lorong, dianggap hanya berpura-pura. Berbagai umpatan khas Surabaya sudah tak lagi bisa dicegah, diarahkan kepada pemain kelahiran Surabaya itu.
Ironisnya, Dimas sebenarnya punya ikatan yang sangat kuat dengan Persebaya dibandingkan Pahabol atau OK John. Pahabol merupakan pemain asli Papua, sedangkan OK John adalah pemain naturalisasi berdarah Nigeria. Keduanya juga baru bergabung Persebaya musim lalu sebelum menyebrang ke Kalteng Putra.
Dimas lebih istimewa dari keduanya. Dia lahir dan besar di Surabaya. Dia juga mengawali karier junior di kompetisi internal Persebaya. Kemudian, Dimas juga menjadi bagian Persebaya U-21 dan berjuang membawa Persebaya promosi ke Liga 1 saat menjadi kiper utama di Liga 2 2017.
Terlepas dari segala tindakannya yang menuai kontroversi, Dimas telah berhasil membuktikan kualitas sebagai kiper jempolan. Dia berhasil menggagalkan tujuh dari delapan tembakan yang dilepas oleh pemain Persebaya.
"Alhamdulillah, kalau saya bisa melakukan jumlah penyelamatan sebanyak itu. Saya selalu berusaha dan tampil profesional untuk klub yang saya bela. Saya ingin terus bekerja yang terbaik untuk tim," ujarnya.
Dimas benar-benar menjadi mimpi buruk sekaligus membuktikan ucapannya tak akan memudahkan langkah sang mantan. Pemain bernomor punggung 16 itu mampu membuat Persebaya menyesal telah "membuangnya" akhir musim lalu.