Bola.com, Jakarta - Normalnya di setiap negara ada dua model ajang persaingan yang melibatkan klub-klub, yakni pentas kompetisi dengan klaster divisi dan cup (turnamen). Di Indonesia, konsistensi menggelar dua ajang tersebut masih menjadi PR besar bagi PSSI.
Kompetisi di Tanah Air terbagi dalam tiga strata, Liga 1, Liga 2, dan Liga 3. Semuanya rutin dihelat setahun sekali. Sementara itu, di level cup ada ajang Piala Indonesia, yang pelaksanaannya masih belum konsisten.
Piala Indonesia merupakan sebuah turnamen yang mempertemukan klub-klub lintas divisi. Pertama kali turnamen ini diadakan pada tahun 2005 dengan nama Copa Indonesia (Copa Dji Sam Soe untuk alasan sponsor).
Kali pertama digelar, purnamen Piala Indonesia 2005 melibatkan 92 tim yang terdiri dari 36 klub Divisi Utama, 40 klub Divisi Satu dan 16 klub Divisi Dua. Sebelumnya di era Galatama Pernah pula digelar semacam Piala Indonesia yang diikuti oleh klub-klub Galatama dengan nama Piala Galatama.
Sempat rutin digelar setiap tahun selama enam edisi, Piala Indonesia kemudian vakum cukup lama sejak terakhir dihelat musim 2012. Alasan kenapa Piala Indonesia tak berjalan mulus pelaksanaannya karena faktor pendanaan.
Klub-klub Indonesia tak kuat secara finansial mengarungi dua event semusim. Saat disponsori Dji Sam Soe, klub-klub mendapat santunan match fee untuk membantu operasional mereka. Begitu sponsor memutus kerja sama dengan PSSI, turnamen ikutan mogok karena klub-klub angkat bendera putih tak punya bujet ekstra bermain di Piala Indonesia.
Karena melibatkan banyak klub, maka perhelatan Piala Indonesia digelar dalam interval waktu yang panjang. Otomatis klub harus merogoh kocek ekstra buat menambah durasi kontrak para pemainnya serta biaya operasional lain seperti transportasi atau akomodasi saat bertanding.
Angin segar muncul di tahun 2018 lalu. Kepengurusan PSSI, Edy Rahmayadi, memutuskan kembali memutar Piala Indonesia. Tujuan utamanya untuk menambah jam terbang bertanding klub-klub multidivisi. Total 128 klub terlibat jadi peserta.
Sayangnya, karena perencanaan kurang matang Piala Indonesia berjalan tertatih-tatih. Agenda politik nasional serta persoalan organisasi yang mendera PSSI membuat turnamen satu ini baru mencapai periode pengujung di bulan Juli 2019 ini. Lucunya pentas kompetisi musim 2018 sudah tuntas pada bulan Oktober tahun lalu.
Duel puncak Piala Indonesia 2018 mempertemukan Persija Jakarta melawan PSM Makassar. Format final menggunakan sistem kandang dan tandang. Pada Minggu (21/7/2019) bentrok digelar di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, yang notabene markas Persija. Sepekan ke depan pada Minggu (28/7/2019) giliran PSM jadi tuan rumah di Stadion Andi Mattalatta, Makassar.
Kontroversi Dua Laga Final
Sejarah mencatat gelar juara Piala Indonesia didominasi dua klub, Sriwijaya FC (tiga trofi) dan Arema FC (2 trofi).
Sriwijaya hattrick gelar tiga musim beruntun pada musim 2007-2008, dan 208-2009, dan 2010. Kontroversi sempat terjadi pada final Piala Indonesia 2009 di Stadion Jakabaring, Palembang. Akibatnya, pada menit 60, Persipura menyatakan walk out (WO) saat pertandingan masih berjalan dengan skor 1-0 untuk Sriwijaya FC.
Pemain-pemain Tim Mutiara Hitam protes terhadap kinerja wasit, Purwanto. Gol Sriwijaya FC lewat titik putih terasa kontroversial, karena handsball bek Persipura Bio Pauline masih bisa diperdebatkan.
Persipura menolak melanjutkan laga walau sudah coba dibujuk langsung oleh Ketua Umum PSSI saat itu, Nurdin Halid. Namun Boaz Solossa dkk. bergeming. Mereka akhirnya dinyatakan kalah WO 0-4.
Patut dicatat era kejayaan Sriwijaya FC juara tiga kali kesemuanya saat mereka dilatih Rahmad Darmawan.
Sementara itu, Arema FC jadi juara edisi Piala Indonesia perdana dengan mengalahkan Persija Jakarta 4-3 (perpanjangan waktu) di laga final yang dihelat di SUGBK. Pertandingan ini juga sempat mencuat kontroversi.
Pelatih Arema saat itu, Benny Dollo, sempat menginstruksikan anak-asuhnya mogok bertanding karena marah dengan kartu merah yang dilayangkan wasit, Jajat Sudrajat, ke Alexander Pulalo imbas tekel kerasnya ke Ortizan Solossa. Beruntung laga kembali dilanjutkan. Firman Utina jadi bintang laga lewat hattrick golnya. Satu di antaranya dicetak di perpanjangan waktu saat skor 3-3.
Pada tahun selanjutnya Arema mengulangi cerita suksesnya menjadi kampiun Piala Indonesia. Kali ini Tim Singo Edan menang 2-0 atas Persipura di Stadion Gelora Delta, Sidoarjo.
Data dan Fakta Piala Indonesia
Distribusi Gelar Piala Indonesia
- 2005 Arema Malang. Final: Vs Persija 4-3 (perpanjangan waktu)
- 2006 Arema Malang. Final: Vs Persipura Jayapura 2-0
- 2007-2008 Sriwijaya FC. Final: Vs Persipura Jayapura 4-1 (adu penalti)
- 2008–2009 Sriwijaya FC. Final: Vs Persipura Jayapura 4-0 (Walk Out)
- 2010 Sriwijaya FC. Final: Vs Arema 2-1
- 2012 Persibo Bojonegoro. Final: Vs Semen Padang 1-0
Daftar Pencetak Gol Terbanyak Piala Indonesia
- 2005: Javier Roca (Persegi Gianyar) 11 gol
- 2006: Emaleu Serge (Arema Malang) 9 gol
- 2007-2008: Albeto Goncalves da Costa (Persipura Jayapura) 6 gol
- 2008-2009: Samsul Arif (Persibo Bojonegoro) dan Pablo Frances (Persijap Jepara) 8 gol
- 2010: Cristian Gonzalez (Persib Bandung) 10 gol
- 2012: Javier Roca (Persis Solo) 5 gol
Daftar Pemain Terbaik Piala Indonesia
- 2005: Firman Utina (Arema Malang)
- 2006: Aris Budi Prasetyo (Arema Malang)
- 2007-2008: Bambang Pamungkas (Persija Jakarta)
- 2008-2009: Anoure Obiora (Sriwijaya FC
- 2010: Keith Kayamba Gumbs (Sriwijaya FC)
- 2012: Diam Irawan (Persibo Bojonegoro)
Baca Juga
Mengulas Sosok Pemain yang Paling Layak Jadi Kapten Timnas Indonesia: Jay Idzes Ada Tandingan?
Lini Depan Timnas Indonesia Angin-anginan: Maksimalkan Eliano Reijnders dan Marselino Ferdinan atau Butuh Goal-getter Alami?
Justin Hubner Jadi Biang Kerok Timnas Indonesia Vs Arab Saudi: The Real Preman, Langganan Kartu!