Bola.com, Lamongan - Nilmaizar benar-benar membawa perubahan penting kepada Persela Lamongan. Dia masuk sebagai pelatih kepala pada 4 Juli menggantikan Aji Santoso yang memutuskan mengundurkan diri.
Pelatih berusia 49 tahun itu mulai menjalani laga debutnya saat menemani Persela bertandang ke markas PSIS Semarang pada 6 Juli. Sayang, Nilmaizar gagal memberikan kemenangan karena Laskar Joko Tingkir ditekuk 0-2.
Setelah itu, Nilmaizar tercatat mendampingi Persela dalam tiga pertandingan, dua kandang dan satu tandang. Hasilnya tak terkalahkan dan tidak kebobolan. Klub asal Kota Soto itu menang 3-0 atas Kalteng Putra, 2-0 atas Bali United, dan 0-0 kontra Barito Putera.
Tiga hasil pertandingan itu menunjukkan Persela kini sudah berubah. Berbeda dengan enam pertandingan sebelum kedatangannya. Saat itu, mereka terjebak di zona degradasi karena belum berhasil mendapat tiga poin.
Beberapa catatan apik dibukukan oleh Persela di Liga 1 2019 semenjak kehadiran Nilmaizar. Di antaranya adalah kemenangan perdana, mencatat cleansheet dalam tiga laga secara beruntun, hingga hattrick yang dicetak striker Alex Goncalves saat melawan Kalteng Putra.
Kiper Persela, Dwi Kuswanto sempat memberikan pendapatnya mengenai perubahan yang dilakukan oleh Nilmaizar. Menurutnya, pelatih asal Sumatera Barat itu menjadi motivator yang ulung untuk para pemain.
“Setiap menjelang pertandingan, coach Nil selalu memberikan motivasi yang kuat untuk para pemain. Dia benar-benar mampu membakar semangat bermain dan pemain di tim ini mau bekerja keras secara bersama-sama,” kata Dwikus kepada Bola.com belum lama ini.
Hal serupa dilontarkan oleh kapten Persela, Eky Taufik. Sebagai pemimpin rekan-rekannya di lapangan, dia merasakan dampak luar biasa motivasi yang didilakukan oleh Nil. Mental pemain benar-benar terbangun dan termotivasi memenangkan pertandingan.
Belum lama ini, Nilmaizar meladeni wawancara eksklusif yang dilakukan bersama Bola.com. Dia pun membagikan cerita soal pengalaman awalnya menagani Persela ini. Simak berikut hasil wawancara tersebut.
Membenahi Persela dan Menjadi Motivator
Coach Nilmaizar, bagaimana awal mula Anda melihat kondisi tim ini?
Saya sebelum datang ke Lamongan mengevaluasi apa kelebihan dan kelemahan tim ini. Waktu saya masuk tim ini baru menjalani enam pertandingan (di Liga 1 2019). Tapi, saya belum bisa memulai melatih karena saat kami away ke Magelang (markas PSIS Semarang) itu saya hanya hadir saja. Saya cuma mendampingi karena saya belum memimpin latihan.
Setelah itu, kami membenahi pertahanan karena kebobolan terlalu banyak. Lalu, visi dan misi pemain harus kami samakan. Kami harus menjadikan Persela sebagai tim yang sulit untuk dikalahkan di mana pun.
Tapi, itu bukan pekerjaan mudah dan harus dimulai dari latihan yang dimulai dari diri sendri oleh pemain. Sehingga, konsep dan paradigma berpikir mereka itu harus diubah sedikit. Saya ingin Persela diperhitungkan di sepak bola Indonesia. Satu langkah positif akan mengubah kami.
Dwi Kuswanto dan Eky Taufik menyebut Anda sebagai motivator ulung. Apakah memang itu yang sudah Anda lakukan terhadap skuat Persela?
Pemain itu manusia juga. Sepak bola itu tidak bisa tidak memanusiakan pemain, hati pemain harus saya sentuh. Ketika sentuhan itu terjadi, kehidupan dia bersama saya. Saya menjadi motivator untuk memotivasi pemain bahwa satu-satunya cara mencapai tujuan adalah melakukannya dengan sungguh-sungguh.
