Bola.com, Jakarta - Bintang bulutangkis dunia asal Chinese Taipei, Chou Tien Chen, memilih pendekatan yang tak biasa dalam kariernya. Sebagai pemain papan atas dunia, Chou, percaya diri tampil di turnamen tanpa didampingi pelatih di pinggir lapangan. Pendampingnya adalah seorang perempuan, Victoria Kao, yang berstatus sebagai fisioterapis.
Seperti dilansir situs BWF, Kamis (16/8/2019), Kao selalu duduk di kursi pojok luar lapangan setiap kali Chou Tien Chen bertanding. Kursi itu biasanya ditempati pelatih.
Kao selalu berteriak menyemangati, saat interval berlari mendekati Chou dan membantu mengambil apa pun yang dibutuhkan sang pemain, seperti minuman, handuk, atau jersey. Tugas utama Kao memastikan kondisi fisik Chou selalu maksimal.
Keputusan tunggal putra ranking dua dunia tersebut tak memiliki pelatih di lapangan bukan hal wajar bagi pebulutangkis papan atas dunia. Namun, jika menengok prestasinya belakangan ini, perjudian Chou tampaknya berhasil.
Chou berhasil menjuarai dua dari tiga turnamen terakhir yang diikutinya. Pemain berusia 29 tahun tersebut berhasil menjuarai Indonesia Open 2019 dan Thailand Terbuka 2019. Adapun di Jepang Terbuka 2019 Chou terhenti di babak kedua setelah kalah dari Jan O Jorgensen.
Pemain lain yang mengadopsi pilihan serupa adalah Michelle Li dan Beiwen Zhang. Bedanya, kedua pemain memilih jalan itu karena terbentur persoalan finansial. Chou tidak menghadapi masalah itu. Chou tidak punya pelatih karena merasa bisa mengandalkan dirinya sendiri.
"Saya perlu fokus meraih poin, jadi ini bukan tentang pelatih. Ini tentang diri Anda sendiri. Pelatih berbicara kepada Anda mengenai masalahmu. Saya tahu masalah utama saya. Itulah cara saya memperbaiki diri," kata Chou Tien Chen.
Bawa Lawan Latih Tanding
Alih-alih mendapuk pelatih, Chou Tien Chen memilih membawa rekan latih tanding selama dirinya mengikuti berbagai turnamen sejak Februari 2019. Sang pemain sangat mempercayai kemampuan dirinya membaca permainan. Dia tahu apa yang harus digebernya saat berlatih.
"Kami menginginkan orang yang tepat (untuk jadi pelatih Chou). Tapi setelah kami mencoba dan mencoba, dia merasa bisa bermain sendiri. Dia juga seorang pelatih, benar kan?" kata Kao.
"Itu pilihan, karena dia percaya pada Tuhan. Dia merasa keyakinannya dapat membantunya bertarung. Itu sangat spesial," imbuh Kao, yang telah mendampingi Chou sejak 2012.
Lalu apa yang dikatakan Kao kepada Chou saat interval pertandingan?
"Hanya menguatkan. Saya bertanya 'Kamu ingin mengganti kaus?, atau ingin makan sesuatu, atau minum?' Saya seorang physical therapist, bukan pemain," urai Kao.
"Alasan mengapa dia ingin saya duduk di kursi itu karena dia bisa fokus. Saya selalu cepat menyelesaikan tugas saya, jadi dia punya banyak waktu untuk memikirkan permainannya," imbuh Kao
Telat Bersinar
Chou bisa dibilang pemain yang telat bersinar. Saat ini, dia sudah berusia 29 tahun. Performa Chou saat memenangi Indonesia Open 2019 menuai pujian, terutama di babak final.
Pada tiga pertandingan sebelum final, Chou rata-rata bermain selama 76 menit. Puncaknya, di final dia berjibaku melawan Anders Antonsen selama 91 menit. Kondisi fisik Chou layak dipuji.
"Secara fisik, dia terus menunjukkan kemajuan. Sedikit demi sedikit, setahap demi setahap. Mengulang dan mengulang. Sangat pelan, tapi dia bertambah baik," kata Kao.
"Dia perlu terus berkembang, bukan jalan di tempat. Banyak pemain muda yang sangat kuat, sangat cepat, jadi dia harus tetap rendah hati. Dia berusia 29 tahun, tapi harus bermain seperti pemain muda, terus belajar," imbuh dia.
Tantangan berat menanti Chou Tien Chen. Dia akan berusaha kembali membuktikan diri di ajang bergengsi Kejuaraan Dunia Bulutangkis 2019 yang berlangsung di Basel, Swiss, 19-25 Agustus 2019.