3 Alasan Maurizio Sarri Bakal Kesulitan Memenuhi Ekspektasi Juventus

oleh Ario Yosia diperbarui 21 Jun 2019, 08:00 WIB
Maurizio Sarri (Juventus)

Bola.com, Jakarta - Maurizio Sarri resmi didapuk sebagai pelatih Juventus. Pria berusia 60 tahun itumenggantikan Massimiliano Allegri yang mengundurkan diri beberapa pekan lalu. Bisakah ia sukses di Tim Nyonya Tua?

Sarri meninggalkan Chelsea pada musim panas ini. Eks nahkoda Napoli itu kembali ke Italia setelah satu musim berkarier di Premier League.

Advertisement

Kiprah Sarri bersama The Blues sejatinya tidak buruk. Dia berhasil mengantarkan klub meraih gelar Liga Europa dan finis di peringkat ketiga di Premier League.

Sayangnya, hal itu tidak bisa menjadi alasan bagi Sarri untuk bertahan lebih lama di Stamford Bridge. Juventus pun bergerak cepat merekrut Sarri dengan kontrak tiga tahun.

Sarri tentu saja punya tugas yang tidak mudah di Juventus. Ia pastinya dituntut untuk meraih kesuksesan yang sama seperti Allegri. Selain itu sang nakhoda anyar bakal dibebani target tinggi, juara Liga Champions.

Liga Champions jadi idaman petinggi Juventus. Klub raja kompetisi Serie A, baru tercatat dua kali juara Liga Champions.

Delapan tahun terakhir klub satu ini sudah cukup puas jadi juara beruntun kompetisi elite Negeri Pizza. Sarri harus memberi lebih.

Bola.com melihat Maurizio Sarri akan mengalami kesulitan memikul beban yang ditumpukan  Juventus. Simak detailnya di bawah ini:

Saksikan siaran langsung pertandingan-pertandingan Premier League, La Liga, Ligue 1, dan Liga Europa di sini

2 dari 4 halaman

Butuh Waktu buat Adaptasi Sistem Bermain Sarri-Ball

Pelatih Chelsea, Maurizio Sarri memberikan instruksi selama pertandingan melawan Crystal Palace di Liga Inggris di Stamford Bridge, London (4/11). Chelsea menang atas Crystal Palace dengan skor 3-1. (AP Photo/Frank Augstein)

Maurizio Sarri dikenal dengan metode style bermain Sarri-Ball. Konsep ini mengedepankan permainan kombinasi cepat yang amat ofensif.

Metode ini sukses diterapkan di Napoli, namun belum tentu sukses diterapkan di klub lain. Lihat saja bagaimana pemain Chelsea tergopoh-gopoh memainkan Sarri-Ball.

Stabilitas permainan The Blues baru terbentuk jelang akhir musim. Gelar Liga Europa adalah buah strategi permainan yang diyakini Sarri.

Pertanyaannya Juventus cukup sabar dengan waktu adaptasi itu? Petinggi klub sudah barang tentu tak ingin adaptasi memengaruhi pencapaian prestasi. Mereka menuntut Sarri bisa cepat nyetel dengan pemainnya.

Itu pekerjaan rumah sulit, karena sebagian besar pemain Juventus saat ini peninggalan Massimiliano Allegri, yang dikenal dengan style permainan cenderung bertahan. 

 

3 dari 4 halaman

Belum Siap Terhadap Tekanan Tinggi

Maurizio Sarri, manajer Chelsea, saat memimpin latihan timnya di Baku Olympic Stadium jelang final Liga Europa (28/5/2019). (AFP/Kirill Kudryavtsev)

Maurizio Sarri dikenal sebagai pelatih yang teguh pada prinsip yang ia yakini. Itu bagus untuk menciptakan karakter tim yang ditukangi. Hanya saja tentu ada konsekuensinya.

Permainan cantik ala Sarri belum tentu menyajikan gelar. Rekam jejak karier Sarri menunjukkan kalau pelatih yang satu ini minim gelar juara.

Satu-satunya pencapaian tertingginya adalah membawa Chelsea jadi juara Liga Europa musim lalu. Selebihnya di Napoli, Empoli, Perugia, Sarri puasa gelar.

Bisa dibilang kepindahan Maurizio Sarri ke Juventus sebuah langkah besar di karier kepelatihannya. Ia naik kelas masuk jajaran elite.

Cuma konsekuensinya, tekanan yang dirasakannya bakal bertambah berat. Ia tidak bisa santai menukangi klub, gelar merupakan sebuah kewajiban.

Kondisi itu sudah Sarri rasakan saat melatih Chelsea. Nakhoda kelahiran 10 Januari 1959 itu jadi bulan-bulanan kritik sepanjang musim. Bahkan saat ia mempersembahkan trofi juara sekalipun.

Sekukuh apa Sarri menghadapi kerasnya tekanan di Juventus?

4 dari 4 halaman

Kesulitan Mengendalikan Bintang

Striker Juventus, Cristiano Ronaldo bersama kekasihnya Georgina Rodriguez berpose bersama Piala Liga Italia Serie A usai menjuarainya untuk ke-33 kalinya di Stadion Allianz, Turin (19/5/2019). (AP Photo/Antonio Calanni)

Saat menukangi Napoli dan Empoli, Maurizio Sarri dengan mudah mengendalikan pemain-pemainnya. Hal wajar, karena kedua klub tak memiliki banyak pemain level top.

Kini situasinya berbeda, Sarri bakal menghadapi banyak pemain bintang yang memiliki ego besar di Juventus.

Pelatih berusia 60 tahun tersebut agaknya masih belum terbiasa menangani pemain nama besar. Hal itu terlihat di Chelsea. Ia beberapa kali terlibat percekcokan dengan pemain The Blues.

Kasus paling fenomenal saat kiper, Kepa Arrizabalaga, menolak diganti di final Piala Liga Inggris musim lalu.

Walau pernyataan resmi Chelsea menyebut hal itu terjadi karena salah paham kecil, namun rumor berhembus kalau kasus itu karena rendahnya respeks pemain ke sang mentor.

Di Juventus, Sarri akan menghadapi pemain-pemain yang susah-susah gampang buat ditaklukkan. Sebut saja sang superstar, Cristiano Ronaldo. Sarri agaknya bakal sering menghadapi keruwetan dengan pemain-pemain Juventus.

 

Berita Terkait