Sekali lagi, itu harus dimulai dari latihan. Seandainya saya dibilang sebagai motivator, kami harus memompa adrenalin anak-anak supaya memberikan lebih dari yang kami harapkan. Kalau kami memberi satu, dia memberi dua atau tiga.
Jadi, kunci kebangkitan Persela terdapat pada mental pemain?
Pasti. Semua harus dimulai dari pemain. Mereka harus memulai itu dengan penuh hasrat dan keinginan, bahwa apa yang mereka kerjakan itu untuk orang-orang yang mereka cintai, bukan hanya diri mereka sendiri.
Kalau mereka hanya menjalaninya sebagai rutinitas, hari habis, waktu habis, hasilnya tidak ada. Tapi, kalau cuma latihan satu jam, dan mau fokus sungguh-sungguh, pasti bisa mendapatkan apa yang dikejarkan.
Pentingnya Organisasi Tim
Bagaimana dengan urusan teknis di lapangan?
Teknik dan taktik semua sama. Hanya cara berpikir mereka yang harus disamakan dengan tim pelatih. Sehingga, kami sama-sama mendayung ke pulau, tujuan yang ingin kami capai.
Satu perubahan mencolok Persela adalah catatan cleansheet dalam tiga laga beruntun. Apakah pertahanan menjadi fokus Anda?
Dalam pertahanan, namanya organisasi itu semua harus kompak. Kalau satu tidak kompak, berarti organisasi ini pecah, dan pasti kebobolan. Kami harus menyadari organisasi pertahanan atau menyerang atau transisi keduanya harus sama-sama sepakat. Itu yang kami lakukan.
Tapi, kalau satu individu berbeda dengan lainnya, dalam situasi mendapat serangan organisasi terpecah, kami bisa kebobolan. Organisasi pertahanan itu harus kami sikapi.
Mereka juga harus tahu prinsip bertahan itu seperti apa, seperti juga memahami prinsip menyerang. Kalau sudah tahu, tinggal kami matangkan lagi. Sehingga dalam bermain itu jelas, tugas masing-masing pemain seperti apa dan tidak timpang tindih.
Bagaimana dengan porsi latihan selama ini?
Porsi latihan itu tergantung kepada lawan. Dalam latihan, kami juga melihat kelebihan dan kekurangan pemain. Setiap orang pasti berbeda, jadi game plan dalam setiap pertandingan berbeda, dan persiapan kami dalam latihan juga berbeda.
Game plan itu hasil evaluasi yang dilakukan oleh pelatih dan kami melihat lawan. Setiap lawan pasti memiliki kelebihan yang berbeda.
Banyak yang menilai materi pemain Persela saat ini terlalu banyak pemain muda. Demikian juga pemain asing yang terhitung baru di Indonesia. Anda cukup puas dengan itu?
Saya tentu memaksimalkan apa yang ada. Kalau dengan kondisi yang sekarang, pemain Persela itu bisa bersaing sebenarnya. Tinggal, bagaimana caranya pribadi masing-masing mengeksplorasi diri dan kompetisinya bahwa mereka memang layak bermain di Liga 1.
Sehingga keyakinan itu yang menambah motivasi pemain bahwa mereka dihargai. Indonesia itu punya banyak pemain hebat. Kami tidak boleh menganggap mereka tidak mampu. Mereka mampu, tapi cara berpikir yang harus diubah.
Jadi, Anda merasa cocok dengan Persela?
Saya sudah lama berkomunikasi dengan Pak Fadeli (Bupati Lamongan). Tapi, saat itu saya masih di Semen Padang, Samarinda, sampai terakhir di PS Tira (kini Tira Persikabo). Kebetulan, Pak Fadeli sudah lama saling kontak dengan saya.
Ketika ada tawaran, kebetulan saya kosong, kenapa tidak? Saya melihat tim Persela memiliki kompetensi yang bagus. Mungkin sudah jodoh.
Baca Juga
Sembuh dari Cedera di Timnas Indonesia, Kevin Diks Main 90 Menit dan Cetak 1 Assist dalam Kemenangan FC Copenhagen di Liga Denmark
2 Pemain ke Timnas Indonesia Proyeksi Piala AFF 2024, Arema FC antara Bangga dan Kehilangan
Shin Tae-yong Hanya Pertahankan 8 Pemain Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 2026 ke Piala AFF 2024, Sisanya U-22 dan U-20